Belum lama ini pada tanggal 26 Juli, setiap tahunnya dunia merayakan peringatan besar yakni Hari Mangrove Sedunia.
Di tahun 2025 ini, hari besar ini mengangkat tema “Protecting Wetlands for our Future”, di mana menyoroti tentang salah satu manfaat dari ekosistem mangrove, menjaga tanah dari abrasi.
Sebagai negara kepulauan, di Indonesia sendiri peranan mangrove tentu cukup penting. Tak hanya konservasi, banyak upaya dari beberapa lembaga yang berkolaborasi dengan pemerintah demi menjadi contoh dan menyuarakan tentang menjaga ekosistem mangrove di masa kini dan masa mendatang. Berikut adalah beberapa ceritanya dalam setahun terakhir!
Rencana Perlindungan Mangrove jadi Fondasi Masa Depan dalam 30 Tahun oleh KLH/BPLH
Sebagai bentuk langkah strategis menghadapi krisis iklim dan degradasi ekosistem, pada 7 Juli 2025 silam, Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) menggelar sebuah sosialisasi yang tujuan utamanya adalah mengukuhkan dua regulasi Peraturan Pemerintah.
Salah satu regulasi barunya yakni Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2025 berisi tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove (PPEM). Dikutip dari laman KLH, PP ini lahir karena melihat data bahwa Indonesia memiliki 3,44 juta hektare ekosistem mangrove, dan ada peran vital di setiap lahannya. Misalnya untuk melindungi pesisir dari abrasi, hingga menjadi habitat biota laut.
Atas beberapa dasar itu dan adanya data tentang adanya beberapa wilayah hutan mangrove yang belum menjadi area dilindungi, PP ini akan memberi aturan perlindungan dan pengelolaan ekosistem mangrove secara nasional.
Lebih dari Sekadar Gundukan Tanah: Menyingkap Benteng Rahasia Perang Diponegoro di Klaten
Demi mendukung wujudnya PPEM, pemerintah meluncurkan program Desa Mandiri Peduli Mangrove (DMPM), dengan tujuan mengintegrasikan konservasi mangrove lewat penguatan ekonomi masyarakat pesisir. Program ini mencakup beberapa sektor:
- ekowisata
- pembibitan
- silvofishery
- pemberdayaan kelembagaan dan sarana prasarana desa.
Lokakarya Mangrove Breakthrough
Berlangsung pada tanggal 16 dan 17 April 2025 di Jakarta, acara ini diselenggarakan oleh Global Mangrove Alliance (GMA) Indonesia Chapter dan mengusung tema “Memotivasi Terobosan Mangrove di Indonesia: Panduan Bersama untuk Kemitraan dan Peningkatan Pendanaan”.
Dilansir dari laman NationalGeographic, demi menunjukan langkah nyata dari sinergi global, GMA mengimplementasikan program Mobilizing the Mangrove Breakthrough (MMB) lewat dukungan pendanaan dari Bezos Earth Fund dan kemudian memberi dukungan konkrit ke beberapa wilayah konservasi.
Program ini dirancang untuk mengeksplorasi usulan program skala besar di beberapa negara yang diidentifikasi sebagai prioritas awal, diantaranya seperti Indonesia, Meksiko, dan Guinea-Bissau.
Mengawali pelaksanaannya di Indonesia, program MMB dijalankan secara spesifik di empat provinsi berdasarkan hasil dari kriteria ketat yang meliputi populasi, biodiversitas, potensi rehabilitasi, proteksi, serta kelembagaan.
Keempat provinsi ini meliputi Provinsi Riau, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Kalimantan Utara, dan Provinsi Papua Barat.
Kerja Sama Indonesia dan Jerman di Papua Barat lewat Forest Program IV
Dengan adanya potensi besar di Provinsi Papua Barat Daya khususnya wilayah Sorong, pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jerman (melalui Kreditanstalt für Wiederaufbau/KfW) menjalankan kerja sama baru yang memperluas serta memfokuskan area jangkauan Forest Program di kawasan tersebut.
Dikutip dari laman RadarSorong, melalui sosialisasi di kota Sorong pada Rabu 16 Juli 2025 lalu, Ristianto Pribadi, Direktur Rehabilitasi Mangrove Kementerian Kehutanan, menyampaikan jika program ini tidak hanya sebatas pada gerakan menanam pohon. Namun, juga akan menerapkan pendekatan perawatan dan pemulihan 3M (Mempertahankan, Meningkatkan, dan Memulihkan).
Piramida Pugung Raharjo: Jejak Situs Megalitik di Lampung Timur yang Masih Simpan Misteri
Target Rehabilitasi 2027 oleh BRGM
Masih mempunyai target rehabilitasi mangrove, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menginisiasi sebuah program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR). Program ini diperkenalkan sejak tahun 2022, tetapi baru efektif berjalan di tahun 2024.
Rancangan M4CR mempunyai target capaian untuk merehabilitasi 75.000 hektare hutan mangrove di 4 provinsi prioritas hingga 2027: Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Berhasil merehabilitasi hingga 6.000 hektare di tahun 2024, program ini mendorong masyarakat untuk melihat mangrove sebagai aset yang memiliki nilai dan bermanfaat secara berkelanjutan.
Meski awalnya banyak pemilik tambak belum menyadari manfaatnya, melalui sosialisasi intens dan pendekatan berbasis data, pemahaman mereka mulai memahami bahwa tambak dengan mangrove lebih produktif dan tahan terhadap ancaman abrasi.
Mahasiswa KKN IPB Manfaatkan Potensi Pemberdayaan Lele di Desa Kebobang: Dukung Ekonomi Sirkular dan Keberlanjutan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News