Pentas di THR (Surabaya) malam itu memuaskan, menurut paparan Handi. Paginya, sebelum Koes Bersaudara meninggalkan Surabaya, Irama Puspita ditawari pindah ke Jakarta.
“Akan dilatih dan dipertemukan dengan band popular lain di Jakarta,” tulis Handi.
***
Awal Oktober 1964, empat gadis Irama Puspita muncul di markas Koes Bersaudara di Jalan Mendawai III Kebayoran Baru. Mereka datang menagih janji dilatih. Nekat, hanya bermodal uang jual hasil perhiasan mereka dan milik orang tua, mereka hijrah dari Surabaya ke Jakarta.
Irama Puspita menumpang di rumah tante Titiek A.R. di Jalan Timah Tanah Tinggi Galur. Preva Asmara Subiyantoroh menuliskan mereka tinggal di rumah budhe Titik A.R. Dengan segala keterbatasan, mereka nebeng tetangga sampai Jalan Jenderal Sudirman, lalu naik opelet sampai CSW (Centrale Stichting Wederopbouw), dilanjut jalan kaki ke markas Koes Bersaudara.
Latihan awal lantas dimulai. Mereka memainkan alat musik Koes Bersaudara, setelah empunya selesai berlatih. Tatiek A.R. berperan jadi pimpinan grup dan pemain gitar melodi. Lies A.R. memegang gitar bass. Prasetiani atau Pras memainkan gitar pengiring. Susy Nander atau Sugen memainkan drum.
Keesokan harinya mereka kembali latihan. Kali ini latihan lebih keras dan ketat. Keempatnya dipaksa menyanyi.
"Tonny mengakan kalau tak mau menyanyi jangan harap dapat populer, paling hanya membonceng penyanyinya," tulis Handi.
Tonny tak mengizinkan anggota Irama Puspita sambat suaranya jelek, hanya perlu latihan keras. Menurutnya yang penting suara tak sumbang atau balapan dengan musik.
Latihan menyanyi sesuai mereka tekuni hingga berderai air mata. Terutama pada bagian lagu yang sukar, meski dinyanyikan berulang kali. Latihan hanya istirahat bila Koes Bersaudara show keluar kota.
Berkeliling Jakarta dan melihat band-band Jakarta tampil di tempat hiburan seperti Wisma Nusantara, Loka Sari hingga Mangga Besar. Lagu-lagu Koes Bersaudara, The Beatles dan Rolling Stone yang sedang popular mulai mereka bawakan.
Jelang uang saku mereka habis, Handi menawari untuk tinggal sementara di rumahnya di Mendawai/Balungan hingga mereka punya penghasilan sendiri. Benar-benar nekat, Handi mengisahkan saat keempatnya datang pun mereka hanya membawa dua tas kecil yang dipakai bersama.
Awal bulan Desember, Mr. Boermeester, Manager Kemayoran International Airport Restaurant datang ke Markas Koes. Mr. Boermeester meminta Koes Bersaudara mengisi acara Tahun Baru 1965, sekaligus mencarikan band pendamping.
Inilah kali pertama Irama Puspita manggung dengan bayaran Rp30.000,-. Bayaran dengan nominal itu cukup tinggi, band lokal Surabaya hanya dibayar Rp2.500,- hingga Rp5.000,-. Kontrak ditandatangani. Koes Bersaudara kala itu dibayar Rp150.000,-. Seragam pentas pertama dibeli dalam wujud kain di Pasar Baru. Handi membantu mendanai penjahitan seragam.
31 Desember 1964, berlokasi tepat di Kemayoran International Airport Restaurant, restoran sekaligus tempat hiburan prestius di Jakarta, Irama Puspita diorbitkan Koes Bersaudara. Pertama kali tampil di publik, Irama Puspita dikenalkan sebagai band perempuan didikan Koes Bersaudara. Tiket yang dijual Rp10.000,- per lembar ludes, pengunjung penasaran dengan pertunjukan band perempuan.
Irama Puspita Menjajaki Profesi Musisi
Selepas pentas debutnya pada malam tahun baru jelang 1965, Irama Puspita kedatangan beberapa tamu yang mengundang mereka pentas di di Loka Sari, Wisma Nusantara dan Hotel Des Indes (Duta Indonesia). Tarif manggungnya paling tinggi menyentuh angka Rp80.000,- kala itu. Sebagai perbandingan, Handi menuliskan gaji pegawai menengah kala itu berkisar Rp5.000,- hingga Rp7.000,- per bulan.
Irama Puspita manggung beberapa kali di Airport Restaurant. Pengunjung tetap restauran, Kolonel Koesno menawari mereka tampil di Juwana dengan bayaran tinggi. Tour perdana pertama Irama Puspita berkunjung ke Semarang. Menaiki kereta expres pagi dilanjut bus jemputan panitia, mereka merenda mimpi menjadi musisi populer.
Dengan pendapatan yang makin memadai, Irama Puspita pindah dari rumah Handi lantas kos di Jalan Wijaya I. Berikutnya pindah ke Pulo Raya.
Lies A.R. sempat kembali ke Surabaya untuk mengikuti ujian akhir S.M.E.A. Kakaknya, Titiek mengikutinya, sekaligus mencari pengganti Lies di band. Titiek Hamzah menggantikan Lies memainkan gitar bass. Prasetiyani mengundurkan diri setelah terlibat selisih paham dengan Titiek Hamzah. Sekembalinya Lies A.R., ia menggantikan posisi Pras sebagai pemain gitar pengiring (rhytm guitar).
Nama Dara Puspita lahir ketika panitia show musik di Istoria Senayan mengganti tulisan nama band. Acara “malam Lilis” saat itu digelar Iwan Permato Cs, pada akhir Februari 1965. Lilis Suryani yang sedang popular dengan lagunya berjudul Gang Kelinci kala itu belum datang, masih dalam perjalanan dari tour luar kota. Irama Puspita diminta mengisi kekosongan acara, menyumbang lima lagu.
Pihak penyelenggara yang melihat band beranggotakan semuanya perempuan memutuskan mengubah nama Irama Puspita menjadi Dara Puspita. Rima yang enak didengar membuat nama Dara Puspita dipakai seterusnya. Berjalannya waktu, Dara Puspita dan Koes Bersaudara akhirnya memiliki honor tampil setara. Mereka kerap tampil bersama di berbagai kota di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News