- Pemerintah berencana membuat perjalanan haji menggunakan kapal laut
- Perjalanan haji menggunakan kapal laut pernah dilakukan sebelum adanya penerbangan
- Banyak tantangan berat saat melakukan perjalanan menggunakan kapal laut
Pemerintah Indonesia tengah mengkaji kemungkinan membuka kembalijalur laut sebagai alternatif perjalanan ibadah haji dan umrah. Gagasan ini bukan hal baru. Sebelum era pesawat terbang, ribuan jemaah dari Nusantara menunaikan rukun Islam kelima dengankapal laut—dalam perjalanan panjang penuh tantangan menuju Tanah Suci.
Awal Mula Jalur Haji Lewat Laut
Sejak abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-20, perjalanan haji lewat laut menjadi satu-satunya opsi bagi umat Islam di Indonesia. Dalam buku Naik Haji di Masa Silam Tahun 1482–1890 karya Henri Chambert-Loir, dijelaskan bahwa calon jemaah haji harus menempuh waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, untuk sampai ke Hijaz. Mereka menunggu musim angin yang tepat, menghadapi badai di tengah samudera, serta transit di pelabuhan seperti Aceh, Penang, atau Bombay.
Di masa kolonial Belanda, perjalanan ini tidak hanya sulit secara fisik, tapi juga administratif. Gubernur Jenderal Daendels mewajibkan jemaah membawa dokumen resmi. Pada 1825, paspor haji dijual seharga 110 gulden—sangat mahal untuk rakyat biasa. Belanda juga mewajibkan bukti nafkah bagi keluarga yang ditinggalkan. Bahkan, jika setelah pulang dari Mekkah seseorang tidak mampu menunjukkan tanda fisik berhaji, ia bisa didenda 100 gulden dan dilarang memakai gelar “haji”.
Kapal Laut dan Kisah-Kisah Perjuangan
Perjalanan haji menggunakan kapal laut menyimpan berbagai cerita getir. Berdasarkan data Kementerian Agama, kondisi di atas kapal sangat minim fasilitas. Para jemaah hanya mendapatkan ruang palka sempit sekitar 1 hingga 1,5 meter persegi per orang, dengan sanitasi dan makanan yang serba terbatas. Beberapa jemaah mengalami kelaparan karena jatah makanan mereka dicuri awak kapal.
Menurut laporan Penyelenggaraan Ibadah Haji Hindia Belanda oleh Fauzan Baihaqi, pelayaran dari Indonesia ke Semenanjung Arab bisa memakan waktu 5–6 bulan. Keberhasilan pelayaran sangat bergantung pada musim angin. Jika cuaca buruk melanda, perjalanan bisa tertunda bahkan membahayakan nyawa.
Salah satu tragedi besar terjadi pada 1893, saat kapal Samoa milik firma Herklots tenggelam akibat badai, menewaskan 100 dari 3.600 jemaah di dalamnya. Setibanya di Mekkah pun, para jemaah belum lepas dari risiko. Wabah kolera dan kondisi hidup yang tidak higienis menyebabkan banyak yang jatuh sakit, bahkan meninggal.
Indonesia, Negara Pengirim Haji Terbanyak Lewat Laut
Pada puncaknya, Indonesia tercatat sebagai negara non-Arab dengan jumlah jemaah haji terbanyak. Menurut Prof. Dr. Deliar Noer, pada tahun 1926/1927, sebanyak 52.000 jemaah berangkat dari Indonesia, sebagian besar menggunakan kapal laut. Setelah kemerdekaan, tradisi ini tetap dilanjutkan. Tahun 1950, Menteri Agama K.H.A. Wahid Hasjim secara simbolis melepas jemaah haji dari Pelabuhan Tanjung Priok.
Namun seiring berkembangnya teknologi penerbangan, jumlah jemaah yang memilih jalur laut menurun drastis. Tahun 1977, jemaah haji yang berangkat dengan pesawat sudah mencapai 12.899 orang, sedangkan jalur laut hanya 7.450. Ironisnya, ongkos kapal laut justru lebih mahal dan durasinya jauh lebih lama.
Akhir Era Laut dan Munculnya Peluang Baru
Tahun 1979 menjadi penanda akhir dari pengangkutan haji lewat laut. Sejak saat itu, seluruh jemaah Indonesia diberangkatkan melalui jalur udara, yang jauh lebih cepat dan efisien. Meski demikian, belakangan ini muncul wacanamenghidupkan kembali jalur laut untuk umrah dan haji, khususnya bagi jemaah lansia atau yang ingin merasakan pengalaman spiritual perjalanan panjang seperti dulu.
Jika rencana ini terealisasi,perjalanan haji lewat laut bisa menjadi alternatif spiritual sekaligus wisata religi historis, mengingatkan kita pada jejak leluhur dalam menapaki rukun Islam kelima dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan.
- Dulu Naik Kapal, Kini Akan Diulang? Sejarah Perjalanan Haji Lewat Laut dari Indonesia
- Sejarah Berhaji Orang Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News