Kawan GNFI, Kesultanan Yogyakarta memiliki lambang resmi yang dikenal sebagai "Praja Cihna". Lambang ini tidak hanya berfungsi sebagai identitas visual, tetapi juga mengandung filosofi mendalam yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritual kerajaan. Mari kita telusuri sejarah, makna, dan fungsi dari Praja Cihna ini.
Sejarah Lambang Praja Cihna
Pada masa awal berdirinya Kesultanan Yogyakarta, lambang kerajaan dipengaruhi oleh gaya Eropa, khususnya Belanda. Hal ini terlihat dari penggunaan elemen seperti dua singa, perisai, dan mahkota dalam desain lambang tersebut. Pengaruh ini berlanjut hingga masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921), di mana lambang kerajaan masih mengadopsi unsur-unsur Eropa.
Perubahan signifikan terjadi pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (1921-1939), yang menginginkan lambang yang lebih mencerminkan identitas dan budaya lokal. Dengan bantuan dari menantu Hamengkubuwono VII, K.R.T. Yosodipuro, seorang seniman serba bisa, Sultan menciptakan Praja Cihna pada tahun 1925. Desain baru ini menghilangkan pengaruh Eropa dan menggantinya dengan simbol-simbol yang kaya akan makna filosofis Jawa.
Makna Simbolis Praja Cihna
Berdasarkan kajian ikonografi dan ikonologi, lambang ini terdiri dari beberapa elemen utama dengan makna mendalam:
- Songkok atau Mahkota
- Melambangkan kebesaran dan kewibawaan raja sebagai pemimpin rakyat.
- Dalam pewayangan, songkok sering dikenakan oleh tokoh-tokoh ksatria seperti Bima dan Baladewa.
- Sumping (Hiasan Telinga)
- Bentuknya menyerupai bunga matahari, melambangkan kehidupan.
- Terdapat daun keluwih, yang berasal dari kata luwih (kelebihan), menandakan kemampuan lebih seorang pemimpin.
- Praba (Sorot Cahaya)
- Melambangkan keberkahan dan kewibawaan Sultan, sejalan dengan nilai-nilai Islam tentang cahaya kebenaran.
- Lar (Sayap)
- Berbentuk sayap Garuda yang mengembang, melambangkan kebesaran, keberanian, dan perlindungan Sultan terhadap rakyatnya.
- Tameng (Perisai) Berwarna Merah
- Merah melambangkan keberanian dan keteguhan Sultan dalam membela kebenaran.
- Warna emas pada aksara Jawa menunjukkan kemuliaan dan kebijaksanaan pemimpin.
- Aksara Jawa "Ha" dan "Ba"
- Singkatan dari Hamengku Buwana, yang bermakna Sultan sebagai pemangku dunia.
- Menggambarkan prinsip dasar pemerintahan: hamemayu hayuning bawana (menciptakan dunia yang indah dan harmonis).
- Angka Jawa
- Menunjukkan Sultan yang berkuasa, di mana jumlah bulu sayap pada lambang menyesuaikan dengan urutan Sultan yang memerintah.
- Kembang Padma (Bunga Teratai)
- Melambangkan kesucian, kebijaksanaan, dan keseimbangan hidup.
- Sulur (Tumbuhan Merambat)
- Melambangkan keberlanjutan budaya dan peran Sultan dalam menjaga warisan Nusantara.
Makna Filosofis: Konsep Manunggaling Kawula Gusti
Lambang Kesultanan Yogyakarta bukan sekadar identitas visual, tetapi juga merepresentasikan filosofi budaya Jawa yang mendalam. Lambang ini mencerminkan konsep Manunggaling Kawula Gusti, yang berarti kesatuan antara pemimpin (Sultan) dan rakyat. Hal ini diwujudkan dalam dua perlambang, yaitu Praja Cihna Cihnaning Nagari (untuk kerajaan) dan Praja Cihna Cihnaning Salira Pribadi (untuk identitas pribadi Sultan).
Lambang ini juga mengalami pengaruh budaya dari berbagai era, termasuk Jawa klasik (Hindu-Buddha), estetika Eropa era kolonial, dan nilai-nilai Islam. Transformasi ini menggambarkan bagaimana Kesultanan Yogyakarta membentuk identitasnya dengan tetap menjaga kearifan lokal. Selain itu, konsep tersebut juga berkaitan dengan Loro-loroning Atunggal, konsep Jawa yang menggambarkan dualisme yang menyatu, seperti raja dan rakyat, langit dan bumi, serta spiritualitas dan keduniawian.
Fungsi Lambang Praja Cihna
Lambang ini digunakan dalam berbagai aspek pemerintahan Kesultanan Yogyakarta, antara lain:
- Sebagai kop surat resmi dalam administrasi Kesultanan.
- Sebagai simbol penghargaan dan medali.
- Ditempatkan pada bangunan-bangunan penting, seperti Keraton dan Kantor Gubernur DIY.
Lambang Kesultanan Yogyakarta bukan hanya sekadar logo, tetapi juga manifestasi dari identitas budaya dan filosofi kepemimpinan Jawa. Simbol-simbol yang ada dalam Praja Cihna mencerminkan nilai-nilai kebijaksanaan, keberanian, dan perlindungan terhadap rakyat, menjadikannya salah satu lambang kerajaan yang paling sarat makna di Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News