mengenal jubleg alat tumbuk padi tradisional suku sunda yang minim perhatian - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Jubleg Alat Tumbuk Padi Tradisional Suku Sunda yang Minim Perhatian

Mengenal Jubleg Alat Tumbuk Padi Tradisional Suku Sunda yang Minim Perhatian
images info

Jika berbicara mengenai kebudayaan Indonesia maka tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas. Indonesia yang memiliki 300 lebih kelompok etnik atau suku bangsa mempunyai kebudayaan-kebudayaanya sendiri dan setiap kebudayaan yang dimiliki terdapat keunikannya masing-masing, seperti suku Sunda yang menyimpan banyak keunikan serta makna dalam setiap budaya yang hidup di suku tersebut.

Salah satu budaya yang dimiliki oleh suku Sunda adalah terdapat alat tumbuk padi tradisional yang bernama Jubleg atau Lesung Batu. Jubleg mungkin terdengar asing dikalangan anak muda zaman sekarang karena memang Jubleg ini sudah minim perhatian. Jubleg sendiri digunakan untuk menumbuk padi sampai menjadi beras.

Sebelum mengenal mesin seperti sekarang, para orangtua zaman dahulu menggunakan Jubleg untuk mengolah padi menjadi beras dan proses menumbuknya membutuhkan waktu yang cukup lama tergantung berapa banyak padi yang akan ditumbuk.

Salah satu daerah di Jawa Barat tepatnya di Kampung Mariuk, Kabupaten Bandung terdapat sebuah Jubleg milik Pak Engkos yang sudah disimpan selama 30 tahun lebih. Jubleg tersebut memiliki bentuk persegi mengerucut dengan panjang 25 cm, lebar 28 cm, serta kedalaman lubangnya mencapai 21 cm.

Jubleg tersebut dulunya digunakan beliau untuk menumbuk padi menjadi beras, menumbuk beras hingga menjadi tepung, dan menutu ulen atau uli. karena teknologi semakin berkembang, aktivitas yang dulunya memakai Jubleg sekarang sudah lebih modern sehingga Jubleg sudah tidak digunakan lagi dan hanya menjadi pajangan saja di rumah beliau. 

Sangat disayangkan sekali eksistensi Jubleg saat ini sudah meredup, padahal akan sangat bagus jika jubleg bisa diturunkan kepada generasi penerus karena meskipun perkembangan zaman sangat mempermudah manusia dalam beraktivitas, tidak ada salahnya jika Jubleg dijadikan sarana belajar untuk membentuk karakter seseorang.

Jika dilihat lebih dalam, kita dapat belajar sifat kemandirian dari alat tradisional tersebut sekaligus menyadarkan kita seberapa besar usaha orang tua zaman dulu untuk menghasilkan beras yang sangat memakan waktu dan penuh usaha.

Hal ini juga dapat menjadi pelajaran untuk kita agar bisa lebih menghargai setiap usaha dan keringat yang seseorang berikan terlebih lagi itu dari orang tua.

Selain itu, Jubleg telah mengajarkan kita untuk sabar, tidak mudah putus asa dan tidak selalu bergantung kepada orang lain sehingga ketika keadaan mengharuskan kita untuk hidup mandiri, kita sudah siap untuk menghadapi situasi tersebut.

Hal ini akan sangat bagus jika bisa diterapkan kepada generasi yang hidup di era moderninasi yang serba aman, nyaman dan juga mudah.

Sebagai generasi penerus tentunya kita harus sadar akan pentingnya melestarikan budaya-budaya tradisional yang menjadi ciri khas di setiap daerahnya seperti Jubleg. untuk melakukan pelestarian budaya di zaman modern seperti sekarang ini harus dilakukan dengan cara sekreatif mungkin.

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya tradisional.

Saat ini banyak sekali platform media sosial yang bisa digunakan, kita hanya perlu memilih dan berpikir kreatif untuk memanfaatkannya. Di media sosial kita bisa membuat konten edukasi atau pengetahuan tentang budaya yang ingin kita lestarikan misalnya Jubleg.

Konten-konten tersebut harus secara khusus mengenalkan budaya tersebut sehingga memudahkan audiens untuk mendapatkan informasi.

Cara tersebut dapat menjadi perhatian kita untuk mengemas pengetahuan tentang kebudayaan tradisional melalui konten kreatif dan sekaligus menjadi sebuah alternatif dalam usaha untuk melestarikan kebudayaan tradisional khususnya Jubleg yang telah menjadi keunikan bagi masyarakat suku Sunda sehingga budaya tersebut tidak dilupakan begitu saja.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.