Permasalahan hama tikus yang merusak tanaman padi telah menjadi momok bagi para petani di Desa Ciptamargi, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang. Serangan tikus yang berlangsung secara masif dapat merusak tanaman padi sehingga menyebabkan penurunan hasil panen yang signifikan dan berdampak pada ekonomi petani.
Melihat keadaan tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Institut Pertanian Bogor (IPB) di Desa Ciptamargi hadir membawa pendekatan ekologis yang ramah lingkungan yakni dengan membangun rumah burung hantu sebagai solusi pengendalian hama tikus secara alami.
Pengendalian hama tikus di persawahan sudah sering dilakukan oleh petani desa Ciptamargi dengan bantuan oli, solar, dan racun tikus.
“Petani di sini umumnya pakai oli, solar, dan racun untuk mengendalikan tikus. Oli dan solar dicampur dengan racun tikus, kemudian dituang ke saluran atau parit di sekitar sawah”, ujar Pak Sahri, Petani di Dusun Tegal Buah, Desa Ciptamargi.
Petani Desa Ciptamargi melakukan pengendalian tikus dengan oli, solar, dan racun secara terus-menerus. Penggunaan oli dan solar yang berlebih dapat mencemari tanah dan air yang berdampak pada penurunan produktivitas padi. Pengendalian secara biologis seperti menggunakan burung hantu dapat menjadi alternatif pengendalian tikus sawah yang lebih ramah lingkungan.
Burung hantu (Tyto alba) dikenal sebagai predator alami tikus dengan kemampuan memburu dan mengurangi populasi tikus secara efektif. Burung hantu ini dapat memangsa 3 hingga 5 tikus dalam satu malam.
Dengan memanfaatkan keunggulan biologis burung hantu ini, para mahasiswa KKN-T IPB menggagas pembangunan sarana habitat burung hantu (Rubuha) di area persawahan desa, khususnya di Dusun Tegal Buah.
Rumah burung hantu dibuat dari bahan sederhana yang mudah diperoleh di sekitar Dusun Tegal Buah, seperti papan kayu, bambu, dan seng. Proses pembuatan rubuha dilakukan di posko KKN-T IPB Desa Ciptamargi oleh mahasiswa dan dibantu oleh masyarakat, khususnya di Dusun Tegal Buah.
Pembuatan rubuha dilakukan selama dua hari dari tanggal 18 hingga 19 Juli 2025. Rubuha dibuat mengikuti petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (2020).
Pemasangan rubuha di persawahan Dusun Tegal Buah melalui persetujuan dua petani yakni Pak Sahri dan Bapak Anen selaku pemilik lahan sawah yang cukup besar di Dusun tersebut.
“Untuk lokasi pemasangan rubuha nanti di tengah sawah saja, agar bisa merata ke lahan sawah lainnya di Dusun Tegal Buah” ujar Pak Anen selaku pemilik lahan sawah.
Pemasangan rubuha dilakukan pada tanggal 20 Juli 2025 oleh mahasiswa KKN-T IPB yang dibantu oleh bapak RT dan petani lainnya di Dusun Tegal Buah. Pemasangan rubuha dilakukan dengan menggotong rubuha yang sudah terikat dengan bambu ke tengah sawah bersama-sama.
Petani berharap dengan dibangunnya rubuha ini dapat mengendalikan tikus dan mampu meningkatkan produktivitas padi di lahan mereka.
“Semoga dengan dibangunnya rubuha ini burung hantu bisa segera datang dan bisa mengendalikan tikus yang ada di lahan, karena memang di Desa Ciptamargi ini rubuha masih sangat sedikit, bahkan di Dusun Tegal Buah belum ada sama sekali dan ini yang pertama” ujar pak Sahri.
Mahasiswa KKN-T IPB berharap langkah ini bisa menjadi awal untuk memotivasi petani untuk mengendalikan hama tikus di sawah yang ramah lingkungan serta mengajak petani untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem dan mengurangi penggunaan bahan atau racun kimia yang dapat mencemari tanah dan air.
“Pembangunan rubuha ini menjadi langkah kami sebagai tim KKN-T IPB untuk memberikan manfaat jangka panjang seperti pengurangan penggunaan bahan kimia berbahaya, peningkatan hasil panen padi, serta pelestarian keanekaragaman hayati di lahan persawahan” ujar Akbar, Ketua Tim KKN-T IPB Desa Ciptamargi.
Sebagai bentuk keberlanjutan lainnya, tim KKN-T IPB membuat buku panduan dan video tutorial pembuatan rubuha yang dapat digunakan oleh petani atau masyarakat sekitar.
Kawan GNFI, pembangunan rubuha ini bukan hanya sekadar program tanpa keberlanjutan. Akan tetapi, program ini dilakukan dengan pendekatan kolaboratif dan inovatif, membuka jalan menuju pertanian berkelanjutan yang lebih produktif dan aman bagi lingkungan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News