Dekat dengan hamparan pantai sepanjang False Bay, Provinsi Western Cape, Afrika Selatan, ada sebuah kota kecil bernama Macassar. Mendengar namanya saja, orang Indonesia mungkin bertanya-tanya: “Mengapa begitu mirip dengan Makassar?”.
Pertanyaan itu memang tak salah. Kota yang secara administratif berada di bawah Kota Cape Town ini memang memiliki hubungan yang erat dengan Makassar milik Indonesia di Sulawesi Selatan. Bagimana bisa?
Adalah Syekh Yusuf Al-Makassari, seorang ulama asal Gowa, yang berjasa menyebarkan agama Islam di Afrika Selatan, khususnya di sekitar Cape Town. Terlahir dengan nama Abadin Tadia Tjoessoep pada 1626, Syekh Yusuf merupakan keponakan Sultan Alauddin dari Gowa. Ia menghabiskan waktu selama bertahun-tahun untuk belajar agama di Arab Saudi.
Menukil dari laman resmi pemerintah Afrika Selatan, pada tahun 1664, saat hendak pulang kampung dari Jeddah, Makassar tengah dikuasai Belanda. Sebagai gantinya, ia pergi ke Banten, Jawa Barat. Di sana, ia disambut oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Di Banten, Syekh Yusuf dinikahkan dengan putri Sang Sultan dan diangkat sebagai penasihat utama dan hakim agung. Belasan tahun di Banten, ia dikenal sebagai tokoh yang bijaksana dan dihormati.
Namun, situasi berbalik saat Belanda mengalahkan Kesultanan Banten akibat pengkhianatan yang dilakukan putra Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng dan pengikutnya, termasuk Syekh Yusuf pun melarikan diri.
Sosoknya yang dianggap sangat berpengaruh membuat Belanda takut dan menahannya di Sri Lanka. Lalu, ia dibuang di Tanjung Harapan atau Cape Town, Afrika Selatan. Syekh Yusuf tiba di sana pada tahun 1694.
Zandvliet yang Menjadi Macassar
Awalnya, ia sengaja ditempatkan di sebuah lahan pertanian bernama Zandvliet, tak jauh dari Cape Town. Alasannya? Belanda tak ingin ia berinteraksi dengan budak-budak di sana. Akan tetapi, tempat itu malah berubah menjadi lokasi berkembangnya komunitas Muslim di Afrika Selatan.
Nama Zandvliet pun diubah menjadi “Macassar”. Ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap asal-usul Syekh Yusuf dari Makassar, Indonesia.
Sejarah Berdirinya Makassar, Jejak Peradaban Maritim Indonesia dari Masa ke Masa
Syeikh Yusuf dan Kontribusinya Menyebarkan Islam di Macassar
Melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Cape Town, diterangkan jika terdapat sebuah tradisi bernama Kramat Festival (KF) yang digelar oleh masyarakat Cape Malay untuk mengenang Syekh Yusuf Al-Makassari. Cape Malay sendiri adalah orang-orang yang secara historis masih memiliki keturunan Indonesia.
Jika ditarik jauh, Cape Malay adalah para budak yang dibuang saat era penjajahan Belanda. Kedekatan sosial-budaya Indonesia dan Cape Malay ini juga masih terlihat dari beberapa padanan kata, salah satunya “ratieb” yang akar bahasanya berasal dari kata “debus” di bahasa Indonesia.
Area tempat tinggal Syeikh Yusuf dulunya merupakan tempat perlindungan bagi para budak yang melarikan diri. Dari sinilah komunitas Muslim besar di Cape Town pertama kali didirikan.
Hal ini unik, karena Belanda yang awalnya ingin Syekh Yusuf merasa terasingkan di negeri nun jauh dari asalnya, justru mengubah tempat pengasingannya menjadi tempat menyebarkan agama Islam. Bahkan, hingga saat ini, mendiang Syekh Yusuf masih sangat dihormati oleh Muslim di sana.
Saat Syeikh Yusuf wafat pada 1699, ia dimakamkan di sebuah bukit dekat kediamannya. Empat pengikutnya yang bekerja dengannya untuk mendirikan komunitas Islam di Cape Town juga dimakamkan di sana.
Syekh Yusuf yang Dihormati di Afrika Selatan
Hingga saat ini, makamnya dikunjungi oleh banyak peziarah. Bahkan, Cape Town Museum menuliskan bahwa Syekh Yusuf adalah Bapak Islam di Afrika Selatan.
Sebagai informasi, makam Syekh Yusuf sebenarnya sudah dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, atas permintaan Sultan Abdul Jalil di tahun 1705. Meskipun demikian, pusaranya di Cape Town masih terus dikunjungi oleh umat Muslim. Menariknya, Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah berziarah ke sana saat menjabat sebagai presiden.
Syekh Yusuf juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Peran pentingnya untuk melawan Belanda diakui oleh pemerintah. Ia juga seakan menjadi tali penghubung antara Makassar dan Macassar.
Pemerintah Afrika Selatan turut memberikan penghargaan The Order of the Companions of OR Tambo in Gold. Sosoknya yang luar biasa disebut menginspirasi Nelson Mandela, “Bapaknya Afrika Selatan” dalam melawan apartheid. Nelson menyebut Syekh Yusuf sebagai “Salah Satu Putra Afrika Terbaik”.
Menelusuri Warisan Budaya Tionghoa yang Hidup di China Town Makassar
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News