Sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan ekonomi lokal berbasis potensi pesisir, Tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University menyelenggarakan kegiatan bertajuk “MABAR” atau Masak Bandeng Bareng di Desa Cangkring, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi kuliner, tetapi juga menjadi sarana edukasi dan pemberdayaan masyarakat melalui diversifikasi produk perikanan yang berkelanjutan.
Ikan bandeng merupakan salah satu hasil utama dari kegiatan perikanan masyarakat Desa Cangkring. Potensinya sangat melimpah, namun pemanfaatannya selama ini masih cenderung terbatas pada konsumsi langsung, seperti digoreng atau dibakar. Tanpa adanya diversifikasi dan pengolahan lanjutan, potensi ekonomi dari bandeng belum dapat dimaksimalkan sepenuhnya oleh masyarakat setempat.
Menjawab tantangan tersebut, Tim KKN-T IPB University menginisiasi kegiatan lomba memasak berbahan dasar bandeng yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Kegiatan ini bertujuan mendorong kreativitas warga dalam menciptakan produk olahan yang tidak hanya lezat, tetapi juga bernilai jual dan berpotensi menjadi usaha mandiri di tingkat rumah tangga.
Lomba ini diikuti oleh lebih dari 40 orang peserta yang merupakan perwakilan dari setiap Rukun Tetangga (RT) di Desa Cangkring. Para peserta menampilkan beragam inovasi menu olahan bandeng, seperti bandeng dabu-dabu, bandeng woku, crispy sour, hingga bandeng bumbu bali yang memiliki daya simpan lebih panjang. Tidak hanya memasak, setiap kelompok juga diminta menjelaskan konsep serta potensi pengembangan produk yang mereka buat.
Kawan GNFI, semangat dan antusiasme peserta sangat terasa sejak persiapan hingga pelaksanaan lomba. Masyarakat begitu antusias mempersiapkan bahan, menyusun strategi penyajian, hingga mempresentasikan olahan mereka di hadapan tim juri. Hal ini menunjukkan bahwa potensi inovasi kuliner di desa sangat besar dan hanya perlu difasilitasi melalui pendekatan yang tepat.
Muhammad Naufal, selaku Koordinator Desa Tim KKN-T IPB University, menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang agar tidak hanya menjadi acara seremonial, tetapi mampu menjadi pemicu lahirnya wirausaha-wirausaha baru yang berbasis potensi lokal. Menurutnya, bandeng memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi produk unggulan desa, asalkan diolah dengan baik dan dikemas secara menarik.
Salah satu peserta, Ibu Darmini dari RT 08, membagikan pengalamannya dengan penuh semangat. Ia mengaku baru mengetahui bahwa bandeng bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan yang awet dan bernilai jual tinggi. “Senang sekali bisa ikut lomba ini, bisa masak bareng dan juga dapat ilmu baru. Ini juga lomba masak bandeng pertama di Desa Cangkring. Semoga ke depannya bisa rutin dilaksanakan,” tuturnya.
Kegiatan ini tidak hanya menumbuhkan semangat kewirausahaan, tetapi juga menjadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan sosial antarwarga. Suasana lomba semakin meriah dengan sesi pembagian doorprize yang melibatkan seluruh warga yang hadir. Partisipasi aktif dari masyarakat, baik sebagai peserta maupun penonton, menciptakan nuansa kebersamaan yang hangat dan penuh semangat.
Lomba Masak Bandeng Bareng merupakan bagian dari program besar KKN-T IPB University yang bertajuk “Inovasi Kolaboratif untuk Pemberdayaan Desa Cangkring melalui Edukasi, Ekowisata, dan Penguatan Ekonomi Pesisir.” Program ini mengusung pendekatan kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan mendekatkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat serta mendorong tumbuhnya inisiatif lokal yang berkelanjutan.
Mahasiswa dalam kegiatan ini hadir bukan hanya untuk menjalankan program, tetapi juga sebagai fasilitator perubahan sosial dan ekonomi. Melalui keterlibatan langsung dengan masyarakat, mahasiswa berperan aktif dalam memetakan potensi desa, merancang solusi berbasis kebutuhan warga, dan mengimplementasikan program-program yang aplikatif dan berdampak nyata.
Kawan GNFI, kegiatan seperti MABAR membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang sederhana namun berdampak luas. Inovasi kuliner berbasis sumber daya lokal seperti bandeng, jika dikembangkan secara berkelanjutan, tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga, tetapi juga membentuk identitas desa sebagai sentra produk unggulan perikanan.
Desa Cangkring memiliki potensi besar dalam bidang perikanan, dan kegiatan seperti ini menjadi jembatan untuk membuka peluang baru dalam sektor ekonomi kreatif. Dengan pelatihan, pendampingan, dan fasilitasi yang berkelanjutan, desa dapat membentuk ekosistem kewirausahaan yang mandiri dan berdaya saing.
Semangat gotong royong, kolaborasi antarwarga, serta sinergi antara mahasiswa dan masyarakat menjadi modal penting dalam menciptakan perubahan yang positif dan berkelanjutan. Mahasiswa hadir bukan sebagai tamu, tetapi sebagai bagian dari proses tumbuhnya inovasi desa.
Melalui kegiatan ini, Desa Cangkring menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi lokal dapat dibangun dari dapur warga, dimulai dengan kreativitas sederhana dan semangat kebersamaan yang kuat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News