biografi dr soetomo sang dokter dan pejuang pergerakan nasional - News | Good News From Indonesia 2025

Biografi dr. Soetomo: Sang Dokter dan Pejuang Pergerakan Nasional

Biografi dr. Soetomo: Sang Dokter dan Pejuang Pergerakan Nasional
images info

Siapa sangka, dr. Soetomo yang kita kenal sebagai salah satu tokoh pendiri organisasi Budi Utomo ini menulis kisah hidupnya menjadi sebuah buku berjudul Kenang-kenangan (1934). Di balik sosoknya yang dianggap sebagai pelopor pergerakan nasional, ternyata kisah hidupnya begitu menarik untuk diketahui.

Latar Belakang Keluarga, Pendidikan, dan Karier

dr. Soetomo lahir tahun 1888 di Nganjuk, Jawa Timur. Ia adalah anak pertama dari 7 bersaudara. Soetomo lahir dari keluarga priayi dan pejabat pemerintah kolonial. Ayahnya adalah seorang pegawai pangreh dan kakeknya menjadi tokoh yang disegani di Nganjuk.

Ia menceritakan kalau ia lebih dekat dengan nenek dan kakeknya dibanding dengan orang tuanya. Hubungannya dengan sang ayah tidak begitu dekat. 2 tahun sebelum ayahnya meninggal, dirinya sempat menjalin hubungan yang cukup dekat dengan ayahnya.

Mengutip buku Seratus Buku Sastra Indonesia yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan, dituliskan bahwa sepeninggal ayahnya, Soetomo merasakan menjadi tulang punggung keluarga. Biaya sekolah adik-adiknya ikut dipikirkan dan diatasi oleh Soetomo.

Dari sosok orang yang royal kepada teman-temannya, semenjak menjadi tulang punggung ia harus mengirit uang demi biaya sekolah keenam adiknya.

dr. Sutomo bersama keluarga | Foto: Wikimedia Commons | Anonymous KITLV 3583
info gambar

Soetomo sendiri merupakan lulusan STOVIA (sekolah dokter bumiputra) tahun 1911. Saat bersekolah di STOVIA inilah ia menjadi salah satu pelopor berdirinya Budi Utomo tahun 1908.

Setelah lulus, ia bekerja di beberapa daerah di Jawa dan Sumatra sebagai dokter pemerintah. Mula-mula ia bertugas di Semarang, lalu Tuban, Lubuk Pakam (Sumatra Utara), dan Malang. Di kota terakhir inilah Soetomo berhasil memberantas wabah pes.

Pada tahun 1919 sampai 1923 Soetomo menempuh pendidikan kedokteran lanjutan di Belanda dan lulus sebagai dokter ahli kulit dan kelamin.

Soetomo dan Pergerakan Nasional

Karakteristik Soetomo terbentuk saat di STOVIA. Meskipun pada awalnya ia masih sering berada di bawah bayang-bayang kakak sepupunya. Namun, suatu saat, dirinya punya keberanian untuk menjawab soal matematika yang diajukan gurunya di kelas. Tidak ada yang maju selain Soetomo. Ia menjawab dan jawabannya benar. Dari situlah kepercayaan dirinya meningkat.

Selama di STOVIA ia dan teman-temannya sering berdiskusi tentang kondisi rakyat yang menderita di masa itu karena penjajahan. Bersama dr. Wahidin Sudirohusodo dan Goenawan Mangunkusumo, dirinya membentuk organisasi Budi Utomo.

Baca juga: Sejarah Singkat Budi Utomo: Organisasi Pertama di Indonesia

Selain itu, pada tahun 1924 Soetomo juga mendirikan Indonesia Study Club di Surabaya untuk menyebarkan gagasan pemikiran dan politiknya. Nama Indonesia Study Club berubah menjadi Persatuan Bangsa Indonesia.

Lalu, di tahun 1935 Persatuan Bangsa Indonesia bergabung dengan Budi Utomo yang kemudian menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).

Dalam bukunya, ia menyebutkan peran besar dari kawan-kawan seperjuangannya. Sosok pertama, dr. Wahidin Sudirohusodo, baginya adalah pelopor pergerakan nasional yang sesungguhnya. Sebab, Wahidin telah berkeliling Jawa untuk menyebarkan gagasan pentingnya eksistensi perkumpulan pemuda bagi masyarakat.

Tokoh lainnya, Douwes Dekker, membantu penyebaran gagasan dari Budi Utomo, Mas Soeradji, sekretaris yang mengurusi surat menyurat, dan Moh. Soelaiman yang sering meninggalkan kelas untuk keperluan Budi Utomo.

Namun, ada satu nama yang sangat dekat dengannya, yakni Goenawan Mangunkusumo, adik dari Tjipto Mangunkusumo. Mereka berjuang bersama membangun dan menjalankan Budi Utomo sampai Goenawan wafat tahun 1929.

Sahabat Soetomo telah tiada, Tijpto Mangunkusumo menyebut, “Soetomo sekarang telah kehilangan dalangnya.”

Kematian sahabatnya tidak membuat Soetomo menyerah, ia tetap berjuang demi bangkitnya pergerakan nasional sampai ia wafat tahun 1938.

Perannya dalam pergerakan nasional di Indonesia membawa Soetomo diberikan penghargaan gelar sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 657/Tahun 1961 pada tanggal 27 Desember 1961.

Kisah Cinta Bersemi di Rumah Sakit

Kisah menarik lainnya dari seorang Soetomo ada pada kisah cintanya. Istrinya, Everdina Broering merupakan seorang janda berkebangsaan Belanda yang bekerja sebagai seorang perawat di Indonesia. Mereka bertemu saat bertugas di rumah sakit yang sama.

Saat itu, Soetomo melihat wajah Everdina Broering murung dan sedih. Baru Soetomo ketahui bahwa Everdina merupakan seorang janda yang ditinggal wafat suaminya. Tak lama, mereka menikah tanpa dikaruniai anak.

Meskipun berkewarganegaraan Belanda, tetapi Everdina sangat mendukung usaha Soetomo dalam memperjuangkan hak bangsanya. Bahkan saat Soetomo ingin menyamakan kewarganegaraannya seperti istrinya, Everdina menolak hal itu.

Everdina berkeyakinan bahwa setia pada tanah air itu adalah yang utama karena ia merasakan bagaimana rasa cintanya pada tanah airnya, Belanda. Pasti begitu sama pula rasa cinta Soetomo terhadap tanah airnya.

Namun, Everdina berpulang lebih dulu di tahun 1934 meninggalkan Soetomo yang sedang berjuang. Empat tahun kemudian, Soetomo menyusul kepergian sang istri.

Baca juga: Mengenal dr. Raden Rubini Natawisastra: Dokter, Tokoh Pergerakan, dan Pahlawan Nasional

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.