Semarang merupakan daerah yang menjadi ibu kota provinsi Jawa Tengah. Terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul penamaan daerah Semarang ini dulunya.
Konon penamaan nama kota ini merujuk kepada sebuah pohon asam yang tumbuh subur dulunya. Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda asal usul Semarang tersebut?
Legenda Asal Usul Semarang
Dinukil dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, di tanah Jawa dulunya berdiri sebuah kerajaan besar, yakni Kerajaan Demak. Kerajaan Islam ini dikenal memiliki wilayah yang besar dan luas.
Tidak hanya itu, Kerajaan Demak juga dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah. Konon kerajaan ini dikenal sebagai daerah penghasil beras, garam, dan kayu jati yang masyhur.
Pada suatu masa, hiduplah seorang pangeran dari Kerajaan Demak yang dikenal dengan keilmuannya. Tidak hanya dikenal sebagai seorang bangsawan, pangeran ini juga menjadi seorang ulama yang ada di sana.
Pangeran ini bernama Raden Made Pandan. Dirinya dikenal sebagai seorang pangeran yang baik hati, sopan, dan ramah kepada masyarakat sekitar.
Raden Made Pandan memiliki seorang anak yang bernama Raden Pandanarang. Sama seperti sang ayah, Raden Pandanarang juga memiliki sifat yang baik hati dan ramah.
Pada suatu hari, Raden Made Pandan mengajak sang anak untuk keluar dari Kerajaan Demak. Raden Made Pandan bersama sang anak dan beberapa pengikutnya kemudian berangkat mencari daerah baru untuk mereka huni.
Setelah melakukan perjalanan beberapa hari, rombongan Raden Made Pandan kemudian menemukan daerah yang tepat. Daerah tersebut ditumbuhi oleh banyak pepohonan.
Tidak hanya itu, tanah daerah itu juga subur. Raden Made Pandan kemudian memutuskan untuk berdiam dan tinggal di daerah itu.
Bersama anak dan pengikutnya, Raden Made Pandan kemudian mendirikan sebuah pesantren di sana. Pesantren ini menjadi sarana bagi Raden Made Pandan untuk menyebarkan ajaran agama Islam di sana.
Selain itu, Raden Made Pandan juga menggarap lahan pertanian di sana. Dengan demikian, kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi dari lahan pertanian tersebut.
Raden Pandanarang juga turut membantu sang ayah dalam mengajar di pesantren. Berbekal ilmu yang dia miliki, Raden Pandanarang turut mengajarkan agama Islam bagi setiap murid yang belajar di pesantren tersebut.
Lambat laun daerah ini makin ramai dikunjungi. Banyak orang-orang yang datang ke sana untuk belajar langsung di pesantren tersebut.
Raden Made Pandan merasa bahagia melihat hal ini. Terlebih sang anak juga memiliki keilmuan yang dalam seperti dirinya.
Kelak Raden Made Pandan berharap Raden Pandanarang bisa menggantikan dirinya ketika sudah meninggal dunia nantinya. Dengan demikian, dia tidak perlu khawatir terhadap kehidupan sang anak sepeninggalan dirinya kelak.
Beberapa waktu kemudian, Raden Made Pandan ternyata jatuh sakit. Tidak lama kemudian, Raden Made Pandan merasa ajalnya sudah dekat.
Sebelum meninggal dunia, Raden Made Pandan menitipkan sebuah pesan kepada Raden Pandanarang. Dirinya berpesan agar sang anak bisa terus menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.
Akhirnya Raden Made Pandan meninggal dunia. Raden Pandanarang terus berpegang pada pesan yang ditinggalkan sang ayah sebelum meninggal dunia.
Pada suatu hari, Raden Pandanarang tengah menggarap lahan pertanian bersama pengikutnya. Di sela-sela pekerjaan, Raden Pandanarang mendengarkan para pengikutnya yang sedang bercengkrama seperti keheranan.
Ternyata pengikut Raden Pandanarang menemukan sebuah pohon asam yang tumbuh dengan subur. Padahal menurut mereka biasanya pohon asam ini tumbuh di lahan yang kering, berbeda dengan tempat pertanian di sana.
Raden Pandanarang juga merasa keheranan dengan hal tersebut. Akhirnya Raden Pandanarang memutuskan untuk memberi nama daerah itu Semarang, merujuk pada pohon asam yang jarang.
Sejak saat itu, daerah peninggalan Raden Pandanarang inilah yang konon diyakini sebagai asal usul Semarang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News