Setelah sempat mengalami tekanan hebat dan tembus lebih dari Rp17.000 per Dolar AS pada akhir April 2025–di mana level terlemah sejak krisis 1998—rupiah kini kembali menunjukkan tren yang stabil.
Dalam beberapa bulan terakhir, mata uang Garuda mengalami penguatan berkat intervensi agresif Bank Indonesia dan pelemahan dolar global.
Saat ini, rupiah bergerak stabil di kisaran Rp16.200–16.500 per Dolar AS, seiring optimisme pasar terhadap ekonomi dalam negeri dan penurunan suku bunga Amerika Serikat.
Melemahnya rupiah pada saat itu sangat menimbulkan pertanyaan serius di masyarakat mengenai bagaimana ketahanan ekonomi nasional dan kebijakan negara ini dalam menghadapi lajunya pelemahan nilai tukar rupiah.
Apakah pelemahan nilai tukar rupiah ini dipicu oleh ketidaktahanan ekonomi nasional atau adanya gejolak ketidakstabilan ekonomi global di Eropa. Selain itu, juga dampak dari adanya perang dagang dan pajak antara pemerintah Amerika Serikat dengan Tiongkok.
Tekanan Global
Tak bisa dipungkiri, saat ini tekanan ekonomi global sedang tidak stabil akibat perang dagang yang terjadi di negara Eropa, China, dan Amerika Serikat.
Perang ini semakin memanas ditambah dengan adanya kebijakan tarif Trump baru yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap hampir semua negara baik Asia maupun Eropa. Dalam hal ini, Indonesia sendiri terkena tarif yang cukup tinggi, yakni 32%.
Siapa yang Mencetak Uang Rupiah? Ini Tugas Bank Indonesia dan Peruri
Selain itu, ketegangan geopolitik negara tersebut juga berpengaruh, prospek laju pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menunjukan penurunan atau lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga turut berdampak memberi tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS.
Dalam menghadapi masalah ini, Indonesia sebagai negara yang besar sudah sepatutnya dapat meredam tekanan yang berasal dari eksternal. Hal ini bisa saja dilakukan jika saja fondasi ekonomi nasional negara ini sudah kuat. dan mengurangi kebutuhan impor dari negara lain.
Namun, pada kenyataannya saat ini, keadaan ekonomi dan ketahanan komoditas nasional Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Hingga saat ini, Indonesia masih sangat bergantung terhadap perdagangan dunia yaitu salah satunya impor beberapa komoditas. Penyebabnya adalah karena lemahnya sektor industri dan dalam negeri yang belum mampu untuk mencukupi kebutuhan.
Ini turut serta menjadi sejumlah faktor yang mempengaruhi tekanan terhadap kestabilan nilai tukar rupiah karena mengurangi cadangan devisa.
Dampak Nyata
Saat kondisi nilai tukar rupiah yang melemah bukan hanya berdampak pada sektor ekonomi dan keuangan negara saja. Namun, dirasakan langsung oleh masyarakat di mana berpengaruh dalam kehidupan sehari hari masyarakat nasional.
Di mana hal ini akan turut mempengaruhi harga barang-barang impor, biaya produksi, yang membuat harga barang di pasaran meningkat dan menurunnya daya beli masyarakat.
Jika nilai tukar rupiah semakin menurun, maka harga-harga barang kebutuhan masyarakat akan meningkat mahal dan akan menyebabkan inflasi yang sulit dikendalikan. Maka dari itu, kestabilan nilai tukar rupiah perlu diusahakan agar tidak menimbulkan lonjakan harga harga yang signifikan.
Respon Strategis
Fluktuasi nilai tukar rupiah sejatinya merupakan hal yang wajar dalam sistem ekonomi dan keuangan. Namun, hal ini juga harus berpatokan terhadap laju inflasi yang sesuai.
Untuk itu, seharusnya pemerintah mampu menangani masalah ini secepatnya kebijakan jangka pendek. Sebagai contoh, intervensi pasar oleh Bank Indonesia untuk menahan laju pelemahan.
Tak puas sampai di situ, pemerintah perlu memperkuat strategi jangka panjang, yaitu mendorong hilirisasi industri, meningkatkan ekspor barang jadi bukan bahan mentah, serta mengurangi ketergantungan terhadap impor barang untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Siapa Pencipta Uang? Menelusuri Sejarah dan Asal-Usul Rupiah
Perbaikan sistem dan lembaga investasi yang baru dibentuk supaya lebih kompetitif (Danantara). Konsistensi dan komunikasi kebijakan harus dijaga.
Ketidakpastian kebijakan pemerintah yang selalu berganti akan memperparah tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan memperburuk persepsi masyarakat terhadap ketahanan ekonomi nasional.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News