dingiso kanguru keramat asal papua yang terancam punah pertanda apa - News | Good News From Indonesia 2025

Dingiso, Kanguru Keramat asal Papua yang Terancam Punah, Pertanda Apa?

Dingiso, Kanguru Keramat asal Papua yang Terancam Punah, Pertanda Apa?
images info

Indonesia terkenal kaya akan keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh pulau, termasuk Papua. Di Papua sendiri terdapat empat jenis kanguru pohon, diantaranya kanguru pohon mantel Emas, kanguru pohon Wondiwoi, kanguru pohon Huon, dan Dingiso.

Dilansir dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Dingiso pertama kali diberi nama Dendrolagus mbaiso dalam bahasa latin pada 1994 oleh Dr. Tim Flannery penelitian dari Museum Australia. Diberi nama mbaiso yang berarti ‘binatang keramat’ karena diyakini sebagai roh leluhur dari suku Moni, masyarakat lokal Papua Tengah.

Dingiso (Dendrolagus Mbaiso) | Dok. MenLHK
info gambar

Ciri-Ciri Dingiso

Dingiso juga memiliki nama lain, yaitu bondegezeou atau bakaga. Ciri-cirinya memiliki bulu hitam dan kombinasi putih di bagian dada. Dingiso aktif pada siang dan malam hari,memakan daun dan buah di pohon. Mamalia berkantung ini dilindungi oleh Taman Nasional Lorentz, tepatnya di Camp Endasiaga, Kampung Sakumba, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya.

Dilansir dari laman WWF Indonesia, Dingiso termasuk satwa endemik yang diklasifikasikan dalam spesi terancam punah (Endangered) dalam daftar merah menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Reources (IUCN), karena itulah dingiso tidak sepopuler satwa Papua lainnya seperti cenderawasih, kuskus atau kasuari.

Diperkirakan populasinya mengalami penurunan sebanyak lebih dari 80% selama 30 tahun terakhir, tetapi tidak ada yang tahu pasti berapa banyak jumlah satwa ini karena Dingiso sangat langka dan misterius.

Dingiso Makin Terancam Punah, Apakah Ini juga Pertanda Retaknya Relasi Manusia dengan Alamnya?

Dingiso bagi Suku Moni adalah leluhur mereka, sebab Dingiso menempati pohon sebagai tempat tinggalnya, begitu halnya masyarakat adat Papua yang melihat alam sebagai sumber kehidupan, warisan leluhur mereka.

Oleh karena itu, Dingiso dianggap keramat dan tidak boleh diburu, terlebih sampai dimakan. Meski begitu, menurut WWF, perburuan dingiso masih dilakukan oleh beberapa komunitas adat di Papua untuk konsumsi pengganti babi atau keperluan upacara.

Selain itu dikutip dari inaturalist.org, populasi Dingiso juga menyusut akibat perubahan iklim dan peningkatan populasi manusia yang berimbas pada alih fungsi dan pembukaan lahan, terkhusus di Papua. Jika melihat data dari Global Forest Watch, dari 2002 hingga 2024, Papua kehilangan 494 kha hutan primer basah, dan luas tutupan hutan Papua mengalami penyusutan dari 85% menjadi 32% pada 2024 akibat deforestasi menurut data Goodstats.

Melihat isu pertambangan nikel terkini yang dilakukan di Raja Ampat, Papua Barat, tepatnya di Pulau Gag juga menyebabkan hilangnya hutan alam seluas 9,41 ribu hektar hingga tahun 2024 seperti yang disebut oleh Kompas.id. Raja Ampat merupakan wilayah dari Papua dan ini merupakan masalah serius yang dapat merusak keseimbangan ekosistem dan kekayaan ragam hayati, baik darat maupun laut sehingga banyak satwa terancam punah.

Baca juga : Dingiso, Kanguru dari Papua yang Jadi Hewan Keramat

Jangan sampai Dingiso dibiarkan punah diam-diam, sebab apa yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang nantinya?

Sayangnya, informasi dan edukasi mengenai dingiso masih sangat sedikit, membuat satwa ini belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Padahal, kanguru pohon ini sangat istimewa, bukan hanya karena statusnya sebagai satwa endemik Papua, tapi juga karena nilai kulturalnya yang sakral.

Semoga terdapat langkah dan upaya serius baik dari kita maupun pemerintah untuk terus melestarikan hutan Papua beserta segala keanekaragaman hayati di dalamnya, karena menyelamatkan dingiso bukan hanya tentang menjaga spesies langka, tapi juga menghargai kearifan lokal yang melihat alam sebagai rumah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.