Jika pulau Jawa dan Madura bisa dihubungkan dengan jembatan Suramadu-nya, tetapi hal itu tidak akan bisa terealisasikan bagi wilayah pulau Jawa dengan Bali yang tidak bisa dibangun infrastruktur penghubung antar kedua wilayah tersebut.
Wilayah Jawa dan Madura memiliki jarak 6.000 meter, sedangkan pulau Jawa dan Bali hanya berjarak 4.000 meter.
Apabila di ukur dengan peta, jarak pulau Jawa dan Madura hanya berjarak 4.35 km. Sementara itu, pulau Jawa dengan Bali sekitar kurang lebih 5 km.
Kira-kira apa ya? yang menyebabkan wilayah ini tidak dibangun jembatan penghubung antar wilayah, seperti, jembatan Suramadu tersebut.
Simak berikut ini!
Rancangan Jembatannya Sudah ada Sejak Tahun 1960
Dilansir dari merdeka.com, sebenarnya ide pembangunan jembatan tersebut sudah ada sejak era kepimpinan presiden Soekarno di tahun 1960-an. Kala itu, rancangan jembatan itu digagas oleh guru besar ITB Ir Sedyatmo, nama untuk jembatan selat Bali diberi nama "Tri Nusa Bimasakti" yang berarti gabungan penghubung 3 pulau, Sumatera, Jawa dan Bali.
Rancangan desain jembatan pun dibuat lebih tinggi, itu dikarenakan ombak di selat Bali dikenal karena keganasannya. Maka dari itu, rancangan jembatan ini dibuat tinggi untuk teknis keamanan.
Jika terealisasikan, diharapkan jembatan tersebut menjadi solusi agar masyarakat tidak perlu terlalu lama menunggu kapal di pelabuhan dan juga bisa meningkatkan ekonomi untuk wilayah Bali dan Jawa.
Bahkan, di tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga sempat mengusulkan ide pembangunan jembatan penghubung selat Bali. Sebab, saat itu volume kendaraan penyebrangan ke pulau Bali selalu meningkat.
Namun, gagasan ini ditolak mentah-mentah oleh PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Jembrana dan Pemerintah Kabupaten Jembrana. Alih-alih dibangun infrastruktur agar masyarakat bisa melintas tanpa harus menunggu kapal, Usut punya usut hal ini tidak lepas dari cerita mitologi yang memisahkan antara Bali dengan Jawa menjadi alasan utama, kenapa selat Bali tidak boleh dibangun jembatan.
Pemerintah Kabupaten Jembrana lebih mengutamakan perbaikan jalan dari arah Denpasar menuju pelabuhan Gilimanuk daripada pembangunan jembatan.
Mereka mengungkapkan bahwa perbaikan akses jalan menuju pelabuhan lebih penting untuk keselamatan pengemudi kendaraan dan meningkatkan aksebilitas.
Terikat dengan Kepercayaan Masyarakat Bali
Dalam cerita mitologi Dang Hyang Sidimantra sengaja memutus pulau Bali dan Jawa. Dari cerita rakyat yang telah melekat dengan rakyat hindu Bali, Jawa dan Bali sejak dahulu memang sudah harus dipisah sedemikian rupa.
Laut sengaja dibuat pemisah supaya hal-hal buruk di Bali tidak menyebar hingga ke pulau Jawa, sehingga segala sesuatu yang terjadi di Bali dapat mudah ditangani serta tidak merugikan masyarakat di luar pulau Bali.
Ada pihak yang menyebutkan, Jawa dan Bali tidak bisa dibuat jembatan penghubung dikhawatirkan akan merusak tatanan di pulau Bali yang sudah ada sejak zaman leluhur.
Oleh karena itu, sampai saat ini masyarakat Bali masih percaya bahwa memang sudah sejak lama pulau Jawa dan Bali tidak bisa menyatu. Meski, beberapa pihak menyebutkan cerita itu hanyalah mitos belaka tetapi bagi masyarakat Bali cerita tersebut sudah melekat dalam nilai spiritual di kehidupan mereka. Hingga sekarang masyarakat Bali masih melestarikan kepercayaan nilai tersebut dari para leluhurnya.
Dulunya Bali dan Jawa Sebuah Kepulauan yang Menyatu
Dikutip dari Jambi Ekspres, Museum Geopark Batur di Bali menginformasikan bahwa jutaan tahun yang lalu Bali dan Jawa adalah satu kepulauan.
Namun, gunung berapi bawah laut saat itu memuntahkan magma disusul beberapa gunung lainnya serta erosi bebatuan dinilai menjadi faktor pemisah antara pulau Jawa dengan Bali.
Meskipun banyak yang menyayangkan pembangunan jembatan sampai detik tidak terealisasikan. Disisi lain, nilai-nilai spiritual dari masyarakat Bali harus dihormati dan menjadi prioritas untuk saling menghargai perbedaan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News