seni pertunjukan peresean yang menjadi identitas suku sasak ende dari lombok - News | Good News From Indonesia 2025

Seni Pertunjukan Peresean, Identitas Suku Sasak Ende dari Lombok

Seni Pertunjukan Peresean, Identitas Suku Sasak Ende dari Lombok
images info

Aksi pertunjukan tradisional peresean atau biasa disebut perisean memperlihatkan dua orang lelaki sedang bertarung untuk beradu ketangkasan dan ketahanan.

Peresean adalah pertarungan yang berasal dari suku Sasak Ende, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dua lelaki yang bertarung ini menggunakan senjata yang terbuat dari tongkat rotan dan perisai dari kulit kerbau.

Petarung peresean dinamakan pepadu, sedangkan wasitnya disebut pakembar. Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-13. Awalnya, masyarakat adat ingin mendatangkan hujan dan mengadakan ritual demi mengharapkan turunnya hujan di saat musim kemarau.

Pertunjukan ini juga sudah ada sejak era Kerajaan Lombok yang awalnya tradisi tersebut menjadi latihan para prajurit sebelum turun ke medan perang.

Bagi masyarakat Lombok, peresean tidak boleh dimainkan secara sembarangan dan hanya boleh dilakukan pada saat perayaan tertentu, misalnya saja saat upacara 17 Agustus, Hari Jadi Kota Lombok, dan lainnya.

Dulmuluk dan Asal Mulanya, Sebuah Kesenian Teater Tradisional dari Sumatera Selatan

Saat petarung peresean mengalami luka, luka tersebut memiliki makna perjalanan hidup serta mempererat rasa solidaritas antarpetarung.

Di sisi lain, Peresean juga menjadi daya tarik wisatawan saat berkunjung ke kota Lombok. Tradisi ini juga memiliki nilai-nilai budaya yang kental sesuai adat tradisi di Lombok sendiri.

Berikut adalah fakta tentang Peresean!

Sekilas tentang Peresean

Asal usul Peresean sendiri berseberangan dengan keberagaman iklim di daerah tersebut. Petarung peresean melibatkan petarung pilihan yang mewakili desa mereka masing-masing. Senjata cambuk rotan dan perisai kulit kerbau memiliki simbol keberanian serta kemandirian.

Pertarungan persean bukan sekedar kekerasan atau adu kekuatan. Setiap cambukannya yang bertabrakan di udara, diiringi juga haluan gerakan tarian yang memukau. Tetesan darah dari para petarung memiliki simbol mantra yang dapat memanggil hujan dan menandakan berakhirnya pertarungan.

Sebelum memulai bertarung, para petarung dihiasi dengan doa-doa dan dibalurkan minyak khusus. Kemudian mereka menari diiringi tarian gendang sebagai penyemangat sebelum mengangkat senjata. Peresean yang memiliki nilai leluhur menghadirkan semangat dan keberagaman budaya dari suku Sasak Ende.

Selama jalannya pertandingan peresean akan diiringi pukulan gendang, gong dan suling. Tembang yang dibawakan pun merupakan tembang khusus yang beraura mistis.

Sebagai warisan budaya yang turun temurun, peresean tidak hanya mempertahankan nilai-nilainya. Namun, juga mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi keasliannya. Sekarang, peresean bukan sekedar ritual yang sejak ada sejak zaman kerajaan. Melainkan kisah inspiratif tentang ketahanan, kekompakan dan sikap ksatria.

Peraturan saat Bermain Peresean

Peresean digelar dengan maksimal lima ronde dan setiap rondenya berlangsung selama tiga menit. Sebelum pertandingan, pakembar (wasit) akan memberikan instruksi serta doa agar berjalan lancar.

Kemudian, pepadu akan memukul ende dengan rotan sebagai tanda pertandingan telah dimulai. Namun, sebelumnya pepadu harus memahami terlebih dahulu tentang peraturan peresean. Sebagai contoh, boleh memukul bagian atas tubuh seperti kepala, pundak, dan punggung. Namun tidak boleh memukul bagian bawah tubuh seperti, kaki dan paha.

Para pepadu melakukan pukulan dengan rotan. Setiap pukulan yang dilontarkan oleh pepadu akan diberikan poin masing-masing dan pemenangnya akan ditentukan sesuai dengan point yang telah dikumpulkan.

Cinta Budaya Jawa, Ini Upaya Warga Tionghoa Klaten Lestarian Kesenian Ketoprak

Pepadu akan dinyatakan kalah jika mereka menyerah atau terluka parah. Setelah pertandingan, para pepadu akan berjabat tangan sebagai simbol kehormatan dan sikap saling menghargai.

Selain menjadi ajang adu kekuatan, pepadu juga kerap digelar untuk mengenalkan tentang budaya Lombok. Hingga kini, pepadu juga sering kali tampil di depan para wisatawan dan penyambutan kepala negara saat berkunjung ke Kota Lombok.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ON
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.