mengabdi di setiap sudut negeri otonomi perawat berdaya demi masyarakat sejahtera - News | Good News From Indonesia 2025

Mengabdi di Setiap Sudut Negeri, Otonomi Perawat Berdaya Demi Masyarakat Sejahtera

Mengabdi di Setiap Sudut Negeri, Otonomi Perawat Berdaya Demi Masyarakat Sejahtera
images info

Di tengah luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, masih banyak daerah yang belum terjangkau oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan belum secara merata dirasakan oleh masyarakat semua daerah. Di sejumlah daerah terpencil, keterbatasan tenaga kesehatan dan sarana medis masih menjadi tantangan utama yang dihadapi.

Namun, di balik keterbatasan itu, ada sosok-sosok perawat tangguh yang menjalankan peran penting demi menjaga derajat kesehatan masyarakat. Di tempat-tempat seperti inilah para perawat hadir sebagai garda terdepan dan menjadi penopang utama Sistem Kesehatan Nasional. Mereka bukan sekadar tenaga kesehatan, mereka adalah harapan.

Perawat di Tengah Keterbatasan

Sebut saja Astuti (nama samaran). Ia ditugaskan di salah satu distrik di Kabupaten Boven Digoel, Papua, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menempatkan tenaga kesehatan di wilayah yang sangat terpencil.

Akses menuju wilayah itu tidak mudah. Untuk sampai ke sana, ia harus menempuh perjalanan udara menuju Bandara Tanah Merah menggunakan pesawat kecil, kemudian melanjutkan perjalanan selama beberapa jam menggunakan perahu ketinting menyusuri Sungai Digoel.

Otonomi sebagai Nilai Profesional Perawat: Hambatan atau Ruang Gerak?

Listrik terbatas, jaringan internet nyaris tak tersedia serta fasilitas kesehatan sangat sederhana. Tidak ada alat canggih atau sarana lengkap. Namun, Astuti tetap memilih untuk hadir dan melayani masyarakat di sana yang membutuhkan layanan kesehatan.

Setiap bulan, Astuti dan tim kesehatan lainnya harus berjalan kaki selama 3 hingga 6 jam melintasi hutan dan rawa dengan membawa perlengkapan medis yang terbatas, demi mencapai kampung-kampung terpencil yang menjadi tanggung jawab mereka dalam kegiatan posyandu.

Ia menyapa warga, memeriksa balita, memberikan imunisasi, menolong persalinan, mengobati infeksi kulit akibat sanitasi buruk, memberi tatalaksana kepada penderita malaria dan memberi edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Ia tak hanya mengobati, tetapi juga menginspirasi.

Dalam kondisi seperti itu, tidak ada tempat untuk menunggu arahan. Astuti harus sigap mengambil keputusan. Inilah yang disebut otonomi perawat yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan keperawatan secara mandiri berdasarkan nilai-nilai, etika dan moral serta tanggung jawab profesi.

Otonomi ini bukanlah sesuatu yang asal-asalan, melainkan lahir dari proses pendidikan, pengalaman, dan panggilan hati untuk mengabdi kepada masyarakat.

Profesionalisme, Pondasi Perawat yang Berdaya

Apa yang membuat Astuti tetap bertahan dan terus berbuat, meskipun menghadapi banyak keterbatasan? Jawabannya adalah profesionalisme dalam keperawatan.

Menurut International Council of Nurses (ICN), profesionalisme dalam keperawatan mencakup beberapa nilai utama, seperti:

  • Kompetensi: kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman dan efektif.
  • Tanggung jawab: komitmen terhadap peran dan tugas, meskipun dalam kondisi sulit.
  • Otonomi: kebebasan dalam pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan profesional.
  • Akuntabilitas: bertanggung jawab atas setiap tindakan yang diambil.
  • Empati dan penghormatan terhadap martabat manusia.

Astuti menjalankan nilai profesionalisme ini. Ia tidak hanya merawat luka atau memberi obat, tetapi juga membangun hubungan dengan masyarakat, menjadi pendengar, pendidik, dan pendamping. Ia hadir dengan hati dan ilmu, dua hal yang menjadi ciri khas perawat profesional.

Keberanian Emmy Saelan, Perawat yang Meledakkan Dirinya Demi Lawan Sekutu

Otonomi Perawat Bukan Berarti Sendiri

Dalam praktik keperawatan, otonomi bukan berarti berjalan sendiri atau semaunya. Justru sebaliknya, otonomi menuntut perawat untuk punya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang kuat. Perawat yang otonom tahu kapan harus bertindak, bagaimana cara bertindak dan siap mempertanggungjawabkan tindakannya secara etis dan moral. Profesionalisme dalam keperawatan juga berarti bekerja dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Di tengah segala keterbatasan, Astuti tidak kehilangan empatinya. Ia tahu bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan yang layak, di mana pun mereka berada. Baginya, profesi perawat bukan sekadar pekerjaan, tapi panggilan untuk memberi makna dalam kehidupan orang lain.

Astuti mungkin tidak bekerja di gedung mewah atau mengenakan seragam rapi setiap hari. Namun, setiap langkahnya membawa dampak besar bagi banyak orang. Ia mengajarkan bahwa perawat adalah pahlawan, bahkan ketika tidak banyak yang melihat.

Menjadi Perawat yang Berarti

Perawat bukan tenaga pelengkap seperti stereotype yang selama ini berkembang di masyarakat. Perawat adalah tenaga profesional yang punya ilmu, etika dan dedikasi tinggi. Dalam banyak situasi, perawat adalah ujung tombak layanan kesehatan.

Mereka hadir pertama, dan sering kali paling lama bertahan. Dengan menjalankan profesionalisme secara utuh, perawat bisa menjadi agen perubahan yang nyata. Mereka tidak hanya menyembuhkan luka fisik, tetapi juga memberi harapan dan ketenangan.

Sejarah Perkembangan Tenaga Kesehatan Indonesia dan Peringatan Hari Perawat Nasional

Kisah Astuti hanyalah satu dari sekian banyak kisah luar biasa perawat Indonesia. Mereka bekerja tanpa banyak sorotan, tapi dampaknya nyata. Mereka hadir dan bertahan meskipun semua serba terbatas.

Dari tangan perawat yang profesional, harapan untuk masyarakat yang sehat dan sejahtera bisa menjadi kenyataan—tentu saja, di setiap sudut negeri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

đźš« AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.