ngadang subuh nang mabes - News | Good News From Indonesia 2025

Ngadang Subuh Nang Mabes, Tradisi Baru Warga Nahdliyin Purwanegara Pererat Ukhuwah dan Gali Ilmu

Ngadang Subuh Nang Mabes, Tradisi Baru Warga Nahdliyin Purwanegara Pererat Ukhuwah dan Gali Ilmu
images info

Setiap hari Minggu pagi, Masjid Besar Al-Hidayah di Desa Karangsuci, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, dipenuhi jamaah sejak waktu Subuh.

Bukan hanya untuk melaksanakan salat berjamaah, mereka juga mengikuti kajian keislaman yang kini rutin digelar dalam kegiatan bertajuk "Ngadang Subuh Nang Mabes".

Tradisi ini berkembang menjadi momen yang dinanti oleh warga Nahdliyin dan masyarakat umum karena menggabungkan nilai spiritual, intelektual, dan sosial dalam satu waktu yang penuh berkah.

Apa itu Ngadang Subuh Nang Mabes?

“Ngadang Subuh Nang Mabes” merupakan akronim dari ngaji dan ngopi Subuh di Masjid Besar. Dalam bahasa Jawa, kata "ngadang" berasal dari kata ngaji (mempelajari ilmu agama) dan medang (minum teh atau kopi), menggambarkan suasana santai, tetapi bermakna.

Sementara “Mabes” adalah singkatan dari Masjid Besar, dalam hal ini merujuk pada Masjid Besar Al-Hidayah Karangsuci.

Tradisi ini bukan sekadar kegiatan keagamaan formal, tetapi menjadi ruang belajar yang hangat dan inklusif bagi semua kalangan.

Kajian ini dibimbing langsung oleh tokoh ulama terkemuka di Banyumas, Drs. KH. Taefur Arofat, M.Pd.I, yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banyumas.

Mencetak Role Model Masjid Modern: Hasil FGD "Masjid Ramah Keluarga" di Zona Madina

Sebelum kajian dimulai, jamaah diajak berdzikir dan membaca doa pagi-petang bersama, yang dipimpin oleh Drs. KH. Achmad Juhana, Rais Syuriah NU Kecamatan Purwokerto Utara. 

Materi yang dibahas berfokus pada fiqih praktis, seperti tata cara bersuci, salat yang sah, permasalahan muamalah kontemporer, hingga isu-isu kekinian dalam masyarakat dari perspektif Islam.

Selain itu, diselingi juga dengan kisah inspiratif dari perjalanan para ulama Nusantara maupun tokoh Islam dunia, yang dikemas dengan gaya penceritaan khas pesantren: ringan, tetapi penuh makna.

Salah satu peserta, Pak Agus (57), warga Karangjambu, Purwanegara, mengaku selalu menanti-nanti kegiatan ini. “Rasanya beda, ngaji Subuh sambil medang bareng, bisa tanya langsung ke kyai, habis itu pulang hati tenang,” tuturnya sambil tersenyum.

Tradisi Minum Teh, Simbol Keakraban

Salah satu hal unik yang membedakan Ngadang Subuh Nang Mabes dengan kegiatan keagamaan lain adalah tradisi minum teh hangat atau kopi bersama seusai kajian.

Suguhan sederhana ini ternyata membawa dampak luar biasa: mempererat kebersamaan, menghapus sekat usia dan status sosial, dan menciptakan ruang dialog informal antarwarga.

Kegiatan Ngadang Subuh Nang Mabes berlangsung setiap hari Minggu pagi, ba’da salat Subuh, di Masjid Besar Al-Hidayah Karangsuci, Purwokerto. Masjid ini kini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pergerakan sosial keagamaan yang inspiratif.

Tradisi Ngadang Subuh Nang Mabes adalah contoh nyata bagaimana nilai-nilai Islam bisa hadir dalam bentuk yang membumi, akrab, dan menggerakkan.

Kisah Inspiratif Cecep Abdullah, Petugas Kebersihan Masjid di Sukabumi yang Diundang Haji oleh Kerajaan Arab Saudi

Lebih dari sekadar rutinitas ibadah, kegiatan ini menjadi sarana membangun peradaban, memperkuat jaringan ukhuwah, dan menghidupkan masjid sebagai pusat ilmu dan silaturahmi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ZM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.