Proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini sedang berlangsung. Salah satunya adalah Jalan Tol Semarang-Demak Seksi I yang ditargetkan untuk rampung sepenuhnya pada kuartal kedua tahun 2027.
Direktur Jalan Bebas Hambatan dari Direktorat Jendral Bina Marga, Wilan Oktavian, menyatakan bahwa Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1B ini akan menjadi komponen dari Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall. Dengan total panjang mencapai 26,45 kilometer, tol ini diharapkan dapat memperbaiki kapasitas serta konektivitas jalan di area Jawa Tengah.
Dengan panjang keseluruhan 26,45 kilometer, tol ini diharapkan dapat memperbaiki kapasitas dan konektivitas jalan di daerah Jawa Tengah.
Namun, apakah Kawan GNFI tahu bahwa pembangunan tol ini memanfaatkan bahan konstruksi yang memanfaatkan sumber daya lokal Indonesia yaitu bambu?
Pernahkah Kawan membayangkan ada jalan tol yang dibangun dengan menggunakan bambu?
Penasaran? Ikuti terus untuk informasi lebih lanjut, ya, Kawan GNFI.
Proyek Tol Bambu Semarang-Demak
Tol Semarang-Demak adalah bagian dari Proyek Strategis Nasional sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020, yang diharapkan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas serta mengatasi banjir rob yang kian melanda di daerah Semarang dan Demak.
Menariknya, jalan tol ini dikategorikan unik karena merupakan inovasi terbaru dalam sektor konstruksi di Indonesia, hasil karya anak bangsa. Fondasi yang diterapkan dalam konstruksinya memanfaatkan bambu asli Indonesia yang disusun menggunakan teknik matras bambu. Pancangannya disusun dalam lapisan hingga 13 level bambu secara vertikal dan akan terlihat sangat luas ketika disebarkan.
Berdasarkan informasi dari Kemenkoinfra saat meninjau pembangunan Tol Semarang-Demak pada Sabtu (11/1/2025), Menko AHY bersama Menteri Pekerjaan Umum menekankan bahwa proyek ini memanfaatkan 7,5 juta batang bambu sebagai bahan dasar untuk pembangunan sepanjang 6,2 km.
Konstruksi tol ini dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:
- Bagian pertama, yang menghubungkan Semarang-Sayung, dengan panjang 10,64 kilometer, dikerjakan oleh pemerintah melalui APBN dengan total biaya mencapai Rp10 triliun.
- Bagian kedua, di area Sayung-Demak, yang memiliki panjang 16,31 km, dilaksanakan oleh Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT. Pembangunan Perumahan Semarang Demak.
Proyek ini merupakan penerapan inovasi dari anak bangsa serta merupakan proyek padat karya yang memerlukan keterampilan spesifik, presisi yang tinggi, ketekunan, dan melibatkan banyak tenaga kerja. Metode pengikatan bambu menggunakan tali nilon 8mm ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan pastinya harus akurat.
Selain menggunakan teknik matras bambu untuk menciptakan daya apung, pembangunan Tol Semarang-Demak ini juga menerapkan metode cerucuk bambu untuk mencegah penurunan serta mendukung daya lekat (friksi) dan Prefabricated Vertical Drain (PVD) sebagai tanggul laut.
Tol Semarang-Demak ditargetkan selesai pada April 2027, dengan harapan bahwa jalan tol ini dapat meningkatkan konektivitas, memicu pertumbuhan ekonomi lokal, serta memberikan manfaat jangka panjang bagi penduduk di Jawa Tengah.
Dari mana asal bambunya?
Penggunaan bambu dalam proyek Tol Semarang-Demak ini merupakan kali pertama sumber daya lokal asli Indonesia diterapkan dan mencerminkan inovasi cerdas karya anak bangsa di bidang infrastruktur. Teknik matras bambu yang digunakan tidak hanya memaksimalkan potensi lokal tetapi juga mewakili proyek yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sebanyak 7,5 juta batang bambu yang digunakan dalam proyek ini diambil dari pulau Jawa dan Kalimantan.
Tol Semarang-Demak akan dilengkapi dengan kolam retensi yang terintegrasi dengan tanggul laut. Representasi ini diharapkan mampu menyelesaikan dua masalah utama yang sering dihadapi di wilayah pesisir utara, yaitu mengatasi banjir rob dan memperlancar mobilitas orang, barang, dan jasa.
Ide inovatif dari anak bangsa ini telah mencapai 5 kilometer sampai saat ini, sehingga target realisasi diharapkan dapat cepat tercapai. Setelah matras bambu selesai, tahap berikutnya adalah pemadatan dengan tambahan material lain.
Di sinilah letak inovasinya, bambu berfungsi sebagai solusi yang dapat digunakan sebagai struktur tanggul untuk melindungi daerah dari banjir rob serta sebagai bagian konstruksi jalan tol dengan memanfaatkan potensi lokal yang ramah lingkungan.
Riset Ungkap Bambu Bisa Jadi Sumber Energi Terbarukan di Masa Depan
Bagaimana Kekuatannya?
Menurut informasi dari BPJT PU, proyek Jalan Tol Semarang-Demak telah menjalani pengujian yang dilakukan oleh Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya dengan menggunakan bahan bambu untuk menguji kelayakannya.
Mengingat bahwa lokasi pembangunan tol ini termasuk dalam kategori tanah yang sangat lunak (very soft soil), maka pada tahap pelaksanaan, dilakukan serangkaian pengujian untuk mempersiapkan bahan bambu yang akan digunakan sebagai konstruksi matras, sambil melakukan perbaikan kondisi tanah (soil improvement).
Pengujian yang dilakukan terbagi menjadi dua jenis, yaitu uji tarik dan uji lentur untuk sistem matras bambu, dengan tujuan memahami perilaku bambu yang akan disusun menjadi kesatuan matras ketika menerima gaya tarik secara horizontal dan gaya tekan pada arah tegak lurus. Ini merupakan inovasi terbaru dan solusi efektif dalam memperkuat tanah lunak dengan biaya yang terjangkau.
Baca juga: Bukan di Jawa, Ternyata Tol Terpanjang di Indonesia Ada di Sumatra
Bambu dipilih sebagai material alami karena strukturnya memiliki rasio berat yang lebih baik dibandingkan beton untuk konstruksi jalan, di mana kekuatannya bergantung pada kandungan seratnya. Makin tinggi kandungan serat bambu, semakin kuat daya tahannya.
Sangat menarik-kan, Kawan GNFI? Inovasi pembangunan ini layak mendapatkan apresiasi dan merupakan terobosan mutakhir karya anak bangsa demi kemajuan Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News