- Hari Malala Internasional diperingati setiap tanggal 12 Juli untuk mengapresiasi perjuangan Malala Yousafzai yang mengadvokasi pendidikan berkualitas bagi anak-anak dan perempuan.
- Malala Yousafzai muda ditembak Taliban karena bersuara lantang tentang larangan perempuan bersekolah di Lembah Swat, Pakistan, di mana ia tinggal.
- Malala mendapatkan Nobel Perdamaian sekaligus peraih termuda sepanjang sejarah dan mendirikan Malala Fund.
Pada Oktober 2012, dunia dihebohkan oleh berita penembakan seorang gadis berusia 15 tahun di Pakistan oleh Taliban. Malala Yousafzai namanya, diserang karena menyuarakan kesetaraan pendidikan bagi perempuan di daerahnya yang dilarang oleh Taliban.
Atas perjuangannya, wanita tersebut meraih Nobel Perdamaian di umur 17 tahun. 12 Juli diperingati sebagai ‘Hari Malala’, sesuai dengan tanggal lahirnya. Ini kisahnya!
Malala, Gadis Pakistan yang Melawan Taliban Melalui Penanya
Malala Yousafzai lahir dan tinggal di Pakistan, tepatnya di Lembah Swat (sekarang menjadi Provinsi Khyber Pakhtunkhwa) pada 12 Juli 1997. Ia hidup bersama orang tua dan dua adik laki-lakinya.
Tahun 2007, ketika usianya menginjak 10 tahun, kelompok ekstremis Taliban mulai berkuasa, membuat situasi menjadi sangat berubah dan mencekam. Siapapun yang menentang kebijakan mereka, akan dihukum berat, termasuk larangan perempuan untuk tidak boleh bersekolah lagi juga diberlakukan. Diketahui selama Taliban memerintah, ratusan sekolah telah dihancurkan.
Di tengah kemelut ini, Malala beruntung, sebab dibesarkan oleh ayahnya yang kritis, seorang guru sekaligus menjalankan sekolah khusus perempuan di desanya. Ziauddin Yousafzai, seperti yang disebutkan dalam situs Malala Fund, bertekad untuk memberikan pendidikan yang setara kepada putrinya. Terlebih lagi, Malala memang menyukai sekolah.
Pada umur 11 tahun, Malala mulai menulis di BBC tahun 2009. Dirinya menggunakan nama samaran, menceritakan pengalamannya sebagai anak yang tinggal di bawah kekuasaan Taliban. Ia juga mengutarakan harapannya untuk bisa bersekolah lagi.
Sayangnya, di tahun yang sama ia mulai berkarya, situasi perang di Pakistan dan Taliban di Lembah Swat semakin memanas. Di mana memaksa Malala, keluarga, dan komunitasnya mencari perlindungan.
3 tahun sejak karya Malala di BBC diterbitkan, ia dan ayahnya semakin aktif menyuarakan hak bersekolah yang berkualitas untuk perempuan. Hal ini mengantarkannya meraih nominasi Penghargaan Perdamaian Anak Internasional tahun 2011.
Tentu saja, ‘suara lantang’ gadis remaja ini tidak disambut baik oleh semua pihak. Tepat pada Oktober 2012, di usianya yang baru menginjak 15 tahun, Malala ditembak oleh Taliban dengan tiga peluru menembus tubuhnya.
Setelah meregang nyawa di rumah sakit militer di Peshawar, Pakistan, dalam kondisi koma, Malala diterbangkan ke Birmingham, Inggris untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.
Malala Menginspirasi Dunia, Raih Nobel Perdamaian
Kawan GNFI, peristiwa ini mencuri perhatian dan dukungan dunia. Satu tahun pasca penembakan, tahun 2013, Malala berpidato di PBB, mendapat anugerah Penghargaan Sakharov untuk Kebebasan Berpikir, dan menerbitkan buku autobiografi pertamanya, “I Am Malala: The Girl Who Stood Up for Education and Was Shoot by the Taliban.”
Hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepadanya tahun 2014 ketika gadis Pakistan tersebut berumur 17 tahun, menjadi yang termuda sepanjang sejarah.
Sejak 2014, Malala mendirikan organisasi pemberdayaan dan pendidikan wanita untuk banyak negara bersama ayahnya yang diberi nama Malala Fund.
Dalam situs Malala Fund, dijelaskan bahwa dirinya telah bepergian ke banyak negara, bertemu dengan banyak anak perempuan yang berjuang melawan kemiskinan, pernikahan dini, hingga diskriminasi gender untuk bersekolah. Dia juga diketahui bersekolah di Oxford University dan lulus tahun 2020 dengan gelar di bidang filsafat.
Penetapan Hari Malala Internasional, Anak Indonesia Diundang PBB
Dilansir dari Tempo, pada 12 Juli 2013, Sekjen PBB, Ban Ki-Moon, menetapkan 12 Juli sebagai Hari Malala Internasional, di mana merupakan hari lahir Malala. Dirayakan di PBB, peringatan ini ditujukan sebagai penghargaan atas advokasi Yousafzai dalam menyerukan hak pendidikan untuk anak, terutama wanita.
Yang menarik, ANTARA mewartakan bahwa 2 anak dari Indonesia turut diundang dalam acara ini. Mereka adalah Nurul Indriyani dan Dina Chaerani. Keduanya dikenal berperan aktif dalam bidang yang sama dengan Malala Yousafzai, pemberdayaan anak-anak dan pendidikan perempuan melalui projeknya masing-masing.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News