Halo, Kawan GNFI!
Saat ini, media sosial telah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, terutama bagi generasi muda. Melalui media sosial, kita bisa menjalin hubungan dengan keluarga, teman, serta mengikuti berbagai informasi dan tren terkini.
Namun, di balik kemudahan dan kesenangan tersebut, terdapat tantangan mental yang sering muncul. Salah satunya adalah overthinking atau kecenderungan untuk berpikir secara mendalam dan berlebihan.
Apa itu Overthinking?
Overthinking adalah kondisi ketika seseorang terus-menerus merenungkan suatu hal hingga akhirnya menimbulkan stres atau kebingungan.
Pikiran yang seharusnya membantu kita dalam membuat keputusan justru menjadi beban yang membuat kita merasa terjebak dan tidak produktif.
Dibayangi Pengangguran Terdidik dan Underemployment, Tips Agar Freshgraduate Sarjana Tidak Overthinking
Mengapa Media Sosial Dapat Menyebabkan Overthinking?
Media sosial sering kali menampilkan sisi terbaik dari kehidupan orang lain. Melalui unggahan foto, status, atau cerita yang dibagikan, kita melihat seseorang tampak bahagia, sukses, atau menjalani hidup yang tampaknya sempurna. Tanpa disadari, hal ini dapat memicu kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Perbandingan yang terus-menerus ini kemudian memicu overthinking. Kita mulai mempertanyakan pilihan hidup, penampilan, pencapaian, bahkan kebahagiaan kita sendiri.
Pertanyaan seperti “Apakah aku sudah cukup baik?” atau “Mengapa hidupku tidak seperti mereka?” sering kali muncul ketika kita terlalu lama terjebak dalam dunia maya.
Selain itu, komentar, likes, atau bahkan kurangnya respons di media sosial juga bisa membuat seseorang terus-menerus memikirkan bagaimana orang lain menilai dirinya. Ketakutan akan penilaian negatif atau merasa diabaikan kerap kali membuat pikiran menjadi gelisah.
Dampak Overthinking terhadap Kesehatan Mental
Jika tidak ditangani, overthinking dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental dan fisik. Individu yang terjebak dalam overthinking cenderung mengalami gangguan tidur, kelelahan, stres berkepanjangan, hingga kesulitan berkonsentrasi.
Dalam jangka panjang, hal ini dapat berujung pada gangguan kecemasan atau depresi.
Lebih dari itu, overthinking juga dapat menurunkan produktivitas karena pikiran yang terus berputar membuat kita sulit fokus pada pekerjaan atau tugas. Ini tentu merugikan, terutama bagi pelajar, mahasiswa, atau karyawan yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Cara Mengatasi Overthinking di Era Media Sosial
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat meningkatkan risiko stres, kecemasan, dan depresi. Perbandingan sosial dan tekanan untuk selalu update menjadi pemicu utama. Akibatnya, kualitas tidur terganggu, motivasi menurun, dan seseorang merasa lelah secara mental.
Namun, bukan berarti media sosial harus dihindari sepenuhnya. Kuncinya terletak pada bagaimana kita mengelola penggunaannya secara bijak.
Mengatur waktu penggunaan, memilih konten yang sehat secara emosional, serta mengikuti akun yang memberikan inspirasi, dan energi positif merupakan langkah awal yang bermanfaat.
Hidup Tenang tanpa Overthinking ala Seneca, Filsuf Stoik
Selain itu, beristirahat sejenak dari media sosial bisa menjadi cara efektif untuk menenangkan pikiran. Dengan memberi ruang, kita dapat fokus pada kehidupan nyata dan memperkuat koneksi sosial secara langsung.
Berbagi cerita dengan orang terdekat atau profesional juga menjadi langkah penting dalam meredakan beban pikiran.
Pada akhirnya, kita perlu menyadari bahwa media sosial adalah alat yang dapat memberikan manfaat jika digunakan dengan bijak. Pemikiran berlebihan bukan sesuatu yang harus membuat kita putus asa. Melainkan tantangan yang bisa dihadapi dengan kesadaran dan pengelolaan yang tepat.
Menjaga keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata akan membantu kita menjalani hari-hari dengan pikiran yang lebih jernih dan hati yang lebih tenang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News