Alue Naga merupakan salah satu nama gampong atau daerah setingkat kelurahan yang ada di Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Konon terdapat sebuah legenda atau cerita rakyat yang beredar di tengah masyarakat terkait asal usul penamaan daerah Alue Naga ini dulunya.
Bagaimana kisah dari cerita rakyat Alue Naga tersebut? Simak cerita lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Cerita Rakyat Alue Naga
Dinukil dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, pada zaman dahulu berdiri sebuah kerajaan yang ada di daerah Kuta Raja, Aceh. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sultan Meurah.
Pada suatu hari, tersiar kabar yang kurang mengenakkan dari masyarakat yang berada di pinggiran Kuta Raja. Masyarakat yang ada di sana mengeluhkan hewan ternak mereka yang sering hilang.
Tidak hanya itu, gempa sering terjadi di Bukit Lamyong yang ada di sana. Hal ini membahayakan setiap masyarakat yang melewati bukit tersebut.
Kabar ini kemudian sampai di telinga Sultan Meurah. Sang raja juga menyadari bahwa peristiwa ini mulai terjadi sejak sang ayah mangkat.
Akhirnya Sultan Meurah memanggil Renggali ke istana. Renggali merupakan anak dari Raja Linge yang menjadi sahabat ayah Sultan Meurah.
Sultan Meurah kemudian menceritakan kejadian ini kepada Renggali. Sang raja juga meminta Renggali untuk mencari kebenaran dari masalah tersebut.
Renggali kemudian berangkat menuju daerah tersebut. Dia meneliti Bukit Lamyong yang menurut warga sering tiba-tiba muncul dan menghilang begitu saja.
Setelah mengitari bukit tersebut cukup lama, Renggali masih belum menemukan keanehan. Namun ketika dia sampai di puncak, tiba-tiba bukit tersebut bergerak dan mengeluarkan suara.
Ternyata bukit tersebut merupakan kepala naga hijau raksasa. Renggali kemudian menanyakan mengapa ada seekor naga di sana.
Sang naga kemudian memperkenalkan diri kepada Renggali. Tidak hanya itu, dia meminta untuk dipertemukan dengan Sultan Alam Syah sambil menangis terisak.
Renggali merasa heran melihat hal itu. Akhirnya dia kembali ke istana dan melaporkan hal ini kepada Sultan Meurah.
Keesokan harinya, Sultan Meurah pergi ke bukit tersebut bersama Renggali untuk menemui sang raja. Ketika sang naga tidak melihat kehadiran Sultan Alam Syah, dirinya kembali bergemuruh.
Sultan Meurah kemudian menjelaskan bahwa sang ayah, Sultan Alam Syah sudah tiada. Mendengarkan hal ini, naga hijau tersebut justru terlihat makin gelisah.
Sang naga meminta Sultan Meurah untuk menghukumnya. Sultan Meurah kemudian bertanya apa maksud dari perkataan naga hijau tersebut.
Naga tersebut kemudian berkata bahwa dia sudah menghabiskan kerbau putih titipan Tuan Tapa yang harusnya diberikan untuk Sultan Alam Syah. Tidak hanya itu, dirinya juga sudah membunuh Raja Linge yang merupakan sahabatnya.
Mendengarkan cerita tersebut, Renggali langsung naik pitam. Sebab mengapa naga hijau tersebut bisa membunuh Raja Linge yang merupakan sahabatnya sendiri.
Naga hijau tersebut kemudian berkata bahwa Raja Linge sudah melihat perbuatannya memakan kerbau putih tersebut. Pada awalnya pertempuran terjadi antara mereka berdua.
Namun Raja Linge mengurungkan niat untuk bertarung lebih jauh karena naga hijau tersebut merupakan saudaranya. Sebaliknya, naga hijau tersebut justru menyerang dan membunuh Raja Linge.
Sultan Meurah kemudian menanyakan mengapa naga hijau tersebut masih ada di sana setelah sekian lama. Dirinya kemudian menjelaskan bahwa tusukan pedang Raja Linge membuatnya terjebak di sana.
Setelah mendengarkan cerita ini, Sultan Meurah menyerahkan keputusan kepada Renggali. Sebab hanya dia dan saudaranya lah yang berhak memberikan hukuman atas kematian ayahnya.
Renggali kemudian berkata bahwa dia sudah memaafkan naga hijau tersebut. Tidak hanya itu, dia juga mencabut pedang Raja Linge yang tertancap di tubuh naga hijau tersebut.
Naga hijau tersebut kemudian hanya bisa tertunduk dan menangis. Dirinya kemudian perlahan bergerak menuju laut dan kembali ke negerinya.
Konon bekas pergerakan tubuh naga ini memunculkan sungai-sungai kecil yang ada di pinggiran Kuta Raja. Dari cerita rakyat ini juga yang kemudian membuat daerah tersebut diberi nama Alue Naga.
Sungai-sungai yang ada di Alue Naga ini dikelilingi rawa dan selalu tergenang air. Hal ini dipercaya sebagai air mata penyesalan sang naga hijau yang sudah mengkhianati sahabatnya sendiri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News