laba dari lahan pertanian saat kol dan laporan keuangan bertemu di garut - News | Good News From Indonesia 2025

Laba dari Lahan Pertanian, ketika Kol dan Laporan Keuangan Bertemu di Garut

Laba dari Lahan Pertanian, ketika Kol dan Laporan Keuangan Bertemu di Garut
images info

Di lereng Gunung Cikuray, tepatnya di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut, terdapat sebuah pemandangan hijau terbentang luas. Ladang-ladang kubis (kol) yang subur menjadi saksi bisu perjuangan para petani dalam menghasilkan komoditas unggulan.

Cikajang memang dikenal sebagai salah satu penghasil kubis terbesar di Kabupaten Garut, tetapi seperti halnya sektor pertanian lainnya, petani di sini dihadapkan dengan kendala yang tidak sedikit.

Harga yang fluktuatif, biaya yang semakin meningkat, serta ketidakpastian cuaca adalah beberapa kendala yang sering dihadapi.

Namun, ada satu aspek yang sering terlupakan di tengah kesibukan bercocok tanam, yaitu manajemen keuangan. Meskipun terdengar seperti istilah yang lebih cocok untuk perusahaan besar, nyatanya petani juga membutuhkan kemampuan untuk mengelola pendapatan dan pengeluaran dengan cara yang lebih terstruktur dan terukur.

Ini bukan hanya soal berapa hasil panen yang diperoleh, tetapi juga tentang bagaimana petani bisa membuat keputusan yang tepat dan menjaga kelangsungan usaha tani yang sedang dijalankan.

Menghitung Untung-Rugi dari Tanah Sendiri

Sebagian besar petani Cikajang masih menggunakan metode tradisional dalam bertani, yaitu mengandalkan pengalaman dan kebiasaan turun-temurun dalam menjalankan usaha pertaniannya.

Namun, realita dipasar menunjukkan bahwa harga hasil pertanian sangat fluktuatif. Ketika panen melimpah bisa saja tidak berbanding lurus dengan keuntungan jika harga jualnya jatuh.

Nira Sawit, Peluang Ekonomi yang Menjanjikan untuk Petani di Tengah Hilirisasi Industri

Sebaliknya, meski hasil panen sedikit, jika harga jual tinggi, keuntungan bisa sangat besar.

Di sinilah akuntansi menjadi sangat penting, untuk mengetahui apakah petani benar-benar mendapat untung atau malah rugi. Petani perlu tahu berapa biaya yang dikeluarkan dan berapa pendapatan yang dihasilkan dari setiap hektar lahan.

Banyak petani yang tidak menyadari bahwa biaya operasional seperti pembelian bibit, pupuk, tenaga kerja, hingga biaya transportasi seringkali tidak dihitung secara rinci.

Misalnya, jika biaya untuk satu hektar tanah adalah Rp15 juta, menghasilkan 10 ton kubis, maka harga jual yang diperlukan untuk mencapai titik impas (Break-Even Point/BEP) adalah Rp1,5 juta per ton.

Tanpa pencatatan yang baik, petani mungkin tidak tahu jika harga jual yang ditetapkan sudah cukup untuk menutupi biaya atau justru merugi.

Saat Kol Butuhkan Laporan, Pentingnya Akuntansi Manajemen di Ladang

Akuntansi manajemen adalah ilmu yang membantu para pelaku usaha untuk merencanakan, mengontrol, dan memantau kinerja keuangan. Meskipun banyak yang menganggap bahwa ini hanya relevan bagi perusahaan besar, faktanya petani juga bisa mendapatkan manfaat yang besar dari prinsip-prinsip akuntansi manajemen.

Ada beberapa aspek penting dalam akuntansi manajemen yang bisa diterapkan di sektor pertanian:

  1. Mengidentifikasi Biaya Produksi: Setiap elemen yang menghabiskan biaya, mulai dari bibit, pupuk, alat, hingga tenaga kerja, harus dicatat dengan jelas. Ini akan membantu petani mengetahui biaya pokok produksi untuk setiap unit hasil pertanian.
  2. Menghitung Titik Impas: Dengan mengetahui berapa total biaya yang dikeluarkan, petani bisa menghitung berapa banyak hasil panen yang harus dijual untuk menutupi biaya produksi. Ini juga membantu dalam menentukan harga jual yang layak.
  3. Membuat Anggaran: Dalam setiap musim tanam, petani bisa membuat anggaran pendapatan dan pengeluaran yang realistis. Dengan begitu, petani bisa mengetahui seberapa besar potensi keuntungan atau kerugian yang akan dihadapi.
  4. Perencanaan Jangka Panjang: Dengan informasi yang terkumpul dari pencatatan biaya dan pendapatan, petani bisa membuat keputusan untuk jangka panjang, seperti memilih komoditas yang lebih menguntungkan atau memperbaiki manajemen produksi di masa depan.
Dari Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar, Intip Inovasi Petasol Kolaborasi BRIN dan Petani Banjarnegara

Solusi, Terapkan Pencatatan Sederhana ala Petani

Untuk memulai pengelolaan keuangan yang lebih baik, petani tidak harus langsung menggunakan software akuntansi yang rumit. Solusinya bisa dimulai dengan langkah-langkah yang sederhana:

  1. Buku Catatan Harian Tani
    Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan memiliki buku catatan harian. Dalam buku ini, petani bisa mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan secara harian atau mingguan. Misalnya, pembelian pupuk, biaya sewa lahan, pembayaran tenaga kerja, dan pendapatan dari penjualan hasil panen. Dengan begitu, petani bisa melihat pergerakan uang secara lebih jelas.
  2. Kartu Biaya Tanam
    Setiap petani bisa menggunakan kartu biaya tanam untuk setiap lahan yang dikelola. Kartu ini akan mencatat seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses bertani, mulai dari persiapan lahan, penanaman, perawatan, hingga pemanenan. Dengan ini, petani bisa mengetahui biaya per satuan hasil yang diproduksi, dan apakah harga jual yang ditetapkan sudah mencakup biaya tersebut.
  3. Pelatihan Akuntansi Dasar untuk Petani
    Pemerintah daerah atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) dapat menyelenggarakan pelatihan akuntansi dasar untuk petani. Pelatihan ini bisa meliputi cara membuat pencatatan keuangan yang sederhana, pentingnya anggaran, dan bagaimana mengelola pengeluaran dengan bijak. Dengan adanya pelatihan, para petani akan lebih memahami pentingnya pencatatan dan bagaimana mengelola hasil tani dengan lebih profesional.
  4. Aplikasi Mobile untuk Akuntansi Pertanian
    Seiring dengan perkembangan teknologi, kini banyak aplikasi mobile yang membantu petani untuk mencatat keuangan dengan mudah. Aplikasi seperti AgriAku atau Ladangku dapat digunakan untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan, serta memantau hasil produksi secara lebih terstruktur.

Koperasi Berbasis Akuntansi

Selain pencatatan individu, koperasi petani juga bisa menjadi solusi jangka panjang. Koperasi yang kuat akan memberikan banyak manfaat, seperti:

  1. Pembukuan Kolektif: Koperasi bisa mencatatkan seluruh transaksi keuangan petani anggotanya, yang memudahkan pemantauan dan perencanaan keuangan.
  2. Penyusunan Laporan Keuangan: Koperasi dapat menyusun laporan keuangan tahunan yang transparan, yang bisa digunakan untuk memperoleh akses ke pinjaman atau mendukung perencanaan usaha.
  3. Negosiasi Harga: Koperasi juga dapat membantu petani dalam menjalin hubungan dengan pembeli besar dan memperbaiki posisi tawar di pasar.

Menanam Kol, Menanam Masa Depan

Dari ladang Cikajang yang hijau ini, kita bisa melihat bahwa pertanian bukan hanya soal kerja keras untuk panas-panasan di ladang, tetapi juga tentang kecerdasan finansial.

Dengan pengelolaan keuangan yang baik, para petani dapat mengatasi ketidakpastian pasar dan cuaca yang sering menjadi kendala.

Durian Ripto, Varietas Unggulan Trenggalek yang Dikembangkan oleh Sosok Petani Lokal

Melalui penerapan prinsip akuntansi yang sederhana, petani tidak hanya akan merasakan manfaat dalam meningkatkan laba, tetapi juga dalam menjaga keberlanjutan usaha tani.

Dengan akuntansi yang baik, masa depan pertanian di Cikajang, Kabupaten Garut akan lebih cerah. Petani bisa mengubah ladang menjadi lebih dari sekadar tempat bertanam, tetapi juga usaha yang terkelola dengan baik untuk mencapai laba yang berkelanjutan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.