Surabaya, Surabaya, Surabaya, oh Surabaya
Kota kenangan, kota kenangan tak ‘kan terlupa
Di sanalah, di sanalah, di Surabaya
Mula pertama, mula pertama kami berjumpa
Kuteringat, masa yang telah lalu
S’ribu insan s’ribu hati bersatu padu
Suraba, di tahun empat lima
Kami berjuang, kami berjuang bertaruh nyawa
Lagu 'Surabaja' yang dibawakan oleh Dara Puspita ini dikenal sebagai ikon kota Surabaya. Setiap memasuki bulan November, RRI Surabaya memutarkan kembali dendang lagu ikonik satu ini. Lagu gubahan A. Rachman ini termakhtub dalam album perdana mereka, Jang pertama.
Bukan lagu baru, Surabaja merupakan lagu ciptaan kelompok sandiwara Bintang Surabaya pada 1923. Preva Asmara Subiyantoroh dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Perkembangan Grup Musik “Dara Puspita” Tahun 1965 – 1972 menuliskan A. Rachman memodifikasi lirik lagu.
“Lirik lagu Surabaja dimodifikasi di bagian ...Surabaya di tahun empat lima kami berjuang, kami berjuang, bertaruh nyawa...,” tulis Preva Asmara Subiyantoroh.
Lagu Surabaja juga direkam versi bahasa Inggris pada 14 Oktober 1971. Alih bahasa dibantu Geofrey, kekasih salah satu anggota band kala berkelana ke Eropa, sekaligus road manager Dara Puspita.
Membawakan lagu bertema nasionalis dengan mencantumkan peristiwa pertempuran berdarah di Surabaya, Dara Puspita mendapat tempat tersendiri di hati dan kenang pendengarnya.
Detak Musik Irama Puspita, dari Emberio hingga Kelahiran
Dara Puspita berawal dari sebuah grup musik sekolah pada tahun 1961 yang diikuti 14 gadis yang rata-rata berumur 13 tahun di Surabaya.
Nirma Puspita, begitulah konon mereka menamai kelompoknya. Mereka berasal dari sekolah yang berbeda, yakni Sekolah Kejuruan Perempuan (SKP), SMEA, dan YMCA (Young Men's Christian Association, kini IMKA (Ikatan Masehi Kepemudaan Am).
Handiyanto, teknisi panggung Dara Puspita, dalam naskah bukunya berjudul Mengenang Dara Puspita 1965-1972 menuliskan grup band Dara Puspita, awalnya bernama Irama Puspita.
Terbentuk dari obrolan ringan empat gadis di sebuah rumah di Jalan Welirang. Keempatnya berangan-angan menjadi pemain musik popular seperti idolanya, Koes Bersaudara dan The Beatles.
Nirma Irama rutin latihan main musik setiap Sabtu dan Minggu di Jalan Kinibalu, Pasemon, Surabaya. Tak sedikit lomba festival band Surabaya Nirma Irama Ikuti.
Menyusuri Jejak Kenangan: Permainan, Musik, dan Film Jadul di Masa Lalu
“Dalam setiap perlombaan Nirma Puspita selalu mendapatkan juara pertama,” tulis Preva Asmara Subiyantoroh, hasil wawancaranya dengan Susy Nander pada 2015.
Tahun 1964, anggota Nirma Puspita berkurang. Lantas berubah nama menjadi Irama Puspita. Titiek Adjie Rachman atau dikenal Titiek A.R. memimpin 12 gadis lainnya.
Dalam perjalanannya show di berbagai wilayah di kota Surabaya, hanya Titiek A.R., adiknya, Lies A.R., dan Susy Nander merupakan tiga nama yang bertahan dari awal hingga grupnya menjadi popular di tahun 1960.
Emberio Irama Puspita digawangi ketiganya. Dua bersaudara Tatiek A.R. dan Lies A.R. menuruni darah bermusik ayahnya, musisi keroncong. Susy Nander tak berasal dari latar belakang keluarga musisi. Namun, keseriusannya terhadap musik ia tempuh dengan melepas bangku SMP. Susy pertama kali mengenal drum dari Abdullah dan Hamid dari Arista Bhirawa.
Kelompok musik Irama Puspita kerap tampil menyumbang beberapa lagu di pesta ulang tahun, perkawinan, hingga panggung show musik bersama band atau musisi dari Jakarta. Bayaran senilai uang jajan atau pengganti transport mereka terima. Memang mereka tampil tanpa mengharap bayaran.
Awal Maret 1964, Band Koes Bersaudara (sebelum menjadi nama Koes Plus), manggung di Gedung Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya. Irama Puspita mengejar idolanya hingga menemui panitia pertunjukan untuk mencari informasi tempat menginap Koes Bersaudara.
Mereka juga mengajukan diri menjadi band pendamping saat pertunjukan, namun ditolak panitia sebab tak ada anggaran sewa alat.
Para gadis nekat menyambangi Hotel Simpang, hotel tempat Koes Bersaudara menginap. Percakapan akbar menguar di antara dua rombongan grup musik. Anggota Irama Puspita menanyakan tips untuk menjadi grup musik yang popular seperti Koes Bersaudara.
"Tonny Kuswoyo menjawab, untuk menjadi populer dibutuhkan perjuangan, usaha, waktu dan paling penting, nasib baik," tulis Handi.
Koes Bersaudara menawari Irama Puspita bergabung kala mereka hendak menyiapkan peralatan ke THR. Tak menyiakan kesempatan. Dara Puspita mengiyakan tawaran emas ini.
Irama Puspita membantu mengangkat peralatan untuk ditata di panggung. Setelah menyaksikan sesi latihan Koes Bersaudara, Dara Puspita diminta menunjukkan kebolehannya.
Panitia pertunjukan heran dengan keakraban antara gadis Irama Puspita dengan Koes Bersaudara. Setelah berbincang ringan tentang keinginan Irama Puspita mendampingi Koes Bersaudara main, Tonny Kuswoyo mengijinkan Irama Puspita tampil dengan meminjam alat Koes Bersaudara.
Pentas di THR malam itu memuaskan, menurut paparan Handi. Paginya, sebelum Koes Bersaudara meninggalkan Surabaya, Irama Puspita ditawari pindah ke Jakarta.
“Akan dilatih dan dipertemukan dengan band popular lain di Jakarta,” tulis Handi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News