Berakhirnya Liga 1 musim 2024-2025, menghadirkan sejumlah ide, yang secara umum bertujuan untuk peningkatan kualitas kompetisi di masa depan. Dari beragam ide yang muncul, terselip satu ide unik, yakni perubahan kuota jumlah pemain asing di satu klub.
Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, kuota pemain asing di Liga 1 sudah beberapa kali berubah. Dari empat naik ke enam, lalu menjadi delapan, bahkan sempat muncul wacana kuota 11 pemain asing per tim, yang dicetuskan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator liga.
Meski wacana kuota 11 pemain asing ini batal, dengan regulasi kuota delapan pemain asing tetap digunakan, terdapat satu sudut pandang menarik, di balik otak-atik kuota yang ada.
Secara kasat mata, fenomena ini bukan hal baru, khususnya di Asia secara umum.
Sisi Unik Kiprah "Abroad" Pemain Timnas Indonesia
Di liga-liga benua Asia, terdapat beragam liga, dengan aturan khusus soal kuota pemain asing. Liga Malaysia dan Thailand misalnya, sama-sama menyelipkan kuota khusus pemain Asia Tenggara.
Liga Jepang, yang secara tata kelola sudah lebih maju, punya kuota 5 pemain asing yang bisa dimainkan. Hanya saja, terdapat pengecualian status, pada pemain dari negara-negara mitra J-League, seperti Indonesia, Thailand, dan Qatar.
Dengan dinamika seperti itu, pergantian jumlah kuota pemain asing di Liga 1 bukan hal aneh. Untuk jangka pendek dan menengah, penambahan jumlah pemain asing adalah solusi instan membenahi kualitas permainan.
Untuk kompetisi yang kualitas sistem pembinaan pemain mudanya belum optimal, keberadaan pemain asing dapat menjadi titik teansisi, setidaknya sampai sistem pembinaan pemain di dalam negeri sudah lebih mapan. Dengan keterampilan dasar yang dimiliki, pemain asing dapat menghadirkan tim yang kompetitif, sekaligus kualitas permainan yang lebih baik dari pemain lokal.
Di Asia Tenggara, pendekatan ini telah membuat Liga Malaysia dan Thailand. Dalam rilis resmi AFC musim 2024-2025, keduanya menduduki peringkat 7 dan 11 Asia. Sebagai informasi, keduanya sama-sama punya kuota 9 pemain asing, termasuk dari kawasan Asia dan ASEAN.
Di Timur Tengah, Liga Arab Saudi, yang belakangan menanjak, punya kuota maksimal 10 pemain asing dalam satu tim.
Meski terkesan berorientasi instan, kebijakan ini mampu membawa Liga Arab Saudi ke peringkat teratas Asia, di musim 2024-2025, seiring kesuksesan klub-klub Arab Saudi di kompetisi antarklub Asia.
Liga Thailand, Destinasi "Abroad" Menarik Pemain Indonesia
Dengan demikian, Liga Indonesia yang masih tertahan di peringkat 25 AFC, punya kesempatan untuk memperbaiki kualitas kompetisi. Selain dari segi permainan, keberadaan pemain asing juga bisa mewajarkan nilai pasar pemain lokal berlabel tim nasional, supaya dapat lebih objektif, sesuai kualitas aktual.
Jika melihat dampak yang sudah muncul, seperti di Arab Saudi, Thailand, dan Malaysia, otak-atik kuota pemain asing adalah satu tahap awal, dalam membangun kompetisi liga yang berkualitas. Jika fase ini sudah terlewati, pengurangan kuota pemain asing akan terjadi secara alamiah, karena pemain muda lokal hasil binaan yang dihasilkan sudah cukup berkualitas.
Maka, selain mengotak-atik kuota dan kriteria pemain asing di liga, peningkatan kualitas sistem pembinaan pemain muda, termasuk kompetisi kelompok umur, perlu lebih serius dilakukan. Jika pemain lokal yang dihasilkan cukup berkualitas, bahkan bisa "diekspor" ke kompetisi antarklub Eropa, seperti di Jepang, keberadaan pemain asing (seharusnya) bukan menjadi satu ketergantungan bagi kompetisi seperti Liga 1.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News