prevalensi stunting turun 19 8 apa indikatornya - News | Good News From Indonesia 2025

Prevalensi Stunting Turun 19,8%, Apa Indikatornya?

Prevalensi Stunting Turun 19,8%, Apa Indikatornya?
images info

Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menyatakan bahwa prevalensi stunting Indonesia tahun 2024 dinyatakan turun menjadi 19,8 persen. Angka tersebut lebih rendah 0,3 poin dari target prevalensi stunting yang ditetapkan untuk tahun 2024, yakni 20,1 persen.

Sementara itu, tahun 2023, prevalensi stunting Indonesia adalah 21,5 persen. Penurunan jumlah ini tentu menjadi kabar baik, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka stunting yang tinggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menetapkan target prevalensi stunting di bawah 20 persen.

Lalu, bagaimana data hasil survei tersebut diperoleh?

Dipimpin oleh Prof. Asnawi Abdullah, SKM, MHSM, MSc.HPPF, DLSHTM, PhD, Guru Besar bidang Kesehatan Masyarakat, survei ini menggandeng berbagai tim ahli, termasuk dari kalangan akademisi, BRIN, dan Badan Pusat Statistik (BPS). SSGI bertujuan untuk mengevaluasi status gizi balita di Indonesia, di mana sifatnya observasional atau hanya mengamati dan mencatat kondisi yang ada.

Dalam SSGI 2024, target survei menyasar seluruh rumah tangga yang memiliki balita (Ruta Balita) di Indonesia yang dipilih secara acak dari 34.500 Blok Sensus (BS) yang tersebar di 514 kabupaten/kota di 38 provinsi. Setiap blok sensus mencakup 10 Ruta Balita, sehingga total keseluruhan respondennya adalah 345.000 Ruta Balita.

Peneliti Ungkap Faktor Ini Jadi Fondasi Penting untuk Mencegah Stunting

Status gizi balita yang dinilai dalam SSGI adalah underweight, stunting, wasting, dan overweight. Sementara itu, dituliskan bahwa beberapa faktor yang memengaruhi kondisi tersebut adalah rumah tangga dan keluarga, pemberian makan anak (termasuk ASI dan selain ASI), serta pertawatan kesehatan dan morbiditas, termasuk akses layanan kesehatan anak dan infeksi penyakit.

Selain itu, kriteria inklusi sampelnya adalah Ruta Balita yang masuk dalam daftar rumah tangga hasil updating SSGI 2024 dan anggota rumah tangga balita pada saat pengumpulan data sebelum berulang tahun yang ke-5.

SSGI sudah mulai dipersiapkan sejak Januari 2024, di mana analisis data dan penyusunan laporannya selesai pada bulan Maret-April 2025. Namun, sebagai informasi tambahan, dituliskan jika jumlah sampel di Papua Tengah dan Papua Pegunungan belum mencukupi, sehingga datanya tidak ditampilkan di hasil SSGI 2024.

Prof. Asnawi dalam keterangannya menyebutkan, hasil SSGI 2024 dapat dipercaya karena dilaksanakan dnegan quality assurance yang terjamin, di mana response rate blok sensusnya mencapai 97,6 persen dan response rate rumah tangga yang dikunjungu adalah 85,8 persen.

PR Besar untuk Turunkan Stunting di Indonesia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut terdapat disparitas antarprovinsi dari hasil prevalensi stunting ini. Bali menjadi provinsi dengan prevalensi terendah, yaitu 8,7 persen. Sementara itu, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi yang tertinggi, yakni 37 persen.

12 provinsi berhasil menunjukkan prevalensi stunting di bawah rata-rata nasional. Sedangkan 24 lainnya berhasil menurunkan prevalensi stuntingnya.

Dalam data SSGI, terdapat enam provinsi dengan tingkat stunting tinggi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, NTT, dan Banten. Enam daerah ini disebut sebagai target prioritas utama penanganan stunting di Indonesia.

“Kalau enam provinsi ini bisa kita turunkan 10%, maka secara nasional kita bisa turun 4–5%. Karena 50% anak stunting ada di enam daerah ini,” tegas Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI dalam keterangan resminya.

Kemenkes memiliki target untuk menurunkan angka stunting nasional menjadi 14,2 persen di tahun 2019. Hal ini sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Ternyata, Stunting Dapat Dilihat dari Kondisi Kesehatan Gigi pada Anak

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firda Aulia Rachmasari lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firda Aulia Rachmasari.

FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.