Kesultanan Bulungan merupakan salah satu kerajaan yang ada di wilayah Kalimantan bagian utara pada masa lalu. Terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul dari Kesultanan Bulungan tersebut dulunya.
Bagaimana cerita lengkap dari legenda asal usul Kesultanan Bulungan tersebut? Simak kisahnya dalam artikel berikut ini.
Legenda Asal Usul Kesultanan Bulungan
Dilansir dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, dikisahkan pada zaman dahulu di tepian Sungai Payang hiduplah sekelompok orang yang membentuk sebuah perkampungan. Daerah ini dihuni setidaknya oleh delapan puluh orang.
Penduduk kampung tersebut dikenal sebagai suku Dayak Hupan. Dari semua penduduk yang ada di sana, salah seorang lelaki yang arif dan bijaksana ditunjuk sebagai pemimpin mereka.
Lelaki tersebut bernama Kuwanyi. Dirinya selalu memikirkan keberlangsungan hidup masyarakat suku Dayak Hupan yang ada di sana.
Setelah hidup sekian lama, Kuwanyi merasa bahwa kehidupan masyarakatnya tidak membaik. Masyarakat suku Dayak Hupan cukup kesulitan dalam memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Kuwanyi kemudian mencari solusi atas permasalahan tersebut. Akhirnya dia mengajak semua masyarakatnya untuk pindah ke hilir sungai yang lebih besar.
Seluruh masyarakat Dayak Hupan kemudian pindah ke tepian Sungai Kayan. Akhirnya masyarakat tersebut dikenal dengan sebutan Dayak Kayan Uma Apan.
Setelah pindah ke sana, kehidupan masyarakat lebih baik jika dibandingkan sebelumnya. Namun masih ada satu hal yang terus dipikirkan oleh Kuwanyi.
Dirinya berpikir tentang anak keturunan yang masih belum dia dapatkan bersama sang istri. Padahal Kuwanyi dan istrinya sudah berusia lanjut.
Meskipun demikian, Kuwanyi tidak menyerah begitu saja. Dirinya terus berdoa agar kelak diberikan keturunan.
Pada suatu hari, Kuwanyi pergi ke dalam hutan untuk berburu. Dia membawa anjing kesayanganya dalam perburuan tersebut.
Setelah masuk ke dalam hutan, Kuwanyi tidak menemukan satu ekor hewan pun di sana. Kuwanyi kemudian merasa heran dengan situasi itu, sebab hal ini jarang terjadi sebelumnya.
Menjelang sore hari, Kuwanyi masih juga belum mendapatkan hewan buruan. Akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perburuan.
Ketika sedang beristirahat, anjing Kuwanyi tiba-tiba menggonggong tanpa henti. Kuwanyi pun merasa heran dan memperhatikan mengapa anjingnya berlaku demikian.
Ternyata anjing Kuwanyi menggonggong ke arah sebatang bambu dan pohon jelai. Kuwanyi kemudian mendekati kedua tempat yang dituju oleh anjingnya tersebut.
Ternyata di bawah pohon jelai terdapat sebutir telur. Kuwanyi kemudian mengambil telur yang ada di sana.
Setelah itu, Kuwanyi juga mengambil bambu yang ada di sebelah pohon tersebut. Anjing Kuwanyi kemudian langsung diam setelah dia melakukan hal tersebut.
Akhirnya Kuwanyi kembali pulang ke rumah tanpa membawa hewan buruan. Akan tetapi, dirinya membawa bambu dan telur yang ditemukan tersebut.
Sesampainya di rumah, Kuwanyi menyimpan bambu dan telur tersebut. Ajaibnya, sebuah peristiwa unik terjadi keesokan harinya.
Bambu yang dibawa Kuwanyi tiba-tiba berubah menjadi seorang bayi laki-laki. Sementara itu, dari dalam telur keluar seorang bayi perempuan.
Kabar ini kemudian tersebar ke seluruh masyarakat. Masyarakat kemudian menyebutnya sebagai "Bulongan" yang berarti bambu dan telur. Seiring berkembangnya waktu, istilah ini kemudian dikenal dengan nama "Bulungan".
Kuwanyi dan sang istri merasa bahagia karena mendapatkan keturunan. Mereka kemudian memberi nama Jau Iru kepada anak laki-laki dan Lemlai Suri untuk anak perempuan.
Setelah dewasa, kedua anak Kuwanyi ini kemudian dinikahkan. Sebab masyarakat tahu bahwa mereka bukanlah saudara kandung dulunya.
Ketika Kuwanyi meninggal dunia, masyarakat Dayak Kayan Uma Apan mengangkat Jau Iru sebagai pemimpin mereka. Sama seperti sang ayah, Jau Iru juga menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana.
Kelak dari keturunan Jau Iru dan Lemlai Suri inilah tercipta Kesultanan Bulungan di kemudian hari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News