Perempuan Indonesia semakin menunjukkan kiprahnya dalam dunia digital, terutama melalui media sosial. Aktivitas harian yang dulu dianggap terbatas di ranah domestik kini menjelma menjadi konten yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menghasilkan. Media sosial memberi ruang bagi perempuan untuk berekspresi, berbagi, dan membangun peluang ekonomi dari rumah.
Digitalisasi yang Memperluas Peran Perempuan
Perkembangan teknologi informasi telah membuka ruang baru bagi perempuan untuk mengambil peran lebih luas di berbagai sektor kehidupan. Salah satu wujud nyata dari transformasi ini adalah hadirnya media sosial sebagai wadah yang mempertemukan kreativitas, ekspresi diri, dan peluang ekonomi dalam satu ekosistem digital.
Perempuan tidak lagi hanya menjadi pengguna pasif teknologi, melainkan telah berkembang menjadi pencipta konten, pengelola komunitas daring, hingga pelaku usaha berbasis digital. Media sosial menjadi jembatan antara kehidupan domestik dan publik, memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam ruang sosial dan ekonomi tanpa harus meninggalkan tanggung jawab rumah tangga.
Menurut We Are Social dan Meltwater dalamLaporanDigital Indonesia 2024, menunjukkan bahwa 54,4 persen pengguna media sosial aktif di Indonesia adalah perempuan, dengan dominasi usia produktif. Angka ini mengindikasikan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam membentuk tren digital dan menjadi bagian penting dari transformasi budaya komunikasi dan ekonomi masyarakat modern.
Kemampuan perempuan dalam memanfaatkan media sosial juga mencerminkan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan zaman. Dalam banyak kasus, mereka berhasil mengubah keterbatasan menjadi peluang, serta menjadikan teknologi sebagai sarana pemberdayaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Ekonomi Digital yang Bertumbuh dari Rumah
Kegiatan yang dilakukan sehari-hari di rumah kini memiliki potensi ekonomi besar ketika diolah menjadi konten digital. Aktivitas seperti memasak, mengasuh anak, merawat rumah, atau membuat produk kerajinan, kini dapat dipasarkan dan dikenalkan melalui berbagai platform digital.
Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) tahun 2023, sekitar 64% pelaku UMKM perempuan memanfaatkan media sosial sebagai sarana utama pemasaran. Ini menunjukkan bahwa transformasi digital tidak hanya memperluas akses, tetapi juga memperkuat kemandirian ekonomi perempuan.
Transformasi ini bukan hanya menunjukkan kreativitas dan ketekunan, tetapi juga mencerminkan semangat adaptasi terhadap perubahan zaman. Dari rumah yang sederhana, perempuan membangun ekosistem usaha yang tangguh dan relevan dengan kebutuhan era digital.
Tantangan dalam Ruang Digital
Meskipun ruang digital membuka banyak peluang bagi perempuan, jalan yang ditempuh tidak selalu bebas hambatan. Terdapat beragam tantangan yang perlu dihadapi, baik secara teknis maupun sosial, yang dapat menghambat partisipasi perempuan secara optimal dalam ekosistem digital.
Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan literasi digital. Tidak semua perempuan memiliki akses yang sama terhadap informasi dan keterampilan teknologi. Di beberapa wilayah, keterbatasan perangkat, koneksi internet, hingga kurangnya pelatihan menjadi faktor penghambat dalam mengoptimalkan penggunaan media sosial dan teknologi digital.
Selain itu, perempuan juga kerap menghadapi beban ganda antara peran domestik dan partisipasi publik. Keseimbangan antara kewajiban rumah tangga dan produktivitas digital sering kali menuntut tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Hal ini dapat memengaruhi konsistensi dan keberlanjutan perempuan dalam mengelola konten atau usaha daring.
Tantangan lain yang tidak kalah serius adalah munculnya risiko di ruang digital seperti pelecehan verbal, cyberbullying, serta stereotip yang meremehkan kemampuan perempuan dalam dunia teknologi. Kondisi ini kerap membuat sebagian perempuan merasa kurang percaya diri untuk tampil dan membangun personal branding secara terbuka.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center pada 2024, hanya 35 persen perempuan di Indonesia yang merasa cukup percaya diri dalam membangun kehadiran digital secara profesional. Angka ini menunjukkan masih besarnya kebutuhan terhadap ekosistem digital yang lebih ramah, aman, dan inklusif bagi perempuan.
Oleh karena itu, dukungan dalam bentuk pelatihan literasi digital, perlindungan hukum terhadap kekerasan berbasis daring, serta penguatan komunitas perempuan digital sangat diperlukan. Dengan demikian, perempuan dapat terus tumbuh dan berdaya di ruang digital tanpa harus dibatasi oleh stigma atau hambatan struktural.
Masa Depan Perempuan di Dunia Digital
Melihat tren dan potensi yang terus berkembang, masa depan perempuan dalam dunia digital terbuka luas dan penuh harapan. Perempuan tidak lagi hanya menjadi bagian dari perubahan, tetapi telah menjadi penggerak utama dalam membentuk budaya digital yang lebih inklusif dan berdaya.
Dengan dukungan kebijakan yang berpihak, peningkatan literasi digital, serta lingkungan daring yang aman dan sehat, perempuan dapat semakin optimal dalam mengembangkan kreativitas, membangun jejaring, dan memperkuat posisi mereka dalam berbagai sektor, termasuk ekonomi, pendidikan, dan sosial.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News