Ragam kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menarik perhatian publik, mulai dari program barak militer untuk pelajar, larangan membawa motor ke sekolah, larangan wisuda untuk siswa, hingga edukasi peran keluarga melalui wacana vasektomi dan pelatihan bagi warga usia produktif.
Sejak akhir 2023, Pemprov Jabar menjalankan program pembinaan karakter melalui pelatihan semi-militer bagi siswa yang terlibat pelanggaran seperti tawuran, bullying, geng motor, hingga kasus kriminal. Program ini melibatkan pelatihan fisik, kedisplinan, dan penguatan nilai-nilai kebangsaan.
Meski menuai kritikan dari beberapa pihak, 900 siswa telah mengikuti program ini, dengan biaya operasional sekitar Rp6 miliar.
Inovasi Pendidikan Karakter di Jabar Menuai Respon Positif Masyarakat
Kadispenad Brigjen TNI, Wahyu Yudhayana, menegaskan bahwa program ini tidak melanggar hak anak karena dilakukan atas pesetujuan orang tua dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Dukungan dari pihak lain juga mengatakan aktivitas ini adalah upaya positif dalam pembinaan karakter generasi muda.
Larangan Pelajar Membawa Motor ke Sekolah
Dalam upaya menekan angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pelajar, Gubernur Dedi Mulyadi menyampaikan imbauan agar siswa tidak lagi membawa kendaraan bermotor ke sekolah, khususnya bagi mereka yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
Program ini didasarkan pada data kecelakaan yang cukup tinggi di kalangan remaja. Pemerintah daerah mendorong sekolah dan orang tua untuk berkolaborasi dalam memastikan keselamatan siswa, termasuk penyediaan transportasi yang lebih aman.
Sebagian warga menyambut baik langkah ini sebagai bentuk perlindungan, meski di sisi lain, ada juga yang menyoroti pentingnya peningkatan akses transportasi umum sebagai solusi pendukung.
Larangan Wisuda Siswa: Efisiensi dan Pengembalian Esensi Pendidikan
Selain program-program yang ramai dibahas, Gubernur Jabar juga mengimbau agar sekolah-sekolah di Jawa Barat menghentikan kegiatan wisuda bagi siswa PAUD hingga SMA.
Menurutnya, tradisi wisuda untuk jenjang pendidikan dasar cenderung bersifat seremonial, menghabiskan biaya, dan mulai melenceng dari esensi pendidikan itu sendiri.
Imbauan ini sejalan dengan semangat efisiensi dan pemulihan fokus pendidikan pada proses, bukan selebrasi. Banyak orang tua merasa terbebani secara finansial dengan penyelenggaraan wisuda, mulai dari sewa toga, gedung, hingga biaya foto.
Di sisi lain ada pula sebagian masyarakat yang menilai wisuda sebagai momen penghargaan emosional untuk anak dan keluarga. Namun pendekatan ini menggarisbawahi bahwa pendidikan ideal sebaiknya tidak digiring menjadi ajang formalitas berbiaya tinggi, terutama di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
SMA Negeri 1 Atambua Rayakan Pelepasan Peserta Didik Kelas XII Tahun Ajaran 2024/2025 Bernuansa Budaya
Vasektomi untuk Syarat Bansos dan Wacana Pelatihan Warga Usia Produktif
Usulan ini menuai kritik dari berbagai pihak. Dilansir dari Kompas Nasional, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, menyatakan bahwa kebijakan sosial seperti bantuan sosial tidak dapat disertai dengan syarat-syarat yang memaksa karena menyentuh ranah Hak Asasi Manusia (HAM) dan sensitivitas budaya serta agama.
Menanggapi hal tersebut, Dedi Mulyadi menyampaikan usulan edukatif tentang vasektomi sebagai bagian dari program Keluarga Berencana (KB). Ia menyoroti pentingnya peran pria dalam program KB, yang selama ini lebih sering dibebankan kepada perempuan. Selain itu, dirinya mengimbau untuk laki-laki produktif dan bermental kerja.
Wacana ini memicu diskusi yang sehat di masyarakat, terutama terkait peran aktif pria dalam perencanaan keluarga dan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi yang merata.
Respon Publik terhadap Konten Imbauan Dedi Mulyadi kepada Anak-Anak
Belakangan ini, video Dedi Mulyadi yang mengimbau anak-anak untuk lebih disiplin dan patuh kepada orang tua menjadi viral di media sosial. Dalam salah satu video, seorang anak terlihat langsung makan dengan lahap setelah mendengar bahwa Gubernur akan datang jika ia tidak patuh. Fenomena ini memicu berbagai reaksi dari netizen.
Beberapa warganet memberi respon positif dan melihatnya sebagai cara kreatif dalam membangun kesadaran karakter dan perilaku baik yang dekat dengan dunia anak.
Mengenal 4 Pilar Indonesia Emas 2045 dan Cara Kita Mewujudkannya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News