Bulan Muharram merupakan tanda dimulainya awal tahun di dalam kalender Islam. Muharram masuk ke dalam 4 bulan suci dalam kepercayaan Islam. Namun, kebanyakan Muslim hanya mengetahui bulan Ramadan dan bulan Dzulhijjah saja.
Dalam bahasa Arab, Muharram memiliki arti larangan. Konteks sejarah awal bulan Muharram adalah tidak boleh berperang dan kaum Muslim diharapkan untuk banyak berserah diri kepada Sang Pencipta.
Beberapa kota di Indonesia merayakan bulan Muharram dengan berbagai macam cara, contohnya pawai obor api.
Di Yogyakarta terdapat tradisi Tapa Bisu Mubeng Beteng, yaitu membawa keris berkeliling benteng keraton tanpa berbicara.
Adapun di Solo, ada tradisi Kirab Kebo Bule, yang mana membawa benda pusaka yang telah dibersihkan untuk mengelilingi kota diikuti dengan kerbau putih dan keluarga Keraton Solo.
Perayaan Bulan Muharram di Beberapa Negara
Iran
Penduduk Iran, terutama di Isfahan, merayakan bulan Muharram dengan pertunjukan drama yang disebut Tazieh. Mengutip dari artikel yang ditulis oleh profesor Studi Kawasan Timur Tengah, Peter Chelkowski, dari New York University dalam situs Asia Society, Tazieh adalah seni drama yang paling serius yang pernah dikembangkan dalam dunia Islam.
Pertunjukan ini dimulai pada masa Safavid di abad 16 yang menggambarkan kisah pada hari Ashura, yaitu perang syahid Imam Husein, cucu dari Rasullulah Muhammad, dalam pembantaian brutal di Karbala pasca meninggalnya Muhammad.
Maroko
Dilansir dari situs Statista, pada 2024 jumlah penduduk Maroko yang memeluk agama Islam sebanyak 35,500,000 jiwa. Masyarakat merayakan bulan Muharram dengan penuh suka cita, terdapat parade, pertunjukan seni, dan musik di jalan maupun pusat kota.
Berbagai kalangan berpartisipasi dalam kegiatan Zamzam. Ini adalah kegiatan saling menyiram air menggunakan mainan tembakan air sebagai simbol penyucian diri dari segala perbuatan buruk yang dilakukan selama satu tahun terakhir.
Di beberapa perkampungan, para orang tua juga menyemprotkan anak, harta benda, dan bibit-bibit pertanian mereka dengan air, dengan harapan semua yang tersentuh air mendapatkan berkah dan dapat berlipat ganda.
Banyak dari masyarakat Maroko yang memakai jubah seperti tokoh-tokoh cerita rakyat Maroko. Seperti halnya sosok Santa Claus di negara-negara Eropa/Amerika, Maroko memiliki figur “Baba Achour”.
Bagi siapa saja yang dapat berjumpa dengan sosok tersebut akan mendapat keberuntungan selama satu tahun ke depan. Setiap rumah menyediakan permen untuk anak-anak yang berkunjung mirip seperti tradisi Trick or Treat pada saat Halloween.
Terdapat pertunjukan musik yang menambah kemeriahan perayaan bulan Muharram di Maroko. Group pemain musik memainkan alat musik khas Maroko, seperti Taarija.
Para pengrajin di Maroko membuat alat musik perkusi tersebut dari bahan tanah liat yang dilapisi dengan kulit kambing atau domba. Lalu, dilukis dengan cat berwarna-warni. Semua rakyat Maroko hadir di pusat kota untuk menari mengikuti irama lantunan musik dari Taarija.
Turki
Berbeda dengan Maroko dan Iran, di tahun 2024, Turki memperingati bulan Muharram dengan mengadakan Universal Ashura Mourning Ceremony. Ini adalah renungan berjamaah di tengah Kota Istanbul.
Acara tersebut turut dihadiri tokoh penting, mulai dari Gubernur Istanbul hingga pemangku kepentingan lain di Turki.
Warga Turki yang datang ke acara tersebut memakai baju berwarna hitam sebagai simbol duka untuk kematian Husein dan pengikutnya di Karbala. Lantunan ayat suci Al Qur’an untuk mengenang Husein juga dikumandangkan dengan merdu.
Setelah mengikuti acara tersebut, beberapa partisipan juga mengikuti program donor darah yang diselenggarakan oleh Palang Merah Turki.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News