tata ruang jakarta realita ketimpangan dan upaya perubahan - News | Good News From Indonesia 2025

Tata Ruang Jakarta, Realita Ketimpangan dan Upaya Perubahan

Tata Ruang Jakarta, Realita Ketimpangan dan Upaya Perubahan
images info

Jakarta dengan siluet gedung pencakarnya yang melangit, di antara gegap gempita kemajuan dan padatnya lalu lintas kehidupan, terselip tanya yang tak kunjung reda; ke manakah arah sebenarnya pembangunan kota ini? Apakah Jakarta tumbuh dengan visi ruang yang tertata, atau sekadar berlari mengejar modernitas tanpa peta yang pasti?

Di jalan-jalan yang membelah pusat kota, kita menyaksikan banyak kemajuan. Namun, di lorong-lorong sempit di Timur dan Utara Jakarta, bayangan kota yang terabaikan masih menyimpan keluh nan sunyi.

Tentunya, pembangunan Jakarta dalam beberapa tahun terakhir tak bisa dianggap kecil. Infrastruktur fisik kian megah, seperti jalan layang, MRT, LRT, dan koridor Transjakarta memperlihatkan upaya nyata dalam menjawab kebutuhan mobilitas warganya.

Namun, pesatnya pembangunan ini kerap tak diiringi dengan arah tata ruang yang konsisten. Kawasan bisnis tumbuh menjulang di Selatan dan Pusat Jakarta, sementara daerah padat dan rawan banjir di wilayah Utara atau Timur seolah berjalan dalam waktu yang berbeda.

Ketimpangan ini bukan semata perkara estetika kota. Namun, cermin dari ketidakmerataan akses terhadap hak-hak dasar sebagai warga urban. Infrastruktur yang ideal semestinya bukan hanya tentang kecepatan atau kemewahan, tapi tentang keberpihakan.

Meski begitu, secercah harapan hadir dari integrasi transportasi publik yang kini kian membaik. Sistem JakLingko, integrasi antarmoda seperti Transjakarta, MRT, dan KRL, serta kebijakan tarif integrasi yang terjangkau, menunjukkan bahwa Jakarta sedang berupaya menjadi kota yang bisa dijelajahi dengan efisien.

Pindah ke Jakarta? Siap-Siap Hadapi Culture Shock Ini!

Tidak hanya untuk kelas menengah atas, tapi juga untuk warga yang menggantungkan hidupnya pada tarif harian yang ramah di kantong. Upaya ini patut diapresiasi. Meski tetap dibutuhkan evaluasi berkala agar efisiensi dan kenyamanannya benar-benar dirasakan semua lapisan masyarakat.

Tantangan lain yang tak kalah penting adalah upaya menghapus kawasan kumuh dan memperluas ruang terbuka hijau (RTH). Jakarta yang dulu identik dengan deretan wilayah kumuh kini mulai berbenah.

Meskipun dalam prosesnya belum merata, kampung susun, penataan bantaran kali, dan pembangunan taman kota telah menjadi bagian dari narasi baru tentang kota yang ingin lebih layak huni.

Sayangnya, ruang terbuka hijau di Jakarta masih jauh dari ideal; Standar ideal RTH untuk kota besar adalah 30%, namun Jakarta saat ini hanya memiliki sekitar 5-6% RTH. Ini menyebabkan masalah seperti polusi udara, suhu panas, dan kurangnya ruang rekreasi. 

Untuk memperluas area ruang terbuka hijau, Pemprov DKI Jakarta kini menerapkan peraturan yang lebih ketat terhadap pengembangan properti swasta.

Setiap proyek baru diwajibkan memasukkan unsur ramah lingkungan. Mengacu pada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap pembangunan perumahan atau kawasan komersial harus menyediakan minimal 10% dari total luas lahan sebagai ruang hijau, termasuk di dalamnya penggunaan atap hijau dan jalur yang ditanami pohon.

Kebijakan ini bertujuan tidak hanya menambah luasan ruang hijau, tetapi juga menjamin penyebarannya yang lebih merata di seluruh wilayah kota.

Sementara itu, konsep "kota global" atau global city mulai merasuki perencanaan Jakarta dengan penggunaan sistem digital dalam pelayanan publik, khususnya pelaporan masalah lingkungan.

Salah satu langkah inovatif yang sedang dikembangkan adalah pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) Jakarta Satu, yang memberikan landasan digital dalam perencanaan dan pencapaian target Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Selain itu, pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) berpotensi besar dalam pengawasan dan pengelolaan ruang hijau secara langsung. Teknologi ini dapat digunakan untuk memantau berbagai indikator lingkungan seperti kelembaban tanah, kualitas udara, dan kondisi tanaman secara real-time.

Dengan adanya data ini, penggunaan air bisa lebih efisien, potensi masalah dapat diidentifikasi lebih awal, dan pengelolaan ruang hijau menjadi lebih berkelanjutan.

Fakta Unik Elang Bondol, Burung Eksotis Simbol Gagah Jakarta

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dapat dilakukan melalui berbagai inisiatif. Salah satunya adalah dengan mengembangkan program pendidikan keberlanjutan yang menyeluruh.

Di mana mencakup integrasi materi keberlanjutan ke dalam kurikulum sekolah, penyelenggaraan lokakarya dan program duta lingkungan di pusat-pusat komunitas, serta kegiatan publik seperti pameran keberlanjutan pada momen Hari Bebas Kendaraan Bermotor.

Upaya lainnya termasuk mendorong perilaku berkelanjutan di tingkat individu dan rumah tangga, misalnya dengan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi umum.

Selain itu, penting pula untuk memperkuat pengendalian pencemaran air dari berbagai sumber serta meningkatkan infrastruktur sanitasi melalui percepatan pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah Jakarta (Jakarta Sewerage System/JSS).

Inisiatif ini dapat dilengkapi dengan program berbasis masyarakat yang melibatkan warga dalam kegiatan pembersihan, konservasi saluran air, serta berbagai aksi keberlanjutan lainnya, seperti rehabilitasi Sungai Citarum secara menyeluruh dan kampanye Bebas Buang Air Besar Sembarangan (ODF).

Pengembangan tata ruang kota ke depannya membutuhkan komposisi fondasi dari keadilan sosial, kesinambungan ekologis, dan keberpihakan pada manusia di dalamnya.

Jakarta tidak bisa terus membiarkan wajahnya terbelah antara pusat yang bersinar dan pinggiran yang meredup.

Pembaruan wilayah yang adaptif terhadap perubahan iklim, peningkatan kualitas hunian vertikal, serta penguatan fungsi kawasan lindung, penting untuk menjadi perhatian.

Kota Jakarta bukan sekadar deretan bangunan, melainkan tentang bagaimana manusia hidup, bergerak, dan bermimpi di dalamnya. Harapannya, Jakarta di masa depan mampu menjadi kota yang lebih adil bagi semua.

Kita semua adalah penentu nasib kota ini. Pemerintah maupun warganya memiliki peran yang sama pentingnya. Menjaga Jakarta bukan hanya tugas mereka yang duduk di kantor perencanaan.

Long Weekend di Jakarta, Menjelajahi Kota dengan Cara yang Berbeda

Namun, juga mereka yang menanam pohon di pekarangan, yang memilih naik angkutan umum, atau yang tak membuang sampah sembarangan. Kita perlu menjadikan kota ini rumah bersama, bukan sekadar tempat singgah belaka.

Sebab pada akhirnya, Jakarta bukan hanya milik hari ini, tapi juga titipan esok. Kota ini bukan hanya kumpulan gedung dan kaca, tetapi harapan-harapan yang kita tanam di antara trotoar, taman, dan langit yang kadang masih berwarna abu.

Di balik segala riuhnya, Jakarta menunggu untuk dipeluk lebih bijak; dengan perencanaan yang menyatu antara akal dan nurani. Kota yang hidup bukan karena hebatnya pembangunan, tapi karena ia tak melupakan manusia yang menghidupinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BL
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.