Sabtu 5 Juli 2025 lalu, saya bersama teman-teman dari Komunitas Kawan GNFI berkesempatan untuk mengunjungi Museum Betawi yang berada di Jl. Situ Babakan No.47, RT.13/RW.8, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Museum Betawi merupakan museum etnografi yang memperkenalkan seluk beluk kehidupan masyarakat Betawi dan budaya yang ada di dalamnya. Melalui koleksi yang beragam dan media informasi interaktif.
Museum Betawi menjadi salah satu destinasi utama di perkampungan budaya Betawi yang dapat memberikan informasi dan edukasi budaya secara menarik.
Tema yang dipamerkan adalah koleksi museum yang terdiri dari 10 siklus kehidupan masyarakat Betawi, 7 unsur budaya Betawi, interaktif projection dan pameran temporer Betawi.
Suku Betawi berasal dari Jakarta dan daerah sekitarnya. Mereka adalah hasil dari proses asimilasi berbagai suku bangsa dan etnis yang datang dan menetap di Batavia (nama lama Jakarta) sejak abad ke-17.
Beberapa etnis suku bangsa tersebut yakni suku Melayu, Sunda, Eropa, Arab hingga Tionghoa. Karena itulah beberapa budaya Betawi mendapatkan pengaruh dari suku bangsa tersebut.
Mengenal Aman Datuk Madjoindo, Penulis Cerita Si Doel Anak Betawi
Pertama, kami di ajak ke galeri ikon budaya Betawi yang berada di lantai satu museum. Ada delapan ikon budaya Betawi yang ditetapkan secara resmi. 8 ikon tersebut meliputi:
- Ondel-Ondel: Boneka besar yang menjadi simbol kekuatan dan identitas masyarakat Betawi. Di masa lalu ondel-ondel digunakan untuk penolak bala dan penjaga kampung. Namun di masa sekarang ondel-ondel digunakan sebagai hiburan seperti pada acara pesta.
- Kembang Kelapa: Hiasan dari janur kelapa yang melambangkan kemakmuran dan keberagaman.
- Ornamen Gigi Balang: Ornamen pada rumah adat Betawi yang melambangkan kegagahan dan keindahan.
- Baju Sadariah: Pakaian khas laki-laki Betawi yang sederhana namun elegan.
- Kebaya Kerancang: Pakaian khas perempuan Betawi yang elegan dan berkelas.
- Batik Betawi: Motif batik khas Betawi yang kaya akan filosofi dan nilai-nilai. Warna pada batik Betawi cenderung terang. Warna cerah digunakan untuk melambangkan keindahan alam semesta dan keseimbangan hidup yang sejahtera.
- Kerak Telor: Makanan khas Betawi yang terbuat dari beras ketan, telur, dan bumbu rempah. Rasanya khas dan mengenyangkan biasanya dijual di tempat-tempat wisata seperti di kota tua Jakarta.
- Bir Pletok: Minuman hangat tradisional Betawi yang terbuat dari rempah-rempah dan memiliki rasa khas. Meskipun dinamakan bir minuman ini tidak memabukkan dan justru menyehatkan karena mengandung bahan-bahan yang baik untuk tubuh
Ada satu hal yang menarik di ruangan ini. Di masa lalu, suku Betawi sering menaruh tanduk kepala rusa di depan rumah mereka untuk melambangkan bahwa keluarga tersebut merupakan kalangan menengah ke atas.
Setelah itu kami diajak untuk memasuki ruangan interaktif (Interaktif projection). Dalam ruangan ini kami diperkenalkan makanan-makanan khas Betawi serta cara pembuatannya, misalnya selendang Mayang, dodol Betawi, kerak telur, soto Betawi, kue cucur, kue pancong, kembang goyang, dan banyak lainnya.
Perjalanan dilanjut dengan menyusuri ruangan yang memamerkan peralatan rumah tangga khas Betawi zaman dulu mulai dari setrika arang, pisau raut, dandang, meja rias, radio antik, peralatan makan dan peralatan dapur hingga sepeda ontel.
Namun, para pengunjung tidak diperkenankan untuk menyentuh koleksi dan hanya boleh melihat dari balik rak kaca saja karena ditakutkan barang-barang ini rusak.
Terakhir kami mengunjungi galeri pengantin Betawi. Ada banyak ornamen khas yang menyenangkan untuk dilihat seperti baju khas pengantin Betawi, roti buaya yakni roti yang biasa dibawa oleh keluarga mempelai pria kepada keluarga wanita, beberapa seserahan khas Betawi, hingga alat musik tradisional Betawi.
Di zaman dulu, seserahan diangkut menggunakan sie dan tenong. Sie adalah seserahan bersifat adat yang diberikan pengantin perempuan berbentuk balok kayu panjang yang diangkut pada dua sisi yakni depan dan belakang.
Sayur Besan Betawi, Warisan Budaya dan Filosofi Ikatan Keluarga
Ini menjadi simbol persediaan hidup bagi pengantin baru dan biasanya diisi dengan bahan makanan mentah seperti beras, ikan asin, telur, atau sayur-sayuran.
Sementara tenong adalah sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu yang disusun dan biasanya diisi dengan makanan jadi seperti dodol atau kue.
Dalam masyarakat Betawi, di masa laluĀ tenong menjadi simbol kemapanan/kesiapan, keseriusan niat hingga harapan akan hidup yang berkecukupan.
Itulah keseruanku perjalananku di museum Betawi. Terima kasih Kawan GNFI. Semoga ke depannya semakin mengadakan event-event yang menarik agar kita semua semakin tahu tentang negeri tercinta kita, Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News