Proses berkarier yang digambarkan oleh masyarakat sosial sangat sederhana. Diawali dengan lahir, lalu ketika sudah cukup umur bersekolah, setelah tamat sekolah dilanjutkan dengan bekerja. Ketika menginginkan posisi yang lebih tinggi atau pekerjaan tertentu, maka seseorang perlu menambah jenjang pendidikannya dengan berkuliah. Setelah kuliah hingga jenjang yang dibutuhkan lalu bekerja.
Dominannya masyarakat mempercayai alur tersebut sebagai tahapan baku untuk mencapai kehidupan yang berkecukupan. Namun, realitas tidak sesederhana itu, berbagai tantangan hadir dan menuntut para pencari kerja memiliki berbagai kemampuan lain seperti softskill, hardskill, sertifikasi keahlian, dan banyak hal lainnya.
Namun, meskipun banyak hal tersebut telah terpenuhi, terus terjadi peningkatan signifikan pada jumlah pengangguran di Indonesia, bahkan dari kalangan sarjana. Pengangguran yang telah berhasil menempuh pendidikan SMA/K dan perguruan tinggi disebut pengangguran terdidik.
Berikut ini data BPS tentang jumlah pengangguran dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi di Indonesia yang diperbarui pada 14 Januari 2025.
Pada data tersebut meskipun jumlah tersebut belum mencapai titik tertinggi yakni pada masa pandemi Covid-19 di tahun 2020-2021, tetapi jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi terus mengalami peningkatan hingga saat ini.
Selain pengangguran terdidik, fenomena lain yang membayangi para freshgraduate adalah underemployment. Dilansir dari Investopedia.com, underemployment adalah pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan bidang keahlian dan biasanya merupakan pekerjaan dengan gaji dan keterampilan rendah.
Di Indonesia, underemployment disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan untuk menampung lulusan. Laju sektor industri yang lambat mengakibatkan sedikitnya lapangan pekerjaan formal yang tersedia.
Fenomena underemployment tercipta lantaran desakan ekonomi. Dikutip dari BBC.Com banyak lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang akhirnya banting stir menjadi asisten rumah tangga, supir, dan pramukantor. Sarjana atau diploma tersebut merasa bahwa dengan sedikitnya lapangan kerja yang tersedia, sikap pilih-pilih pekerjaan akan mempersulit diri untuk memperoleh penghasilan.
Tidak ada pekerjaan yang buruk atau rendah, tetapi kondisi ketika lulusan justru bekerja pada sektor yang tidak menggunakan keahlian serta keterampilan yang diperoleh ketika berkuliah mengindikasikan kacaunya kondisi suatu negara.
Hal ini juga mengakibatkan efek domino yang berimbas pada lulusan SMA/K karena lahan pekerjaan mereka harus dimasuki oleh banyaknya sarjana dan diploma. Biasanya ketika mendaftar, lulusan perguruan tinggi hanya melampirkan ijazah SMA, hal ini dilakukan untuk menyembunyikan latar belakang pendidikan agar tidak overqualified.
Overthingking
Fenomena yang terjadi membuat sebagian freshgraduate merasa overthinking. Hal ini akan-bertambah-tambah ketika melakukan perbandingan sosial dengan teman yang sudah lebih dahulu mencapai keberhasilan. Tidak berhenti sampai di situ, pada beberapa keluarga seorang freshgrduate perlu berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai kejelasan karier.
Baca Juga: 10 Tips Atasi Kebiasaan Overthinking Bagi Kamu yang Mudah Cemas
Tips
Realistis, Tapi Jangan Hentikan Perjuangan
Segala kondisi yang terjadi memang tidak sesuai ekspektasi dan keinginan. Ketika sudah melakukan segalanya, tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan, pahami bahwa hal terebut merupakan faktor eksternal yang tidak dapat kita ubah.
Meskipun begitu, bukan berarti menghentikan perjuangan. Kesempatan akan datang dan pergi. Pastikan ketika kesempatan di saat yang tidak terduga, kita telah siap. Bayangan usia 25 sebagai batas maksmal usia di lowongan kerja memang membangun persepsi bahwa pada usia tersebutlah batas akhir pejuangan.
Namun, sebenarnya jalan masih panjang, pahamilah usia tersebut bukan sebagai akhir melainkan sebagai suatu tahapan dari proses yang sedang berjalan.
Tetapkan Kemenangan-kemenangan Kecil
Raih kebahagiaan diri dengan kemenangan kecil yang jika diakumulasikan akan menjadi kemenangan besar. Kemenangan-kemenangan ini dapat berupa target sederhana seperti menyelesaikan pelatihan, mempelajari ilmu baru, berhasil mempraktikkan resep masakan, berhasil membuat kerajinan, menyelesaikan satu buku, atau hal-hal bermanfaat lainnya.
Perluas Jejaring/Relasi
Kebanyakan info pekerjaan akan dibagikan kepada orang-orang terdekat terlebih dahulu sebelum disebar-luaskan di platform online. Maka memperluas relasi berarti pemperluas kesempatan memperoleh pekerjaan.
Berhenti Membandingkan Diri
Pahami bahwa setiap keberhasilan seseorang, pasti juga ada perjuangan yang barangkali tidak terlihat. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain karena pada dasarnya kehidupan tiap orang memang berbeda dan tidak bisa dibandingkan.
Buat Rutinitas yang Mereduksi Stress
Berbagai kegiatan sederhana mampu mereduksi stress lho Kawan GNFI. Kegaiatn tersebut seperti jurnaling, meditasi, jalan pagi sembari menikmati lingkungan sekitar. Ketika melakukan kegiatan tersebut pastikan tidak membuka ponsel sama sekali.
Kegiatan-kegiatan tersebut akan memberikan jeda bagi tubuh sehingga lebih rileks dan beristirahat dari berbagai beban pikiran. Meskipun begitu, buat jadwal dan durasi yang jelas agar waktu tetap seimbang antara waktu produktif dan waktu beristirahat.
Baca Juga: Ketika Overthinking Menghantui Mahasiswa, Fakta dan Cara Mengatasinya
Kesulitan mendapatkan pekerjaan merupakan fase yang wajar dirasakan. Life after graduate, begitu orang-orang menyebutnya. Pahamilah bahwa hal ini merupakan sebuah proses yang memang penuh perjuangan. Namun, jangan pernah putus harapan, terus lakukan usaha maksimum dan bangun integritas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News