Suasana khidmat dan penuh sukacita menyelimuti Nagari Latang, Kecamatan Lubuk Tarok, Kabupaten Sijunjung, pada Sabtu dan Ahad, 26–27 Juli 2025. Masyarakat setempat kembali menggelar Bakawuah Adat, sebuah tradisi tahunan warisan leluhur yang dilangsungkan sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpah serta penanda dimulainya musim tanam baru.
Tradisi ini menjadi simbol keberlangsungan nilai-nilai budaya yang terus hidup di tengah masyarakat Minangkabau.
Rangkaian kegiatan dimulai pada malam Sabtu, 26 Juli 2025, dengan pementasan seni randai dari Kabupaten Solok. Pertunjukan ini menjadi sajian pembuka yang memukau, menampilkan perpaduan seni teater, musik, dan silat tradisional yang menyampaikan pesan moral dan sejarah kepada masyarakat.
Kehadiran randai menambah kehangatan suasana serta mempertegas bahwa seni tradisi masih menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Nagari.
Pada Ahad, 27 Juli, rangkaian Bakawuah Adat berlangsung penuh khidmat. Tradisi ini tidak sekadar menjadi seremoni adat, melainkan ruang reflektif kolektif yang menekankan pentingnya gotong royong, penghormatan terhadap alam, serta nilai spiritual dan sosial yang diwariskan turun-temurun.
Acara dimulai dengan ziarah ke Makam Rajo Jambu Lipo yang sarat nilai historis, dilanjutkan dengan doa bersama dan upacara adat. Puncak kegiatan ditandai dengan tradisi makan bajamba, yang menggambarkan semangat kebersamaan dan kesetaraan sosial antarwarga.
Prosesi dipandu oleh struktur adat Nagari Latang, yakni Rajo Tigo Selo, niniak mamak, alim ulama, cerdik pandai, dan bundo kanduang dari seluruh suku. Kehadiran mereka dalam balutan busana adat lengkap memperkuat citra bahwa adat masih menjadi pilar utama dalam kehidupan masyarakat.
Dalam setiap langkah dan simbolisasi yang dilakukan, tercermin upaya mempertahankan jati diri budaya di tengah derasnya arus modernisasi.
Bukan Cuma Minangkabau, Suku di Negara-negara Ini Juga Ada yang Menganut Sistem Matrilineal
Tahun ini, pelaksanaan Bakawuah Adat semakin semarak dengan keterlibatan mahasiswa KKN dari Universitas Negeri Padang (UNP). Mereka tidak hanya membantu dalam teknis pelaksanaan, tetapi juga terlibat aktif dalam pendokumentasian kegiatan.
Video pendek, foto prosesi, dan infografik informatif yang mereka hasilkan akan disebarkan melalui media sosial resmi Nagari Latang sebagai upaya mengenalkan tradisi lokal kepada generasi muda yang akrab dengan teknologi.
Selain menjadi ajang budaya, Bakawuah Adat juga memadukan nilai adat dan agama. Doa bersama yang dipimpin oleh para alim ulama menjadi bagian penting dalam prosesi, mencerminkan sinergi antara nilai-nilai Islam dan kearifan lokal Minangkabau.
Peran bundo kanduang sangat vital dalam kegiatan ini. Dengan ketulusan dan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun, mereka menyiapkan beragam hidangan khas Minangkabau seperti emping beras ketan, gulai kerbau, rendang, lamang, ikan bakar, samba lado, hingga berbagai jenis kue tradisional.
Hidangan-hidangan ini tersaji dalam dulang bajamba, menciptakan suasana keakraban yang menjadi inti dari kehidupan masyarakat nagari.
Dari sisi ekonomi, kegiatan ini memberikan dampak positif bagi pedagang kecil dan pelaku usaha lokal. Tenda-tenda kuliner dan kerajinan rakyat berjajar di sekitar lokasi acara, menciptakan semarak pasar rakyat yang mendukung perekonomian berbasis komunitas.
Menjelang sore hari, suasana semakin meriah dengan perlombaan panjat pinang. Kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat, menghadirkan gelak tawa dan semangat kebersamaan yang menghangatkan suasana hingga petang.
Dukungan dari pemerintah daerah pun sangat terasa. Kehadiran Bupati dan Wakil Bupati Sijunjung, beserta jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung, menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung pelestarian budaya lokal.
Legenda Palasik, Makhluk Gaib dari Minangkabau yang Suka Memangsa Anak Bayi
Pemerintah daerah melihat pelestarian tradisi seperti Bakawuah Adat sebagai bagian penting dalam pembangunan karakter masyarakat yang berakar pada nilai-nilai kearifan lokal.
Sebagai penutup, masyarakat berkumpul di pelataran rumah gadang, menyatu dalam nuansa haru dan penuh keakraban. Doa bersama kembali dipanjatkan sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan keberkahan untuk masa depan.
Anak-anak bermain riang, para perantau bersilaturahmi, dan orang tua berbagi kisah penuh makna, memperkuat tali batin antarwarga nagari.
Melalui Bakawuah Adat, Nagari Latang menegaskan bahwa akar budaya Minangkabau tetap hidup dan berdaya guna. Tradisi ini menjadi perisai nilai di tengah perubahan zaman, pengikat identitas kolektif, serta komitmen bersama dalam merawat dan mewariskan kekayaan budaya kepada generasi mendatang.
Lebih dari sekadar acara seremonial, Bakawuah Adat menjadi media edukasi lintas generasi. Anak-anak dan remaja diajak mengenal ragam simbol adat, peran-peran dalam struktur kekerabatan, serta filosofi yang terkandung dalam setiap prosesi.
Hal ini menjadi penting dalam menjaga kesinambungan budaya Minangkabau yang bersifat matrilineal dan menjunjung tinggi musyawarah serta mufakat. Kegiatan ini juga membuka ruang diskusi antara generasi tua dan muda, menjembatani pemahaman dan menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas lokal.
Dengan semangat yang mengakar kuat, Bakawuah Adat menjadi manifestasi nyata bahwa adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah tidak hanya slogan, melainkan pedoman hidup yang terus dijaga.
Nagari Latang, dengan segala kekayaan adat dan budaya yang dimilikinya, menjadi teladan bagaimana masyarakat lokal bisa tetap kokoh dalam nilai di tengah tantangan globalisasi. Tradisi ini bukan hanya milik masa lalu, tetapi warisan hidup yang terus bergerak bersama zaman.
Ke depan, masyarakat berharap agar Bakawuah Adat Nagari Latang dapat terus dilestarikan dan ditingkatkan kualitas pelaksanaannya. Dukungan dari pemerintah daerah, tokoh adat, generasi muda, serta lembaga pendidikan sangat diharapkan guna menjadikan kegiatan ini tidak hanya sebagai agenda tahunan, tetapi juga sebagai warisan budaya yang mendunia.
Baralek Gadang, Tradisi Pernikahan Adat Minangkabau yang Kaya Makna dan Nilai Sosial
Dengan demikian, Bakawuah Adat tidak hanya mengokohkan jati diri masyarakat Nagari Latang, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam merawat dan menghidupkan tradisi lokal sebagai bagian dari pembangunan karakter bangsa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News