Gunung Kuda yang berada di Desa Cipanas, Kecamatan Dukuhpuntang, Kabupaten Cirebon mendadak jadi sorotan karena bencana longsor yang menewaskan belasan pekerja. Tetapi di balik tragedi ini, tersimpan sejarah panjang yang tak banyak diketahui publik.
Nama Gunung Kuda Cirebon tidak sekadar gundukan batu kapur tetapi merupakan saksi bisu mengenai peristiwa penting dalam sejarah Jawa Barat. Hal ini disampaikan oleh pegiat sejarah asal Majalengka, Nana Rohmana atau yang akrab disapa Naro.
Naro menjelaskan peristiwa perang besar ini terjadi antara Kesultanan Cirebon yang dibantu pasukan Kerajaan Demak melawan Kerajaan Rajagaluh sekitar tahun 1528 Masehi. Ketika itu, dua pasukan dari dua kerajaan ini banyak menambatkan kuda-kuda di daerah Gunung Kuda.
"Kenapa disebut Gunung Kuda? Karena dulunya, saat pasukan Cirebon dan Demak hendak menyerang Kerajaan Rajagaluh, pasukan sempat beristirahat di gunung ini, dan menambatkan kuda-kuda di sana," ujar Naro yang dimuat dari Pikiran Rakyat.
Kandungan geologi
Bukan hanya peristiwa peperangan, daerah ini juga menyimpan banyak kekayaan geologi. Ketika masa kolonial Belanda, gunung ini pernah diteliti oleh seorang dokter asal Belanda bernama Von Koenigswald.
"Setelah kunjungan ke pabrik gula di Parungjaya, Leuwimunding, dokter Belanda itu main ke Gunung Kuda. Di sana, dia menemukan banyak fosil laut," jelas Naro.
Beberapa fosil ini tersebar di berbagai titik Gunung Kuda, menjadikannya disebut sebagai 'lumbung fosil'. Koenigswald meyakini batuan di gunung ini berasal dari dasar laut jutaan tahun silam.
"Tak heran, jika material batu di sana mengandung unsur kapur dan terasa lebih halus dibanding batuan pegunungan biasa," ucapnya.
Terdiri dari sejumlah gugusan
Naro menjelaskan Gunung Kuda merupakan bagian dari gugusan Gunung Koromong. Gugusan ini terdiri dari sejumlah gunung kecil, seperti Gunung Bendera, Gunung Kerud, dan Gunung Goong.
Nama Koromong merujuk pada bentuknya yang menyerupai alat musik gong kecil, bagian dari gamelan. “Makanya, gunung-gunung kecil di sini disebut gugusan Gunung Koromong. Kenapa disebut Gunung Koromong, karena bentuknya seperti seperangkat alat musik," pungkas Naro.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News