Sabtu, 5 Juli 2025, saya bersama kawan GNFI berkumpul bersama di Museum Betawi. Pukul delapan lebih sedikit saya sudah berangkat dari rumah menggunakan kereta api. Saya menuju stasiun terdekat yaitu Stasiun Universitas Pancasila.
Terlebih dahulu saya transit di Stasiun Tanah Abang dan Manggarai kemudian menuju Stasiun Universitas Pancasila untuk selanjutnya dengan ojek online menuju Museum Betawi.
Persis acara mau dimulai, saya sampai di lokasi. Kawan GNFI lainnya sudah pada datang ternyata. Setelah registrasi, kami diajak masuk museum bersama seorang pemandu museum perempuan, Mpok Aura.
Museum Betawi merupakan museum etnografi yang memperkenalkan seluk-beluk kehidupan masyarakat Betawi dan budaya yang ada di dalamnya. Melalui koleksi yang beragam dan media informasi yang interaktif.
Museum Betawi menjadi salah satu destinasi utama di Perkampungan Budaya Betawi yang dapat memberikan informasi budaya secara menarik dengan tema memamerkan koleksi museum.
Perkampungan Budaya Betawi ini merupakan suatu tempat di Jakarta yang memperlihatkan kehidupan bernuansa Betawi berupa keasrian alam Betawi, Komunitas Betawi, tradisi Betawi, kebudayaan dan materi yang menjadi sumber informasi dan dokumentasi kebetawian. Bangunan museumnya terdiri dari tiga lantai.
Pertama-tama Mpok Aura mengajak kami ke lantai satu museum. Di sini Mpok Aura menjelaskan tentang ornamen Betawi yang berjumlah delapan buah, yaitu:
Ondel-ondel
Boneka besar yang melambangkan kekuatan, kemampuan menjaga keamanan dan ketertiban. Tapi sayangnya sekarang ondel-ondel ini lebih sering kita temukan di jalanan digunakan pengamen.
Pemerintah dan pihak museum sebenarnya sudah memberikan peringatan dan himbauan agar tidak lagi mengamen menggunakan ondel-ondel, tapi tetap saja belum berjalan sebagaimana mestinya. Apalagi ketika melakukan penindakan di lapangan, pengamennya lebih galak disbanding petugas. Pernah suatu kali petugas sampai diceburin ke kali. Miris.
Kembang kelapa
Merupakan simbol kemakmuran, kehidupan yang bermanfaat dan keterbukaan masyarakat Betawi.
Ornamen gigi balang
Terdapat pada rumah adat Betawi yang melambangkan gagah, kokoh, dan berwibawa.
Bir pletok
Minuman khas Betawi yang terdiri dari rempah-rempah. Jangan salah sangka, minuman ini tidak mengandung alcohol.
Kerak telur
Dibuat dari beras ketan yang direndam 24 jam menggunakan anglok (kompor dari tanah liat), menggunakan arang atau kayu bakar sebagai bahan bakarnya serta memiliki lubang untuk menampung abu dan untuk memberikan ventilasi.
Pakaian sadariah
Merupakan pakaian adat Betawi yang digunakan oleh pria. Berbentuk baju koko, mengenakan cukin (kain sarung yang diselempangkan di bahu), celana dan sepatu pantofel. Bisa dilihat saat peragaan abang none Jakarta.
Kebaya kerancang
Baju kebaya perempuan Betawi yang menggunakan border kerancang, rok motif tumpal dan sepatu slop. Bisa dilihat saat peragaan abang none Jakarta.
Batik Betawi
Batik-batik motif Betawi yang khas seperti motif ondel-ondel, dan lain sebagainya.
Selanjutnya Mpok Aura mengajak ke lantai dua museum yang banyak berisikan perabotan-perabotan khas Betawi. Ada yang masih bisa temui dan ada juga yang sepertinya susah ditemukan jika tidak di museum.
Ada setrikaan arang, radio zaman dahulu, tudung kepala petani di sawah, nampan dan dandang, sepeda ontel, lesung, lampu cafok, tambo untuk menaruh ikan, golok jawara, pisau raut yang biasanya digunakan sebagai aksesoris di pakaian abang none, ketapel, perahu otok-otok, bakul beserta pengki dan lain sebagainya.
Ketapel dan golok yang ada di mueum Betawi berukuran sangat raksasa. Untuk ketapel saja itu memiliki tinggi 283 cm dengan berat 200 kg.
Ada juga miniatur kepala rusa. Zaman dahulu kepala rusa merupakan simbol keningratan. Siapa saja yang punya kepala rusa di teras rumahnya, itu menandakan kalau mereka adalah orang kaya.
Di museum Betawi juga ada video interaktif cara pembuatan makanan khas Betawi. Kemarin kami dipertontonkan cara membuat kue cucur dan es selendang mayang.
Ada juga pameran baju pengantin Betawi yang berwarna merah menyala untuk pengantin perempuan. Pakaian laki-laki berbentuk gamis/jubah yang merupakan infiltrasi budaya Arab daan ada hiasan motif naga yang merupakan infiltrasi budaya Cina.
Setelah puas berkeliling dan melihat koleksi museum, berdiskusi dan tanya dengan Mpok Aura, kami dipersilahkan untuk mengeskplor bagian luar museum yang luas dan tentu saja mengambil gambar untuk dokumentasi.
Acara berjalan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Tidak sampai satu jam, semua sudah selesai. Untung saja tidak ada yang telat datangnya.
Terima kasih kawan GNFI untuk acara akhir pekannya. Ditunggu acara seru dan menarik lainnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News