pcm ngaliyan pakai besek anyaman bambu untuk wadah daging qurban ramah lingkungan - News | Good News From Indonesia 2025

PCM Ngaliyan Pakai Besek Anyaman Bambu untuk Wadah Daging Qurban Ramah Lingkungan

PCM Ngaliyan Pakai Besek Anyaman Bambu untuk Wadah Daging Qurban Ramah Lingkungan
images info

Sejak 15 tahun terakhir, MI Muhammadiyah Semarang rutin menggelar penyembelihan hewan qurban dan mulai mengganti plastik dengan anyaman bambu (besek) sekitar 5 tahun lalu.

Kali ini MI berkolaborasi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngaliyan bersama Lazismu, Ortom, dan Amal Usaha Muhammadiyah sambil terus mewujudkan idul qurban yang ramah lingkungan.

Beralih dari Plastik ke Anyaman Bambu

“Awalnya dulu menggunakan plastik tapi ada masukan dari masyarakat, satu; kondisi dagingnya tidak segar karena dia kan terkungkung air, kan? Disembelih pagi, siang dibungkus, sore itu sudah mulai beda baunya. Yang kedua; tidak tahan lama, dan juga sampah plastiknya itu terutama, sampahnya tidak dapat dipungkiri luar biasa. Kita 2020-an beralih menggunakan besek.”

Mukhamad Pujiyanto selaku wakil ketua panitia menceritakan pengalamannya di penyembelihan yang digelar pada hari Ahad, 8 Juni itu. Walaupun memakan biaya operasional yang cukup besar, tapi tanggapan positif dari penerima menjadi salah satu alasan kenapa besek harus terus digunakan.

Tantangan dan Solusi

“Ya memang secara operasional lebih besar, plastik yang harganya Cuma 500 rupiah, kita pakai besek satu pasang itu harganya sekitar Rp3.000, belum daun jati juga di dalamnya. Sudah dibuktikan sama salah satu warga yang kebetulan waktu itu tidak di rumah, oleh panitia ditaruh di depan rumah, lupa tidak memberitahu sama keluarganya dan baru kelingan pagi hari setelahnya ‘kemarin ada qurban dari MI’, lha itu diambil, begitu dibuka ternyata kondisinya masih kering, tidak bau, masih bisa dikonsumsi.”

Puji juga menyebutkan harga besek yang terus naik dari waktu ke waktu.

“Tapi kan perbandingannya kalau beli plastik paling habis 100-200 ribu, kalau besek hampir 2 juta. Kami pakai besek dari mulai harga besek dulu itu Rp1.500 satu tangkep sampai sekarang Rp3.000 itu sudah mengalami 100% kenaikan, to?”

Mekanisme Qurban Ramah Lingkungan

Beberapa langkah yang diambil oleh PCM dalam mewujudkan Qurban ramah lingkungan adalah dengan:

  • Mengubur darah hewan langsung ke tanah, sehingga terurai menjadi tanah gempur tanpa bau.
  • Membersihkan dan merebus jeroan sebelum dibagikan, air rebusan dialirkan ke sungai.
  • Menggunakan besek dan daun jati sebagai kemasan organik yang berfungsi menjaga kesegaran daging.

Keberlangsungan

PCM turut menggerakkan UMKM dengan memesan daun jati lewat supplier terdekat, sedangkan besek di pesan lewat situs daring lantaran pedagang besek di Pasar Mangkang tidak memiliki stok yang cukup.

Haikal Nabil, salah seorang relawan menyampaikan harapannya agar penggunaan besek sebagai wadah daging yang ramah lingkungan dapat terus berlanjut.

“Menurutku besek lebih efektif dari plastik, karna besek terbuat dari kayu dan lebih ramah lingkungan, kalau pun dibuang bisa dibakar tanpa polusi yang serius. Ya pastinya masih tetap bisa digunakan, karna lebih ramah lingkungan, dan juga bisa digunakan lebih dari satu kali pemakaian, lebih efisien,” ujarnya.

Sedangkan Puji mengungkapkan harapan serta rancangannya untuk terus meningkatkan bingkisan qurban dengan memisahkan daging dan jeroan.

“Tahun depan ini pengembangannya mungkin jeroan nanti dipisah, dikemas sendiri pakai plastik yang bisa terurai itu. Atau kalau tidak, nanti jeroan dibungkus pakai daun jati, jadi tidak tercampur dengan daging,”

Kemanfaatan daging kurban dari 3 ekor sapi dan 8 kambing yang diolah menjadi 566 besek ini tidak hanya dirasakan oleh warga sekitar, namun didistribusikan kepada Amal Usaha Muhammadiyah dan area yang dikehendaki oleh Shohibul Qurban.

“Shohibul Qurban itu mendapat satu besek besar dan 10 besek kecil. Nah 10 besek kecil itu merupakan panjang tangan panitia untuk membagikan ke warga sekitarnya. Kita ingin mengedukasi ke shohibul qurban bahwa hak untuk menikmati daging qurban itu tidak hanya shohibul qurban saja. Di sini sudah berjalan 3 tahun yang kurban dapat 1 besek besar isi 3 kilo sama 10 besek kecil.”

Di samping memperhatikan lingkungan, desa Wonosari menjalin kerja sama dengan dokter hewan dari Semarang Zoo untuk memeriksa apakah kondisi hewan layak dijadikan qurban.

“Penyediaan hewan qurban yang sehat dan cukup umur itu tantangan tersendiri, ketika survei hewan qurban harus benar-benar diperhatikan. Nanti begitu (hewan) sampai di sini, dicek sama dokter hewan, kita punya layanan dokter hewan kerja sama dengan kebun binatang Semarang, namanya dokter Hendrik, beliau kalau pas mau qurban datang kesini (untuk) mengecek hewan qurban.”

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AV
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.