cinta budaya jawa ini upaya warga tionghoa klaten lestarian kesenian ketoprak - News | Good News From Indonesia 2025

Cinta Budaya Jawa, Ini Upaya Warga Tionghoa Klaten Lestarian Kesenian Ketoprak

Cinta Budaya Jawa, Ini Upaya Warga Tionghoa Klaten Lestarian Kesenian Ketoprak
images info

Warga keturunan Tionghoa di Klaten punya peran besar dalam perkembangan budaya Jawa. Kepedulian warga Tionghoa ini terlihat dari upaya mereka melestarikan kesenian ketoprak.

Dimuat dari Sorot Klaten, kepedulian warga Tionghoa ini sudah terlihat sejak tahun 1963 diawali dengan terbentuknya grup ketoprak. Hal ini bermula dari terbentuknya grup ketoprak Padma Budaya yang beranggotakan para pengusaha keturunan Tionghoa.

“Tahun 1963 waktu itu kami para pengusaha di Delanggu membentuk grup ketoprak, itu untuk peringatan HUT RI. Kita tampil di Lapangan Merdeka bersama warga setempat dan aparat keamanan,” ujar warga keturunan etnis Tionghoa asal Klaten, Edy Sulistyanto.

Ternyata dari grup yang hanya pentas di kecamatan, saat ini mereka sudah berkembang ke berbagai even kabupaten salah satunya pernah diundang untuk tampil di acara Kodim Klaten. 

“Waktu itu mendapat sambutan meriah, banyak sekali yang membicarakan. Karena memang waktu itu belum banyak warga keturunan (Tionghoa) yang ikut ketoprak. Saat tampil kita berbaur bareng dengan semuanya,” imbuhnya.

Suka sejak kecil 

Edy mengaku telah mencintai kesenian ketoprak sejak kecil. Baginya kesenian ini sudah menjadi budaya bagi masyarakat Tionghoa.

“Saya suka ketoprak (wayang orang) sejak kecil, bagi saya ini adalah budaya saya," ucapnya yang dimuat dari Tribunjogja.

Edy menjelaskan adanya kesenian ketoprak ini menjadi salah satu cara pembauran budaya secara alamiah. Di mana penabuh gamelan merupakan warga Jawa dan pemain ketoprak adalah gabungan warga Tionghoa dan Jawa.

Bersama dengan kelompoknya, Edy telah mementaskan berbagai lakon seperti Bambang Pramusinto, Srikandi Edan serta Sumantri Ngenger. Ketika pentas, sambutan meriah selalu didapatkan dari penonton hingga akhirnya diundang untuk ditampilkan di Kodim Klaten.

"Kalau pemainnya saat itu beragam, ada tentara, tukang becak, pengusaha," kenang Edy.

Terus dilestarikan 

Edy berharap seni budaya wayang orang atau ketoprak agar terus dilestarikan dan diwariskan ke generasi selanjutnya. Karena itu dirinya menggagas Festival Ketoprak Pelajar (FKP) yang digelar setiap tahun.

Melalui tangan dingin Edy, pementasan Festival ini sudah berjalan selama selama 10 tahun lamanya sebelum akhirnya berhenti akibat pandemi Covid-19. Kini warisan FKP itu telah Edy serahkan kepada Dewan Kesenian Kabupaten Klaten untuk bisa dilanjutkan.

“Kalau budaya saya ya ketoprak. Tapi sebenarnya, ada juga yang tidak seekstrim seperti saya yang begitu mencintai ketoprak, karena orang Tionghoa sebenarnya beragam,” ujar Edy yang dimuat Jawa Pos.

Edy menyebut setiap kegiatan-kegiatan besar selalu disambut antusias oleh masyarakat Tionghoa. Bahkan mereka tidak lagi memunculkan identitas Tionghoa, tetapi telah berbaur dengan kebudayaan Jawa.

“Adanya Hari Raya Imlek ini sebenarnya tidak terlalu berdampak bagi saya. Tapi saya tetap mengapresiasi dari pengakuan negara. Tapi kalau ditanya senangnya apa? Ya ngopeni ketoprak,” ucapnya.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.