Ketika berbicara tentang kuliner khas Indonesia nama-nama seperti rendang, soto, atau gudeg sering kali mendominasi perbincangan. Namun bagaimana dengan Papua? Wilayah timur Indonesia ini ternyata menyimpan kekayaan kuliner yang tidak kalah menggoda lidah, bahkan unik dan penuh nilai budaya.
Kuliner Papua tidak hanya soal rasa tapi juga menyentuh aspek identitas lokal, hubungan dengan alam, dan nilai-nilai gotong royong masyarakatnya. Melalui artikel ini Kawan GNFI akan diajak mengenal beberapa makanan khas Papua yang wajib dicoba bahkan bisa membuatmu penasaran dan lapar sekaligus!
Papeda, Makanan Pokok yang Sarat Nilai Tradisi
Tidak lengkap rasanya membahas kuliner Papua tanpa menyebut papeda makanan pokok yang terbuat dari sagu. Teksturnya kenyal dan bening disajikan dengan kuah ikan kuning berbumbu kunyit yang harum dan kaya rasa.
Papeda tidak hanya makanan tapi juga tradisi. Proses pengolahannya masih menggunakan teknik tradisional seperti pengambilan sagu dari pohonnya dengan gotong royong. Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sagu memiliki kandungan serat tinggi dan indeks glikemik rendah menjadikannya sumber karbohidrat yang menyehatkan. Bahkan sagu kini digadang-gadang sebagai alternatif beras di masa depan.
Ikan Bakar Colo-Colo, Perpaduan Laut dan Sambal Segar
Papua memiliki wilayah laut yang sangat luas tak heran jika hasil laut menjadi bagian penting dari kulinernya. Salah satu sajian populer adalah ikan bakar colo-colo yang biasa menggunakan ikan kakap, baronang, atau cakalang.
Ikan dibakar dengan bumbu sederhana lalu disajikan bersama sambal colo-colo yang terdiri dari irisan cabai, bawang, tomat, jeruk nipis, dan sedikit kecap. Rasanya segar dan pedas cocok disantap di pinggir pantai atau saat berkumpul bersama keluarga.
Menurut artikel dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) makanan ini banyak dijumpai di Jayapura dan sekitarnya terutama di kawasan wisata kuliner pinggir pantai.
Ulat Sagu, Superfood Tradisional Papua
Jika kamu mencari kuliner ekstrem sekaligus bergizi tinggi ulat sagu adalah jawabannya. Masyarakat di pedalaman Papua seperti suku Kamoro dan Asmat mengonsumsi ulat sagu sebagai sumber protein alami.
Ulat sagu biasanya dikonsumsi langsung, digoreng, atau dibakar di atas bara. Meski terkesan ekstrem menurut laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO), ulat sagu kaya akan protein, lemak baik, dan asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Selain nutrisinya konsumsi ulat sagu juga merefleksikan filosofi hidup selaras dengan alam, memanfaatkan sumber daya lokal secara berkelanjutan.
Sayur Ganemo, Hidangan Harian yang Sederhana tapi Kaya Gizi
Sayur ganemo adalah makanan khas Papua berbahan daun melinjo muda yang ditumis bersama bunga pepaya dan jantung pisang. Masakan ini memiliki cita rasa pahit-manis yang khas dan menjadi pendamping sempurna untuk papeda atau nasi.
Sayur ini juga mencerminkan gaya hidup sehat masyarakat Papua yang terbiasa mengonsumsi sayuran segar dan non-olahan. Tak jarang ganemo menjadi pilihan utama dalam acara keluarga maupun ritual adat.
Martabak Sagu dan Kue Lontar, Camilan Khas Papua
Untuk penutup, Papua juga punya jajanan manis khas. Misalnya martabak sagu yang menggunakan sagu yang diolah dengan kelapa parut dan gula merah menghasilkan rasa legit dan tekstur unik. Sementara itu kue lontar adalah versi lokal dari pie susu yang biasa disajikan saat hari raya atau acara penting keluarga.
Kue lontar berasal dari pengaruh Belanda namun telah mengalami modifikasi rasa dan bentuk yang khas Papua. Ukurannya besar dan biasanya dibagikan secara bersama-sama,menandakan nilai kekeluargaan dalam setiap gigitannya.
Kuliner Papua bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari budaya, identitas, dan filosofi hidup masyarakatnya yang menghargai alam serta menjunjung tinggi kebersamaan. Mulai dari papeda hingga ulat sagu dari sambal colo-colo hingga kue lontar setiap makanan membawa cerita dan rasa yang autentik.
Jadi, jika Kawan GNFI suatu saat berkesempatan mengunjungi Papua jangan lewatkan untuk mencicipi kekayaan kulinernya. Karena dari makanan kita bisa lebih mengenal jiwa dari sebuah daerah.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News