lebih dari sekadar gundukan tanah menyingkap benteng rahasia perang diponegoro di klaten - News | Good News From Indonesia 2025

Lebih dari Sekadar Gundukan Tanah: Menyingkap Benteng Rahasia Perang Diponegoro di Klaten

Lebih dari Sekadar Gundukan Tanah: Menyingkap Benteng Rahasia Perang Diponegoro di Klaten
images info

Di perbatasan Desa Rejoso (Kecamatan Jogonalan) dan Baturan (Kecamatan Gantiwarno), Klaten, berdiri reruntuhan bangunan tua yang diyakini sebagai benteng peninggalan Perang Diponegoro (1825–1830). Meski hanya tersisa sebagian tembok dan pondasi yang dikelilingi semak belukar, warga sekitar tidak ada yang berani mengusik keberadaannya.

“Ya itu lungguh (tanah kas) untuk pak kadus. Yang ditanami ya cuma sekitar itu (benteng), bangunannya ya sejak dulu begitu itu,” ujar Sumardi, Kepala Desa Rejoso, Minggu (29/6/2025).

Sumardi menambahkan bahwa bangunan tersebut memang berada di atas tanah kas desa, namun sejarah pastinya tidak ia ketahui. “Itu saya tidak tahu sejarahnya. Ya di tanah kas desa, coba saya tanya para sesepuh,” katanya.

Gumuk Londo: Misteri yang Tak Pernah Tersentuh

Warga setempat mengenal reruntuhan tersebut sebagai gumuk Londo, yang artinya gundukan milik Belanda. Kardiyo (68), warga sekitar, mengungkapkan bahwa bangunan itu terakhir kali digunakan untuk tempat pewarnaan kain atau medel. “Dulu (tanah di depan benteng) itu kebun Londo semua,” jelasnya.

Kondisi bangunan memang sudah rusak sejak dulu. “Pondasinya besar-besar tapi benteng atau apa tidak tahu, namanya gumuk Londo,” tambahnya.

Dari observasi, bangunan yang sedikit lebih tinggi dari lahan sawah itu masih menyisakan pilar setebal sekitar 80 cm, lengkungan pintu, dan pondasi bata lebar satu meter. Struktur ini sesuai dengan deskripsi benteng dalam peta Mayor De Stuers terbitan 31 Januari 1830.

Strategi Militer: Stelsel Benteng untuk Memburu Diponegoro

Hari Wahyudi, pegiat sejarah Klaten, menyebut bahwa benteng tersebut merupakan bagian dari sistem stelsel bentengBelanda. Berdasarkan catatan Mayor De Stuers dan Kapten Pieter Johan Frederik Louw dalam De Java Oorlog (1894), jumlah benteng Belanda di Jawa mencapai 161 versi Stuers dan 263 menurut Louw. Delapan di antaranya ada di Klaten.

"Stuers menulis 161 benteng stelsel, atau benteng cadangan. Kalau menurut Louw ada 263 benteng dan 8 di antaranya di Klaten," jelas Hari.

Benteng Andong yang terletak di wilayah Rejoso didirikan untuk menghadapi pasukan Pangeran Diponegoro di Desa Gesikan dan melindungi jalur logistik Jogja–Solo. 

“Jalan pos atau jalan Jogja–Solo itu jalur ekspedisi logistik pasukan Belanda. Untuk menjaga dari penghadangan pasukan Pangeran Diponegoro,” lanjutnya.

Benteng-benteng yang Terkoneksi dan Bergerak

Menurut Hari, delapan benteng di Klaten saling terhubung. Belanda menempatkan delapan koloni detasemen yang terus bergerak dari Benteng Induk Loji (pusat kota Klaten) ke benteng-benteng pendukung di sekitarnya. Benteng Delanggu adalah yang terbesar dan pernah diserang pasukan Diponegoro dan Kiai Modjo pada Agustus 1826.

“Benteng Delanggu terbesar karena memiliki 2 perwira, 3 sersan Eropa dan dilengkapi 2 meriam. Pada Agustus 1826 diserang Diponegoro dan Kiai Modjo yang mengalahkan Kompeni berkekuatan 500 tentara,” ungkap Hari.

Jejak yang Kian Memudar

Sayangnya, banyak benteng lain di Klaten kini hanya tersisa dalam cerita. Misalnya, benteng di Poelowatu yang hanya dikenal dari nama dusun “Potro” yang disebut sebagai dusun wetan benteng.

“Dusun Potro itu sejak dulu dijuluki dusun wetan benteng (timur benteng). Tapi bentengnya sendiri sudah tidak ada, coba akan kita cari jejaknya,” kata Ery Karyatno, Kepala Desa Demak Ijo.

Biaya Perang yang Luar Biasa Besar

Perang Diponegoro merupakan salah satu konflik paling mahal yang dihadapi Hindia Belanda. Menurut Saleh As’ad Djamhari, konflik yang berlangsung dari 19 Juli 1825 hingga 28 Maret 1830 menewaskan 15.000 tentara Kompeni (8.000 di antaranya orang Eropa), 200.000 penduduk Jawa, dan menelan biaya hingga 25 juta gulden. Sistem Stelsel Bentengdiciptakan oleh Jenderal De Kock pada tahun 1827 untuk menekan gerak Diponegoro.

Hingga kini, Dinas Kebudayaan Klaten belum memiliki data lengkap tentang benteng-benteng peninggalan perang tersebut. “Dinas belum memiliki data tentang benteng-benteng di Klaten dari masa Perang Diponegoro,” kata Wiyan Ari Tanjung, analis cagar budaya Klaten.

 

Sumber:

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.