- Pacu jalur bukan hanya perlombaan tetapi juga bentuk solidaritas antar masyarakat
- Tradisi ini muncul dalam tradisi maelo yaitu menarik kayu jalur bersama-sama dari hutan
- Tradisi ini menjadi bentuk solidaritas dan kebersamaan antar masyarakat
Pacu Jalur bukan hanya sekadar lomba dayung yang meriah di atas Sungai Kuantan, Riau. Lebih dari itu, tradisi ini menyimpan makna solidaritas sosial yang mendalam, tercermin sejak proses pembuatan perahu hingga perlombaan berlangsung. Di balik gemuruh sorak-sorai penonton dan irama dayung yang beradu cepat, ada semangat gotong royong yang menyatukan masyarakat Kuantan Singingi.
Sebagai agenda tahunan yang biasanya diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Pacu Jalur telah menjadi magnet wisata budaya, tidak hanya bagi warga lokal tapi juga pengunjung dari berbagai daerah hingga mancanegara.
Perahu panjang yang disebut "jalur" menjadi simbol kebanggaan tiap desa atau banjar. Namun, proses panjang sebelum perahu itu bisa berlaga, menjadi kisah lain tentang solidaritas dalam pacu jalur yang jarang dibahas.
Tradisi Maelo: Menarik Kayu, Menarik Kebersamaan
Salah satu tahap penting dalam tradisi pacu jalur adalah kegiatan maelo atau menarik kayu jalur dari hutan. Proses ini dilakukan secara beramai-ramai oleh warga kampung setelah batang kayu besar ditebang. Mengingat ukuran kayu yang begitu besar dan panjang, dibutuhkan kekompakan seluruh anggota masyarakat agar kayu tersebut bisa ditarik keluar hutan dan diolah menjadi jalur.
“Oleh karena itu, kekompakan masyarakat suatu kampung amat diperlukan agar pekerjaan maelo berjalan dengan sukses,” ucap Hasbullah dalam Pacu Jalur dan Solidaritas Sosial Masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi.
Kegiatan ini tidak sekadar teknis. Ia mencerminkan nilai-nilai gotong royong yang masih mengakar kuat di tengah masyarakat. Menurut Hasbullah, tradisi maelo sudah mendarah daging dalam budaya Kuantan Singingi. Pada masa lalu, masyarakat akan menarik batang kayu itu langsung dari hutan, dengan sebagian proses pengerjaan jalur dilakukan di sana.
“Dengan demikian, sebagian pekerjaan membuat jalur sudah dilakukan di hutan,” paparnya.
Saat ini, sebagian besar kayu jalur telah dibentuk terlebih dahulu atau bahkan ditarik menggunakan alat berat. Namun di banyak kampung, semangat tradisional tetap dipertahankan. Mereka tetap melaksanakan tradisi maelo dengan menarik jalur hingga ke tepi jalan besar secara manual.
“Meskipun demikian, tradisi maelo masih tetap dilaksanakan, yaitu menarik kayu jalur tersebut dari hutan sampai ke tepi jalan besar,” jelasnya.
Panggung Sosial Anak Muda dan Tradisi yang Menghibur
Aktivitas maelo tidak hanya jadi bagian dari kerja kolektif. Ia juga menjadi momen sosial yang dinantikan masyarakat, terutama anak-anak muda. Kegiatan ini sering kali dimaknai sebagai kesempatan berkumpul, bersenda gurau, bahkan ajang mencari jodoh.
“Dalam pelaksanaan kegiatan maelo ini, biasanya seorang bujang dibawakan nasi oleh kekasihnya, dan mereka dapat makan bersama,” lanjut Hasbullah.
Ada pula cerita lucu yang membaur dalam kegiatan tersebut. “Di samping itu, mereka juga dapat berdekatan dalam maelo atau menarik tali. Tidak jarang ketika tali penarik itu putus, mereka saling berjatuhan dan berdekatan. Hal ini menjadi hiburan dan tertawaan bagi yang lain, sehingga badan letih tidak terasa,” paparnya.
Tak heran jika aktivitas maelo ini menjadi pengalaman kolektif yang memperkuat ikatan sosial warga. Tradisi ini bukan sekadar menarik kayu, tetapi juga menarik hati dan mempererat relasi antarwarga.
“Tradisi maelo mampu mengikat mereka untuk datang beramai-ramai melakukan aktivitas menarik kayu jalur. Dengan demikian, dapat dikatakan jalur merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kuantan Singingi yang dapat merekat hubungan antar anggota atau warga masyarakat,” pungkas Hasbullah.
Pelestarian Solidaritas sebagai Warisan Budaya
Di tengah modernisasi dan kemudahan alat berat, solidaritas dalam pacujalur tetap menjadi elemen penting yang dijaga oleh masyarakat. Pacu jalur bukan hanya tentang siapa yang tercepat, tapi siapa yang paling kompak dan solid sejak awal proses hingga pelaksanaan. Warisan budaya ini adalah cermin kebersamaan, kerja kolektif, dan identitas yang harus terus dilestarikan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News