Tahukah kawan GNFI bahwa Papua tidak hanya memiliki keunikan dalam ras maupun budaya, tetapi juga unik dalam makanan.
Pada umumnya, ras di negeri Nusantara memiliki karakteristik fisik yang paling menonjol, antara lain kulit berwarna sawo matang atau kuning dan rambut gelombang atau lurus sehingga sering disebut sebagai ras Austronesia. Ras tersebut mendiami wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sementara itu, Papua termasuk ras Melanesia. Sebab, pada umumnya, masyarakat Papua memiliki karakteristik fisik, antara lain kulit berwarna coklat tua atau gelap, rambut keriting, hidung lebar, dan wajahnya lebih tajam.
Alasan karakteristik wajah Papua berbeda dengan wajah masyarakat Nusantara karena adanya perbedaan waktu jalur migrasi di mana asal usul Papua berasal dari Afrika sejak 70 ribu tahun lalu dan sudah menetap lebih lama daripada ras Austronesia.
Begitu juga dengan kebiasaan makannya, makanan pokok untuk masyarakat Papua juga unik. Di Indonesia bagian barat maupun tengah, masyarakat Indonesia makan makanan pokok nasi. Namun, makanan pokok bagi masyarakat Papua adalah sagu.
Masyarakat Papua sudah mengonsumsi sagu sejak 50 ribu tahun lalu menurut Hari Suroto, Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN. Mereka mendapatkan makanan berasal dari lingkungan alam melalui berburu dan meramu sehingga tumbuhan sagu yang menyerupai palem mudah didapatkan dari tepi sungai dan rawa-rawa sebagai makanan pokok.
Bukti kuat bahwa masyarakat Papua telah mengonsumsi sagu berdasarkan dari penemuan artefak. Adapun, artefak-artefak yang ditemukan, antara lain gerabah yang digunakan untuk menyimpan pati sagu, periuk yang digunakan untuk membuat papeda, dan forna yang digunakan untuk memanggang pati sagu.
Menurut masyarakat Papua, sagu tidak hanya sebagai sumber makanan, tetapi juga sebagai bagian dari sistem kepercayaan lokal. Namun, perlu kawan GNFI ketahui bahwa masing-masing suku di Papua dalam kepercayaan terkait sagu berbeda-beda. Misalnya, suku Sentani memiliki peraturan adat bahwa memotong sagu tidak sembarangan dan tidak boleh jatuh ke anak sagu agar tidak terkena bencana alam.
Kemudian, suku Marori memiliki peraturan adatnya bahwa sagu tidak boleh sembarangan diperjualbelikan karena sagu tersebut digunakan untuk salah satu marga keluarganya dalam mencukupi kebutuhan pesta adat dan konsumsi rumah tangga.
Sagu biasanya bisa diolah dalam bentuk pempek, kue, dan aneka makanan lainnya. Salah satu olahan sagu adalah papeda. Papeda merupakan makanan khas Papua yang disajikan dengan sagu yang bertekstur seperti lem, sambal, dan kuah ikan kuning.
Penasaran bagaimana cara membuat papeda, yuk, simak di bawah ini!
Bahan bumbu dapur:
- 5 siung bawang merah, iris kecil-kecil
- 3 siung bawang putih, iris kecil-kecil
- 1 ruas jari kunyit, diblender atau ditumbuk
- 10 cm lengkuas, digeprek
- 1 batang serai, digeprek
- 3-4 buah belimbing wuluh, digeprek atau diblender
- Garam secukupnya
- Gula secukupnya
Bahan tambahan lain:
- 500 ml air
- 2-3 daun jeruk
- Seledri secukupnya, iris kecil-kecil (sesuai selera)
- 2-3 ekor ikan laut (bebas sesuai selera, bisa ikan bandeng, ikan tongkol, ikan kakap, atau ikan kerapu)
- 2-3 sdm minyak goreng
- Tomat (sesuai selera)
- Kemangi (sesuai selera)
Bahan pembuatan sagu:
- 5-6 sdm sagu
- Air panas secukupnya
- Garam secukupnya
Cara membuat sup ikan kuning:
- Tuangkan minyak goreng ke dalam panci hingga panas dengan api sedang.
- Pada saat terasa panas minyak gorengnya, masukkan bawang merah, bawang putih, daun jeruk, kunyit, serai, dan lengkuas, lalu tumis hingga harum.
- Tambahkan air hingga mendidih.
- Pada saat air mendidih, masukkan ikan ke dalam air mendidih.
- Jangan lupa tambahkan belimbing wuluh, garam, dan gula secukupnya, lalu tambahkan tomat yang telah diiris. Tunggu hingga 10 menit.
- Setelah matang, taburkan kemangi dan seledri. Sup kuah kuning siap untuk disajikan dengan sagu.
Kemudian, cara membuat sagu:
- Larutkan tepung sagu dengan air biasa dan tambahkan garam secukupnya.
- Panaskan air hingga mendidih.
- Setelah itu, tuangkan air mendidih ke adonan sagu secara perlahan, lalu aduk dengan cepat hingga kental.
- Papeda siap untuk disajikan.
Masakan papeda sangat cocok dimakan dalam keadaan hangat. Apalagi kalau ditambah sambal roa, tumis kangkung, atau bayam, bikin kawan GNFI ketagihan. Kalau ngiler, ayo segera bikin resep papeda ini karena masaknya simpel, lho!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News