sejarah keraton yogyakarta - News | Good News From Indonesia 2024

Menilik Sejarah Singkat Keraton Yogyakarta Beserta Isi dan Fungsinya

Menilik Sejarah Singkat Keraton Yogyakarta Beserta Isi dan Fungsinya
images info

Keraton Jogja adalah salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Islam, kini resmi menjadi istana Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keraton Jogja terletak di Jalan Rotowijayan Blok No 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta. Keraton ini menjadi jantung budaya serta simbol Kota Jogja.

Mengunjungi keraton Jogja memungkinkan wisatawan menyelami jejak awal terbentuknya Kota Yogyakarta. Setiap sudut keraton menyimpan pesona yang lekat dengan histori, menampilkan nilai-nilai sejarah dan kebudayaan Jawa yang masih terjaga hingga sekarang. Tidak heran hingga kini Keraton Jogja menjadi daya tarik wisata sejarah yang dinikmati di kota ini.

Lantas bagaimana sejarah berdirinya Keraton Jogja dan apa saja yang tersembunyi di dalamnya? Mari simak artikel berikut.

Sejarah Singkat Keraton Jogja

Keraton Jogja menjadi cikal bakal berdirinya Kota Yogyakarta. Keraton Jogja merupakan salah satu hasil dari kesepakatan Perjanjian Giyanti. Diungkap dalam jurnal berjudul Kraton Yogyakarta 1755-1816, Keraton Jogja didirikan pada tahun 1755 oleh Pangeran Mangkubumi yang sekarang dikenal sebagai Sri Sultan Hamengkubuwana I.

Sebelum menempati Keraton Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwana I bersama pengikutnya menepati Pesanggarahan Ambarketawang (purapara), yang terletak di Gamping, Yogyakarta. Bangunan ini dulunya digunakan sebagai tempat peristirahatan raja saat berburu pada masa Kerajaan Mataram.

Pada 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengkubuwono secara resmi mulai menempati Keraton Jogja, hingga kini pada hari tersebut diperingati sebagai hari jadi kota Yogyakarta. Hal ini melambangkan bahwa keraton merupakan awal sejarah panjang berdirinya Kota Jogja.

Baca Juga: Mengetahui Sejarah, Keistimewaan dan Makna Filosofi Tugu Jogja

Isi Keraton Jogja

Bagian Dalam Keraton Jogja
info gambar

Kawan GNFI pasti penasaran, apa saja isi yang ada di dalam kawasan keraton Jogja? Berdasarkan jurnal Mangkubumi Sang Arsitek Jogja, Keraton Jogja yang memiliki luas kira-kira 14.000 m2 ini terdiri komplek dari berbagai bangunan seperti, bangunan induk keraton, bangunan penunjang, halaman, serta lapangan.

Menurut situs resmi Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, kawasan Keraton Jogja terdiri dari 3 bagian, komplek depan keraton, komplek inti keraton (bagian dalam), dan komplek belakang keraton. Komplek depan mencakup Gladhak-Pangurakan sebagai gerbang utama, Alun-Alun Lor (Utara), dan Masjid Gedhe.

Komplek inti terdiri dari tujuh rangkaian plataran, mulai dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan, yang meliputi Pagelaran dan Sitihinggil Lor, Kamandungan Lor, bangsal Srimanganti, Kedhaton (rumah raja dan keluarga), bangsal Kamagangan, bangsal Kamandungan Kidul, dan bangsal Sitihinggil Kidul.

Sementara itu, komplek belakang meliputi Alun-Alun Kidul (Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang menjadi bagian penting dari tata ruang Keraton Jogja.

Selain kawasan ndalem keraton, terdapat sejumlah bangunan lainnya yang masih berada di dalam kawasan keraton. Beberapa diantaranya adalah Tamansari, Museum Sonobudoyo, dan benteng-benteng yang mengelilingi komplek-komplek kawasan Keraton Jogja. Saat ini kompleks keraton beberapa bagian dibuka untuk umum.

Fungsi Keraton Jogja

Menurut jurnal Kraton Yogyakarta 1755-1816, Sama hal nya seperti keraton Surakarta, fungsi Keraton Jogja tidak hanya sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pelaksanaan pemerintahan, pusat religi, pertahanan, dan ekonomi.

Kini, Keraton Jogja juga berfungsi sebagai lembaga adat yang menjaga kelestarian adat dan tradisi Jawa.

Letak kawasan keraton Jogja tidak hanya lekat dengan sejarah dan kebudayaan Jawa saja, tetapi menyimpan makna filosofis mendalam pada setiap bangunannya.

Dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Keraton Jogja merupakan titik sumbu kosmologi Jogja, yang membentang membentuk satu garis lurus dari Gunung merapi di Utara, melalui Keraton Jogja di tengah, hingga Samudra Hindia di sebelah selatan.

Konsep tata ruang ini telah ada sejak abad ke-18 oleh Sultan Hamengkubuwana I dan mencerminkan harmoni manusia, alam, dan manusia. Pada tahun 2023 lalu, konsep ini telah diakui UNESCO sebagai situs warisan dunia.

Baca Juga: Buku Akik, Toko Buku Hits di Jogja

Referensi:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ED
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.