- Empat choke point Indonesia adalah Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makassar.
- Choke point adalah selat sempit di sepanjang rute laut global yang sangat penting untuk ketahanan energi global.
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang strategis di antara dua samudra besar—Hindia dan Pasifik)—diberkati posisi geografis yang unik. Posisi ini menjadikan perairan Indonesia sebagai rumah bagi sejumlah choke point maritim yang sangat vital untuk lalu lintas perdagangan dan keamanan internasional.
Choke point atau titik sempit jalur pelayaran dunia adalah selat sempit di sepanjang rute laut global yang sangat penting untuk ketahanan energi global. Pasokan energi dunia sangat bergantung pada titik-titik ini.
Indonesia sendiri memiliki empat choke point penting yang menjadi bagian dari perdagangan dan transportasi minyak laut global. Choke point ini dilalui lebih dari 40 persen kapal-kapal perdagangan dunia.
4 Choke Point Indonesia yang Penting untuk Perdagangan Dunia
1. Selat Malaka
Selat Malaka adalah jalur pelayaran penting di dunia yang sudah terkenal sejak dahulu, utamanya di era Kerajaan Sriwijaya. Selat ini menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik, dan menopang “hidupnya” negara-negara maju di Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan.
Menurut data United States Energy Information Administration (EIA), tahun 2023, volume minyak mentah dan petroleum yang diangkut melewati selat ini adalah 23,7 barel per hari. Jumlah ini adalah yang paling besar di antara choke point vital di dunia lainnya—seperti Selat Hormuz, Terusan Suez, Selat Bab el-Mandeb, Selat Denmark, Selat Turki, Terusan Panama, dan Tanjung Harapan.
Punya panjang 600 mil, Selat Malaka merupakan titik rawan strategis paling penting di dunia, bersama dengan Selat Hormuz. Namun, koridor utama perdagangan ini juga merupakan daerah yang sangat rawan. Banyak ancaman pencurian dan pembajakan di sini, utamanya di sekitar Singapura.
Melalui World Economic Forum, terhitung ada sekitar 94.000 kapal melewati Selat Malaka tiap tahunnya. Kapal-kapal itu membawa 30 persen dari seluruh barang yang diperdagangkan secara global.
2. Selat Sunda
Meskipun tidak seramai Selat Malaka, Selat Sunda juga memiliki peran yang sangat vital di dunia maritim. Selat yang berada di antara Pulau Jawa dan Sumatra ini sudah menjadi jalur penting perdagangan internasional sejak abad 1 Masehi.
Selat Sunda adalah jalur alternatif Selat Malaka yang merupakan jalur utama dengan lalu lintasnya yang selalu padat dan macet. Data dari Kementerian Perhubungan RI, tahun 2019, setidaknya terdapat 53.068 unit kapal yang lewat di sini tiap tahun. Selain sebagai titik strategis perdagangan, Selat Sunda juga ramai dilalui oleh kapal penumpang.
Kawan GNFI, uniknya, di Selat Sunda ada gugusan terumbu karang, yaitu terumbu Koliot dan Gosal. Nah, gugusan terumbu karang itu berbahaya bagi pelayaran, utamanya kapal-kapal yang besar. Selat ini juga cenderung dangkal dan punya banyak gundukan pasir.
4. Selat Lombok
Berada di antara Bali dan Lombok, Selat Lombok lebih lebar, dalam, dan tidak sepadat Selat Malaka. Lebar minimum jalur pelayarannya adalah 11,5 mil dengan kedalaman lebih dari 150 meter.
Ini menjadikan Selat Lombok sebagai rute alternatif yang aman bagi kapal super tanker. Selat satu ini juga menjadi jalur altenatif selain Selat Malaka. Akan tetapi, kalau kapal beralih ke jalur ini melalui Selat Malaka, jarak tempuhnya akan semakin jauh—sekitar 168 jam pelayaran dan biaya transportasinya akan naik hingga 20 persen.
Sebuah artikel ilmiah milik Joe Ronald Kurniawan Bokau et.al. yang terbit di IOP Science menerangkan, terdapat sekitar 15.099 kapal yang lewat dan 21.547 kapal yang menyeberang di Selat Lombok tahun 2023.
Alih-alih jadi jalur dagang super ramai yang dilewati kapal-kapal besar, Selat Lombok malah jadi “jalan raya”-nya kapal selam. Area bawah lautnya dianggap ideal untuk dilewati oleh kapal selam, termasuk kapal selam nuklir dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat dan Rusia.
4. Selat Makassar
Bersama dengan Selat Lombok, Selat Makassar adalah salah satu check point penting dalam mendukung rantai pasokan maritim. Volume perdagangan di sini akan meningkat jika Selat Malaka atau Selat Sunda ditutup.
Melalui marineinsight.com, Selat Makassar memiliki kekayaan alam laut yang luar biasa. Perikanan adalah sektor vital di sini. Disebutkan bahwa penangkapan ikan di selat ini bisa mencapai lebih dari US$1 miliar dolar dan banyak diekspor ke Jepang, Eropa, hingga Amerika Serikat.
Di sisi lain, diperkirakan sekitar 34,5 juta ton kargo, 93.000 TEU, dan 6.000 kapal masuk di area ini. Biasanya, kapal yang melewati Selat Lombok juga akan melewati Selat Makassar.
Kawan GNFI, empat choke point milik Indonesia ini penting untuk pelayaran dunia, utamanya dalam pendistribusian perdagangan. Indonesia memiliki peran sentral dalam menjaga kestabilan, keamanan, dan pengelolaan yang baik atas jalur-jalur internasional ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News