Mbok Mase merupakan julukan bagi perempuan juragan (bos) batik di Kampung Laweyan Solo, Jawa Tengah. Keberadaannya kini telah dilupakan, tetapi pada zamannya peran Mbok Mase sangat penting bagi roda ekonomi.
Dikutip tulisan Esti Utami yang berjudul Mbok Mase, Pendobrak Sistem Patriarki di Industri Batik Solo menjelaskan sosok Mba Mase adalah istri dari pemilik usaha batik yang biasanya mewarisi usaha dari keluarganya. Biasanya mereka adalah anak perempuan yang dilahirkan dari pengusaha batik dan dinikahkan dengan anak laki-laki dari pengusaha batik juga.
Esti mengungkapkan dari tangan Mbok Mase inilah industri batik Laweyan mencapai kejayaan. Bisa dikatakan, lanjutnya Mbok Mase ini adalah sosok besar yang menggerakkan ekonomi di Kampung Batik Laweyan.
“Merekalah yang menentukan mati hidupnya usaha batik di sana,” ucapnya yang dimuat dari Konde.
Tetap berperan sebagai istri
Rani Ponda menjelaskan Mbok Mase akan mengurus bisnis batik dari hulu ke hilir. Mulai dari pengelolaan keuangan, penyediaan bahan, pengembangan motif dan desain, proses produksi, menentukan jumlah produksi hingga mengurusi penjualan.
Mbok Mase terkenal sebagai perempuan yang terampil mengelola usaha, sejak dari membatik hingga memasarkan. Peran Mbok Mase dalam industri batik Laweyan sangat dominan, sedangkan peran suami atau Mas Nganten hanya 25 persen.
Tetapi para perempuan ini juga tidak melupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan domestik seperti mendidik anak serta menyiapkan anak-anak perempuan menjadi penerus usaha yang disebut Mas Rara.
Walau kepemilikan usaha batik atas nama suami, peran laki-laki di sini tergolong minim yaitu ketika melakukan perjanjian dagang yang melibatkan pihak dari luar. Para Mas Nganten ini biasanya akan hadir dalam jamuan atau pertemuan yang diselenggarakan secara rutin, seperti dengan pihak Belanda atau Keraton.
“Waktu yang longgar membuat para Mas Nganten punya kesempatan besar untuk sering bertemu membahas berbagai perkembangan yang terjadi, termasuk politik dan ekonomi,” terangnya.
Bawa kejayaan
Karena peran dari Mbok Mase, industri batik Laweyan mencapai masa kejayaannya pada abad 19 hingga 20. Bahkan kekayaan para saudagar ini bisa melebihi orang-orang Belanda dan Keraton.
Peran Mbok Mase sudah mulai luntur di zaman modern jni. Namun, di Kampung Laweyan masih bisa ditemukan sisa kejayaan juragan batik.
Hal ini bisa dilihat dari rumah-rumah kuno berarsitektur indah dan berkualitas yang dulu digunakan sebagai industri batik sekaligus tempat tinggal para juragan kaya tersebut.
Karena ukurannya yang cukup besar, rumah-rumah kuno klasik peninggalan milik Mbok Mase ini dikatakan seperti istana. Sekarang rumah-rumah juragan batik itu lebih banyak digunakan sebagai showroom batik untuk para tamu yang berdatangan di Kampoeng Batik Laweyan.
Sumber:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News