noken papua mahakarya budaya lokal yang diakui unesco - News | Good News From Indonesia 2025

Noken Papua, Mahakarya Budaya Lokal yang Diakui UNESCO

Noken Papua, Mahakarya Budaya Lokal yang Diakui UNESCO
images info

Kawan GNFI, Papua adalah salah satu pulau paling timur Indonesia yang memiliki ciri khas tersendiri. Selain keindahan alamnya yang menakjubkan, Papua juga dikenal dengan ragam suku yang tidak hanya melestarikan budaya dan tradisi, tetapi juga kaya akan kerajinan tangan yang diakui secara internasional.

Tahukan Kawan GNFI, salah satu kerajinan Papua yang mendunia ini dinamakan noken. Mengapa noken mendunia?

Simak fakta uniknya, ya, Kawan GNFI!

Mengenal Noken Papua

Noken adalah sebuah tas tradisional yang unik dari Papua. Umumnya, masyarakat adat di Papua memanfaatkannya untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari serta hasil pertanian dan perkebunan, seperti sayuran, umbi-umbian, dan barang lainnya untuk diperjualbelikan.

Proses pembuatan noken ini cukup kompleks dan dilakukan secara manual, di mana cabang atau kulit pohon hingga seratnya dipotong, kemudian dipanaskan di atas api dan direndam dalam air.

Serat kayu yang tersisa lalu dikeringkan dan dipintal untuk dijadikan benang atau tali yang kuat. Ditambahkan pula pewarna alami hingga siap untuk proses pengayaman sesuai pola dan ukuran.

Proses pembuatannya, memerlukan waktu 2—3 minggu untuk menyelesaikan tas kecil saja. Sementara itu, untuk tas yang lebih besar bisa memakan waktu 3 minggu —3 bulan, di mana dibutuhkan kesabaran dan ketelitian ekstra dalam pembuatannya.

Fakta Menarik tentang Noken Papua

Fakta Menarik tentang Noken Papua | Gambar via istockphoto/benito_anu

Noken telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya takBenda oleh UNESCO

Dilansir dari laman UNESCO, pada tanggal 4 Desember 2012, Arley Gill selaku Ketua Sidang Komite Antar-Pemerintah ke-7 untuk Perlindungan Warisan Budaya TakBenda di Markas Besar UNESCO Paris, Prancis, menetapkan bahwa noken adalah salah satu karya tradisional dan warisan budaya dunia yang berasal dari Papua, Indonesia dengan kategori warisan budaya yang perlu 'Dijaga Mendesak'.

Faktor-faktor yang mengancam keberlangsungannya karena kurangnya kesadaran, melemahnya transmisi tradisional, berkurangnya jumlah pengrajin noken, masalah dalam memperoleh bahan baku tradisional dengan cepat dan mudah, hingga adanya pergeseran nilai-nilai budaya.

Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan noken Papua terancam punah dan memerlukan tindakan serius untuk memastikan keberlanjutannya sebagai warisan berharga untuk generasi masa depan.

Baca juga: Keberadaan Noken Papua Terancam Punah karena Krisis Iklim, Mengapa Bisa?

Tas Multifungsi dengan Ukuran Bervariasi

Noken Papua sangat multifungsi sehingga para petani, atau "mama-mama," di sana menggunakannya untuk menggendong anak-anak, membawa kayu bakar, berbelanja, bahkan membawa hasil panen.

Ukuran noken bervariasi dari kecil hingga jumbo. Tas noken ukuran jumbo biasanya disebut sebagai “yatoo”, sementara noken berukuran sedang disebut “gapagoo” yang biasa digunakan untuk membawa belanjaan dalam jumlah sedang, dan tas kecilnya disebut “mitutee” untuk barang-barang pribadi.

Saat ini, tas tersebut tidak hanya dipakai pada aktivitas sehari-hari, tetapi juga sering dijadikan cenderamata atau souvenir bagi wisatawan yang berkunjung ke Papua.

Noken yang multifungsi ini menunjukkan betapa fungsional dan pentingnya noken dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi masyarakat Papua.

Noken sebagai Simbol Kehidupan yang Sejahtera dan Makmur

Noken bukan sekadar objek fungsional, melainkan juga menyimpan makna sosial dan budaya yang mendalam. Untuk masyarakat Papua, noken melambangkan kehidupan yang positif, cinta terhadap kedamaian, identitas suku, tingkatan sosial, dan melambangkan kesuburan tanah Papua.

Hal menarik lainnya adalah perempuan Papua yang memproduksi tas tradisional ini telah dilatih sejak muda untuk menguasai seni pembuatan noken sebagai tanda kedewasaan.

Jika perempuan Papua telah terampil dalam membuat noken dengan baik, mereka dianggap dewasa dan siap untuk menikah.

Bahkan, noken yang dirancang dengan rumit dan indah sering kali dipandang sebagai mahar atau hadiah yang bernilai. Pengrajin noken Papua ini terkenal dengan sebutan Para Mamas Papua.

Hiasi Halaman Depan Google Doodle

Noken Papua di Halaman Google Doodle 2020 | Gambar via Google doodle

Dilansir dari laman Google Doodle, pada 4 Desember 2020, noken Papua menjadi tema halaman mesin pencari Google Doodle Indonesia dengan menampilkan ilustrasi khusus “Noken Papua”. Ini untuk merayakan Hari Noken yang bersamaan dengan pengakuan noken sebagai warisan dunia oleh UNESCO.

Ilustrasi noken Papua ini dibuat oleh seorang ilustrator asal Depok bernama Danu Fitra. Karyanya tersebut memiliki makna budaya dan sosial ekonomi yang besar hingga menggambarkan seluruh Provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia.

Melalui pembuatan karyanya ini, diharapkan menjadi salah satu dedikasi dan langkah besar yang diambil untuk mengamankan keberlangsungan noken Papua bagi generasi mendatang.

Dikenakan di Kepala

Satu hal yang unik tentang noken ini adalah masyarakat adat Papua menggunakannya dengan cara ditempatkan di dahi dan dililitkan ke belakang punggung. Metode ini memberikan kebebasan kedua tangan untuk menjalankan aktivitas lain, seperti memegang tongkat atau membawa barang tambahan.

Selain itu, penggunaan noken di kepala menjadi pemandangan khas yang menampilkan perbedaan antara membawa noken dan tas biasa.

Baca juga: Pesona Pulau Gag di Papua dan Kekayaan Biodiversitasnya

Dibuat dari Serat Alami

Secara konvensional, noken Papua ini terbuat dari bahan alami yang berasal dari serat pohon atau daun yang kuat, seperti serat kulit pohon melinjo, anggrek liar, atau pohon genemo.

Proses pembuatannya memerlukan waktu yang lama, mulai dari pencarian bahan baku, menganyam, memintal, serta mewarnai hingga menghasilkan produk akhir. Sebab, masih dibuat secara manual dan tradisional.

Sangat unik dan menarik ya, fakta-fakta noken Papua ini, Kawan GNFI! 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.