Setiap hari, ribuan penumpang kapal melintasi laut sempit yang memisahkan Pulau Jawa dan Bali. Mereka menyeberang dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi ke Gilimanuk di Jembrana, atau sebaliknya. Jalur ini dikenal sebagai Selat Bali, perairan yang tidak hanya penting sebagai penghubung transportasi antarpulau, tetapi juga memiliki nilai strategis, budaya, dan ekologis yang tinggi.
Di balik aktivitas harian yang tampak biasa, Selat Bali menyimpan potensi besar mulai dari energi terbarukan, warisan budaya pesisir, hingga daya tarik wisata bahari yang belum sepenuhnya terungkap.
Letak Strategis dan Potensi Energi Arus Laut
Secara geografis, Selat Bali memisahkan Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur dengan Kabupaten Jembrana di Bali. Panjang selat ini mencapai sekitar 60 kilometer, dengan lebar yang bervariasi dan arus laut yang cukup kuat. Justru dari karakteristik inilah muncul potensi besar dalam sektor energi.
Beberapa perguruan tinggi dan lembaga riset di Indonesia, seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), telah mengembangkan teknologi pembangkit listrik tenaga arus laut di kawasan ini. Selat Bali memiliki arus yang stabil dan konsisten, menjadikannya kandidat ideal untuk sumber energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.
Kawan GNFI, pengembangan energi kelautan seperti ini sangat penting dalam upaya mencapai target transisi energi Indonesia. Potensi ini bahkan telah disinggung dalam riset-riset kelautan nasional maupun studi internasional tentang pemanfaatan energi kinetik laut (Wirasatriya et al., 2020).
Dongeng Rakyat: Asal Usul Selat Bali
Dari Jalur Perdagangan Hingga Pertemuan Budaya
Selat Bali bukan sekadar pembatas wilayah geografis, tetapi juga telah lama menjadi jalur penting dalam sejarah pelayaran Nusantara. Sejak masa kerajaan, wilayah ini merupakan bagian dari rute dagang antara Jawa, Bali, dan wilayah Indonesia timur.
Kedekatan geografis ini turut mendorong pertukaran budaya antara dua pulau. Di Banyuwangi, kita dapat menemukan budaya Using, yang merupakan perpaduan unsur Jawa, Madura, dan Bali. Salah satu wujudnya adalah Tarian Seblang, yang memiliki kemiripan dengan beberapa tarian sakral di Bali, seperti tari Sanghyang. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kultural antara dua wilayah ini telah terjalin sejak lama.
Pada masa kolonial, Selat Bali juga memiliki nilai strategis tinggi sebagai pintu masuk logistik dan jalur militer. Saat Perang Dunia II, perairan ini menjadi lokasi penting dalam pergerakan pasukan dan kapal logistik. Hingga kini, jalur pelayaran di Selat Bali tetap vital, baik untuk distribusi logistik, pergerakan ekonomi, maupun mobilitas masyarakat.
Potensi Wisata Bahari yang Menjanjikan
Meskipun belum sepopuler kawasan selatan Bali atau bagian utara Jawa Timur, wilayah sekitar Selat Bali sebenarnya menyimpan potensi wisata bahari yang luar biasa. Di sisi Bali, terdapat Taman Nasional Bali Barat, sedangkan di sisi Jawa, terdapat Taman Nasional Alas Purwo.
Kedua kawasan ini memiliki ekosistem laut yang kaya, dengan biota laut yang beragam dan terumbu karang yang indah. Kegiatan seperti snorkeling, diving, bahkan melihat lumba-lumba di habitat alaminya dapat dilakukan di wilayah ini. Arus laut yang cukup deras juga menjadikan wilayah Selat Bali cocok untuk kegiatan olahraga laut seperti drift diving dan freediving bagi wisatawan minat khusus.
Jika dikelola secara berkelanjutan dan bertanggung jawab, potensi ini dapat mendukung pengembangan ekowisata dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat pesisir.
Laut Menjadi Penghubung Masa Depan
Hari ini, Selat Bali mungkin lebih dikenal sebagai jalur penyeberangan padat yang menghubungkan dua pulau besar Indonesia. Namun jika dicermati lebih dalam, Selat Bali merupakan simbol penting tentang bagaimana laut dapat menjadi penghubung budaya, penggerak ekonomi, dan sumber energi masa depan.
Di tengah tantangan krisis iklim dan kebutuhan energi bersih, wilayah seperti Selat Bali dapat menjadi contoh bagaimana sumber daya laut Indonesia dimanfaatkan dengan cerdas dan berkelanjutan. Selain itu, interaksi budaya antarpulau yang terjaga melalui jalur ini membuktikan bahwa laut tidak harus memisahkan, tetapi justru dapat mempererat hubungan antarwilayah.
Sudah Ada Rancangannya, Kenapa Jembatan Selat Bali Tak Pernah Dibangun Sampai Saat Ini?
Refleksi untuk Kawan GNFI
Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan selat. Selat Bali adalah satu dari sekian banyak perairan yang menyimpan potensi luar biasa, baik dari segi alam, budaya, maupun inovasi teknologi.
Saat Kawan GNFI melintasi laut dari Ketapang ke Gilimanuk, ingatlah bahwa yang dilalui bukan sekadar permukaan air. Di bawahnya, tersembunyi sejarah panjang antarpulau, semangat persatuan, dan peluang besar menuju masa depan energi hijau.
Selat Bali menunjukkan bahwa laut bisa menjadi solusi. Sebagai bangsa bahari, Indonesia memiliki tanggung jawab dan peluang besar untuk menjadikan laut sebagai pusat kemajuan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News