Modernisasi semakin menggerus interaksi langsung dan nilai-nilai tradisional di tengah masyarakat. Padahal, anak memerlukan ruang untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan kodrat mereka.
Permainan tradisional menjadi asing. Anak lebih mengenal dan tertarik dengan gawainya dibandingkan bermain dan merasakan riuh gembiranya bermain bersama rekan sebayanya.
Congklak, gasing, egrang, hingga engklek, nama-nama permainan ini bisa jadi sudah asing bagi sebagian besar anak yang menghabiskan masa kecilnya dengan bermain gadget. Bukan sekadar hiburan, permainan jadul itu memiliki nilai-nilai budaya yang luhur yang dapat membantu tumbuh kembang anak, seperti kebersamaan, sportivitas, kreativitas, kecerdasan sosial, hingga melatih kemampuan motorik mereka.
Berangkat dari sana, hadirlah Yayasan Dunia Damai, sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang sosial lewat pendidikan alternatif, yakni seni dan budaya untuk anak. Yayasan ini menjadi ruang untuk mengenalkan, melestarikan, dan menghidupkan kembali mainan tradisional di tengah kehidupan anak-anak masa kini.
Ruangnya Anak Berkenalan dengan Mainan Tradisional
Kawan GNFI, Yayasan Dunia Damai sebenarnya berawal dari sebuah komunitas bernama Komunitas Kolong Tangga. Pada 2 Februari 2008, komunitas ini mengubah bentuknya menjadi sebuah yayasan berbadan hukum.
Membawa motto ‘Yayasan untuk Semua Anak’, Yayasan Dunia Damai ingin melibatkan semua anak di Yogyakarta untuk tumbuh berkembang bersama tanpa memandang status sosial dan ekonomi. Ada asa besar yang ingin diwujudkan—membangun ruang publik khusus anak yang lengkap dengan banyak mainan tradisional.
Yayasan ini juga ingin melibatkan anak dengan beragam aktivitas yang membantu perkembangan anak, mulai dari lokakarya pembuatan mainan, menulis cerita, hingga storytelling. Hasilnya, pada 2008, Yayasan Dunia Damai membangun sebuah museum yang dinamakan Museum Kolong Tangga.
Uniknya, ada ribuan mainan dan permainan tradisional yang ada di sana. Tidak hanya mainan dari Indonesia saja, banyak juga yang berasal dari berbagai negara di dunia.
Lewat Museum Kolong Tangga, anak-anak diajak untuk mengenal kembali mainan dan permainan tradisional. Tak hanya itu, ada berbagai kegiatan, seperti workshop, konser musik, dan pameran yang bertujuan agar anak-anak merasa lebih dekat dengan museum.
Jaga Mainan Tradisional sebagai Warisan Budaya
Berlokasi di Bantul, Yogyakarta, Yayasan Dunia Damai membawa harapan besar untuk melestarikan dan mengembangkan mainan dan permainan tradisional sebagai warisan budaya untuk mendukung perkembangan anak.
Yayasan ini juga membantu anak-anak hingga remaja untuk lebih dekat dengan alam dan sosial mereka. Bahkan, mereka juga mengajak anak-anak untuk melestarikan tradisi dan menjaganya agar tetap hidup di tengah modernisasi saat ini.
Kawan GNFI, meskipun berbasis di Yogyakarta, komunitas ini turut berupaya untuk menjangkau anak-anak di wilayah lain, seperti Surabaya dan Jakarta. Bahkan, Yayasan Dunia Damai juga berkolaborasi untuk membuat pameran kolaboratif dengan negara sahabat, salah satunya Polandia.
Yayasan yang sudah berdiri nyaris selama dua dekade ini punya berbagai program, di antaranya:
- Pengelolaan Museum Kolong Tangga (museum mainan dan pendidikan alternatif)
- Perpustakaan Burung Biru (Perpustakaan dengan koleksi buku bacaan anak)
- Penerbitan majalah kelereng (untuk pembaca anak)
- Corens Library (Perpustakaan dengan koleksi buku sastra, budaya, dan seni)
- Pameran temporer dengan tema yang berkaitan dengan mainan dan dunia anak
- Berbagai kegiatan edukasi, mulai dari bermain permainan tradisional, kreasi mainan dari bahan alam dan bekas, hingga kunjungan ke sekolah, panti asuhan, dan komunitas.
Kawan GNFI, Yayasan Dunia Damai merupakan salah satu dari sekian komunitas yang tergabung dengan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget Batch 1, kolaborasi Good News From Indonesia (GNFI) dan Kampung Lali Gadget (KLG). Kolaborasi ini diharapkan dapat menghidupkan kembali mainan dan permainan tradisional agar terus dikenal dan terus dilestarikan demi anak-anak Indonesia.
Kami mengumpulkan mainan dari masa lalu untuk anak-anak di masa kini. – Yayasan Dunia Damai
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News