“Depresi bukan kelemahan. Depresi adalah penyakit.” - Matt Haig
Di balik senyum di media sosial dan deretan pencapaian akademik maupun karier, banyak anak muda, khususnya Gen Z, sedang menjalani perjuangan diam-diam. Salah satu tantangan yang kerap hadir adalah rasa cemas yang sulit dijelaskan.
Datangnya tiba-tiba, bisa dimulai pagi hari, di tengah obrolan ringan, atau saat akan tidur malam dan sering kali terasa melemahkan.
Namun, kabar baiknya, rasa cemas ini bisa dihadapi. Itulah yang ingin dibagikan Matt Haig dalam bukunya, Alasan untuk Tetap Hidup (Reasons to Stay Alive).
Cemas Itu Bukan "Drama", tapi Reaksi Tubuh yang Nyata
Melalui buku ini, Matt Haig membagikan pengalamannya berjuang dengan depresi berat dan gangguan kecemasan di usia 24 tahun. Kisahnya membuktikan bahwa kecemasan bukan drama, melainkan reaksi tubuh yang sangat nyata terhadap tekanan yang tak terlihat. Apa yang dialami Matt Haig juga dirasakan banyak Gen Z hari ini.
Namun melalui buku Matt Haig, kali ini kita bisa belajar cara mengenali, menerima, dan mulai menyembuhkan luka-luka itu.
Matt Haig menekankan bahwa kesembuhan bukan tentang menjadi 100% bebas dari rasa sakit, tetapi tentang bisa hidup berdampingan dengannya. Ini menjadi pesan penting di era ketika banyak anak muda merasa gagal karena belum menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Nyatanya, kita tidak perlu menunggu pulih total untuk mulai melangkah. Setiap langkah kecil menuju perbaikan sudah merupakan kemenangan. Entah itu bangun dari tempat tidur, mengirim pesan ke teman, atau hanya berani mengakui, "Hari ini aku merasa berat."
Matt Haig juga mengingatkan kita bahwa alasan untuk tetap hidup tidak harus spektakuler. Kadang, cukup karena ingin melihat matahari terbit, mendengar tawa orang tersayang, atau sekadar rasa penasaran tentang hari esok. Harapan kecil ini bisa menjadi sumber kekuatan yang besar.
Di tengah dunia yang terus bergerak cepat, kita bisa memilih untuk berhenti sejenak, saling menguatkan, dan tumbuh bersama. Kita bukan generasi lemah, melainkan kita adalah generasi yang belajar untuk jujur dengan perasaan sendiri, sekaligus mencari cara agar tetap bisa bertahan.
Seperti kata Matt Haig:
“Hidup itu menunggu. Menunggu badai reda. Dan itu cukup.”
Tiga Langkah Kecil untuk Menghadapi Kecemasan Sehari-hari
Meski masalah kesehatan mental sering terasa besar dan kompleks, ada langkah-langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk mulai menghadapinya. Buku Matt Haig tidak hanya berbagi pengalaman pribadi, tapi juga menawarkan perspektif tentang hal-hal praktis yang bisa dimulai dari sekarang.
Ciptakan Ruang Aman untuk Cerita dan Dukungan Emosional
Salah satu kendala utama dalam isu kesehatan mental adalah minimnya ruang untuk bercerita tanpa takut dihakimi. Ruang aman, baik secara fisik maupun digital, sangat penting agar siapa pun merasa diterima.
Komunitas, keluarga, sekolah, bahkan lingkungan kerja bisa mulai membangun budaya mendengarkan tanpa menggurui.
Validasi, Bukan Sekadar Solusi Instan
Respos seperti “jangan baper” atau “coba pikir positif” sering kali memperburuk keadaan. Sebaliknya, validasi seperti “perasaanmu masuk akal” atau “aku dengar kamu” bisa menjadi jembatan yang menyembuhkan. Kita perlu lebih banyak empati daripada nasihat.
Tingkatkan Akses terhadap Bantuan Profesional dan Literasi Mental
Tidak semua orang memiliki keberanian untuk datang ke psikolog. Akan tetapi, informasi yang mudah diakses dan narasi yang menormalisasikan pentingnya mencari bantuan dapat membuka jalan. Banyak layanan konseling daring kini tersedia dan bisa dijangkau dengan mudah, hal ini patut dimanfaatkan sebagai bagian dari solusi nyata.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News