hidup tenang tanpa overthinking ala seneca filsuf stoik - News | Good News From Indonesia 2025

Hidup Tenang tanpa Overthinking ala Seneca, Filsuf Stoik

Hidup Tenang tanpa Overthinking ala Seneca, Filsuf Stoik
images info

Seneca adalah tokoh filsafat dari masa Kekaisaran Romawi. Sebagai seorang filsuf Stoik ternama, karya-karya literatur Stoisisme milik Seneca masih dipelajari dan diterapkan hingga saat ini karena ajarannya sangat relevan—terutama mengenai kekuatan pikiran manusia.

Salah satu kendala yang sering kita temukan di pikiran kita adalah overthinking—suatu kebiasaan berpikir secara berulang-ulang yang memberi efek negatif. Overthinking seringkali membuat kita cemas dan tidak produktif.

Namun, sebagai seorang Stoik ternama, Seneca memberikan ajaran-ajaran yang dapat kita terapkan saat overthinking. Berikut adalah cara mengatasi overthinking menurut Seneca:

Fokus pada Saat Ini, Bukan Masa Lalu atau Masa Depan

Melalui bukunya yang berjudul Letters from a Stoic, Seneca meyakini bahwa manusia menyiksa dirinya sendiri dengan mencemaskan hal-hal yang belum terjadi atau hal-hal yang sudah berlalu. Menurutnya, manusia harus memusatkan perhatian pada hal-hal yang sedang mereka alami saat ini.

Salah satu kutipan Seneca yang paling terkenal adalah, “Kita lebih sering menderita dalam bayangan kita sendiri daripada dalam kenyataan.” Seneca menyebutkan dua sumber utama overthinking: kecemasan terhadap masa depan dan penyesalan terhadap masa lalu.

“Karena hal-hal buruk yang akan terjadi di masa depan belum tentu terjadi, dan hal-hal buruk di masa lalu sudah berlalu. Namun, ketika kita berada di tengah kesulitan, kita harus percaya bahwa suatu hari nanti, kenangan buruk ini bisa menjadi sumber kebahagiaan,” ujarnya.

Baca juga: Ingin Lebih Bahagia? Terapkan 5 Prinsip Hidup Stoicism

Kebahagiaan Datang dari Dalam Diri

Seneca juga percaya bahwa kebahagiaan tidak datang dari apa yang kita miliki atau seberapa banyak harta kita, melainkan dari rasa puas dalam hati.

Ia menyatakan bahwa dirinya merasa cukup meskipun hanya memiliki sedikit, bahkan bisa bahagia tanpa memiliki apa pun. Baginya, kebahagiaan berasal dari kondisi pikiran kita. Jika kita merasa tidak bahagia, maka kita memang tidak akan bahagia.

“Seseorang bisa menguasai dunia, namun tetap merasa tidak bahagia jika ia tidak merasa benar-benar puas,” tambahnya.

Bagi Seneca, keinginan palsu yang tidak ada ujungnya justru menyesatkan. Jika sumber dari overthinking adalah keinginan yang membuat kita tersesat tanpa arah, maka kita harus menetapkan kembali apa tujuan akhir kita. Sebab, jika suatu keinginan tidak memiliki batas, kita tidak akan pernah merasa cukup.

Dalam ajaran Stoisisme, rasa cukup dan bahagia datang dari kemampuan menikmati hal-hal yang sedang kita alami. Daripada takut pada masalah yang belum tentu terjadi, kita sebaiknya bersyukur atas apa yang telah kita miliki.

“Orang bijak merasa cukup dengan apa yang ia miliki, apa pun keadaannya, tanpa menginginkan hal yang belum ia punya,” ujar Seneca.

Sibukkan Diri agar Pikiran Tidak Mengembara

Menurut Seneca, keadaan diam dan tenang kadang justru bisa menjadi tanda bahwa kita sedang gelisah. Ia mengatakan bahwa tidak melakukan apa-apa, meskipun terdengar menyenangkan, justru bisa menjadi sumber dari overthinking.

“Karena itu, kita harus membangkitkan diri untuk bertindak dan menyibukkan diri dengan hal-hal yang baik, terutama saat kita merasa sangat malas dan tidak berdaya.”

Dalam bukunya, Seneca menulis bahwa jenderal-jenderal hebat selalu memberi tugas-tugas kecil kepada prajurit mereka agar tetap sibuk. Menurutnya, kesibukan bisa mengalihkan kita dari kecemasan akibat terlalu banyak waktu luang.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyibukkan diri, misalnya dengan pekerjaan, hobi, atau passion. Waktu luang sebaiknya diisi dengan hal bermanfaat agar pikiran tidak mudah dipenuhi oleh kecemasan negatif.

Melarikan Diri Tidak Akan Menyelesaikan Masalah

Seneca juga membahas bahwa bepergian jauh untuk melarikan diri dari overthinking sebenarnya sia-sia. Ia pernah berkata, “Apakah kamu heran, setelah perjalanan panjang dan berbagai pemandangan baru, kamu tetap tidak bisa menghilangkan rasa gelisah dan berat di pikiranmu?”

Menurut Seneca, yang kita butuhkan bukanlah tempat baru—melainkan pola pikir yang baru.

Sebanyak apa pun kita bepergian, jika masih membawa beban pikiran dan kecemasan dalam diri, maka perasaan itu akan terus mengikuti ke mana pun kita pergi. Kita harus membebaskan diri dari kecemasan terhadap masa lalu maupun masa depan.

Pernyataan ini sangat relevan dengan fenomena “healing” saat ini. Namun, penting diingat bahwa healing bukan berarti lari dari masalah, melainkan proses memahami dan menyelesaikan apa yang mengganggu pikiran kita.

Tidak Semua Hal Harus Kita Pedulikan

Dalam ajaran Stoisisme, kita diajarkan untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal yang berada di luar kendali kita—termasuk pendapat orang lain. Terkadang kita terlalu peduli terhadap bagaimana orang lain menilai kita, dan akhirnya malah membuat kita overthinking.

“Jika kamu hidup selaras dengan alam, kamu tidak akan pernah merasa miskin; tetapi jika kamu hidup mengikuti pendapat orang lain, kamu tidak akan pernah merasa kaya,” tambah Seneca.

Seneca mengajarkan kita untuk percaya pada diri sendiri dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada validasi orang lain. Dengan begitu, hidup kita akan lebih damai dan bahagia karena kepuasan itu datang dari dalam diri.

Berhenti Mengeluh, Hadapi dengan Tegar

Seneca juga memberikan pandangan tentang kebiasaan mengeluh saat menghadapi masalah. “Jangan memperparah masalah yang kita hadapi dengan mengeluh. Rasa sakit akan terasa lebih berat jika kita memperbesarnya dalam pikiran,” ujarnya.

Menurut Seneca, ketika kita menghadapi kesulitan, kita harus percaya bahwa kita kuat dan mampu melewatinya. Dengan cara ini, penderitaan akan terasa lebih ringan.

“Jadi, sebaiknya kita berhenti mengeluh tentang penderitaan yang sudah berlalu. Apa gunanya terus mengingat-ingat penderitaan lama dan membuat diri kita sedih lagi hanya karena dulu kita pernah sedih?” tutupnya.

Baca juga: Ketika Overthinking Menghantui Mahasiswa, Fakta dan Cara Mengatasinya

Itu dia ajaran-ajaran dari Seneca yang dapat kita aplikasikan ketika sedang mengalami overthinking. Namun, jangan lupa, ya, Kawan, untuk selalu bercerita kepada orang-orang kesayangan kita. Karena sekuat-kuatnya pikiran kita, jika masalah dijalani bersama orang kesayangan, pasti akan terasa lebih mudah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SW
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.