akuntan garda terdepan dalam mencegah skandal keuangan di era digital - News | Good News From Indonesia 2025

Akuntan: Garda Terdepan dalam Mencegah Skandal Keuangan di Era Digital

Akuntan: Garda Terdepan dalam Mencegah Skandal Keuangan di Era Digital
images info

Tahukah Kawan GNFI, di tengah pesatnya transformasi digital, peran akuntan kini menjadi semakin krusial dan strategis? Tidak lagi sekadar mencatat transaksi, akuntan kini berada di garis depan dalam menjaga transparansi, mencegah skandal keuangan, dan melindungi integritas dunia bisnis.

Kasus-kasus besar seperti Wirecard di Eropa maupun Jiwasraya di Indonesia menjadi pengingat bahwa tanpa akuntabilitas yang kuat, kepercayaan publik bisa runtuh seketika. Di era di mana sistem keuangan terintegrasi dengan teknologi seperti big data, cloud accounting, dan blockchain, akuntan dituntut untuk melek digital sekaligus menjunjung tinggi etika profesi.

Sebab pada akhirnya, keahlian teknis saja tidak cukup dunia bisnis membutuhkan akuntan yang berintegritas untuk memastikan keberlanjutan dan kepercayaan dalam ekosistem ekonomi modern.

Era digital membawa perubahan besar dalam hampir semua aspek kehidupan, termasuk dalam dunia keuangan. Perusahaan kini tak lagi hanya mengandalkan pencatatan manual atau software sederhana, mereka menggunakan system ERP, cloud accounting, big data analytics, bahkan blockchain.

Akuntan Publik vs Realitas Daerah: Siapa Peduli dengan Pelaporan Keuangan Lokal?

Kemajuan ini menjanjikan efisiensi, transparansi, dan kecepatan. Namun, di balik semua itu, tersembunyi risiko yang jauh lebih kompleks yaitu manipulasi data digital, pencucian uang berbasis teknologi, dan skandal keuangan yang sulit dilacak secara konvensional.

Justru karena itu, akuntan kini memegang peran penting yang lebih vital dibanding sebelumnya. Di tengah derasnya arus digitalisasi, akuntan menjadi garda terdepan dalam mencegah skandadl keuangan yang tidak hanya merugikan perusahaan, tapi juga meruntuhkan kepercayaan publik.

Peran ini bukan hanya soal audit tahunan atau rekonsiliasi laporan, melainkan tentang mengawal integritas system keuangan secara menyeluruh.

Belajar dari Skandal Global

Kita tidak bisa membahas soal skandal keuangan tanpa menyinggung kasus Wicecard. Perusahaan fintech tersebut sempat digadang-gadang sebagai bintang baru ekonomi digital Eropa. Skandal Wirecard bermula sejak 2016 ketika firma riset Zatarra menuduh adnaya penipuan dan pencucian uang oleh eksekutif perusahaan, namun diabaikan.

Pada 2019, investasi Financial Times mengungkapkan manipulasi akuntansi dan keberadaan dana fiktif sebesar sebesar € 1,9 milliar di Filipina. Audit oleh EY pada Juni 2020 membuktikan dana itu tidak pernah ada, memicu anjloknya saham hingga 99% dan kebangkrutan Wirecard dengan utang €4 miliar.

Investigasi lebih lanjut menunjukkan dana tersebut dikaitkan dengan perushaan palsu yang beralamat di rumah pribadi dan perusahan bus, serta dikonfirmasi oleh Bank Sentral Filipina bahawa transaksi itu tidak tercatat.

Di Indonesia, kita juga mengenal kasus Jiwasraya dan Asabri, dua perusahaan pelat merah yang terjebak skandal karena rekayasa laporan keuangan dan penempatan dana investasi yang tidak wajar.

Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), keuangan negara akibat kasus Jiwasraya diperkirakan mencapai Rp 16,8 triliun. Jika fungsi audit internal dan eksternal berjalan dengan baik sejak awal, besar kemungkinan potensi ini bisa diminimalisir.

Akuntansi Lokal, Daya Saing Global, Lebih dari Sekadar Angka

Tantangan Baru di Era Digital

Transformasi digital membawa tantangan ganda. Di satu sisi, teknologi membuka akses ke data real-time, mempermudah proses pencatatan, dan mendukung akuntabilitas. Namun disi lain, kompleksitas system digital menciptakan celah baru bagi penyalahgunaan.

Banyak perusahaan yang mengalami peningkatan risiko fraud berbasis digital. Hal ini meliputi rekayasa transaksi, pemanfaatan system palsu, hingga manipulasi algoritma pelaporan.

Oleh karena itu, akuntan modern perlu lebih dari sekadar kemampuan membaca laporan keuangan. Mereka harus mampu menganalisis big data, menggunakan alat bantu audit berbasis teknologi, serta memahami siste, keaman digital. Tanpa kemampuan ini, akuntan akan mudah dibohongi oleh system yang dirancang untuk menyembunyikan jejak.

Dari Penjaga Buku ke Mitra Strategis

Peran akuntan saat ini telah bergeser dari fungsi administratif menjadi peran strategis. Akuntan dituntut untuk menjadi mitra manajemen dalam membuat keputusan berbasis data yang tidak hanya akurat tapi juga etis.

Mereka berperan dalam merancang sistem kontrol internal, mengevaluasi risiko keuangan, hingga menyusun laporan yang menjadi dasar pengambilan keputusan investasi, merger, atau ekspansi. Ini menandakan bahwa keahlian akuntan tidak lagi terbatas pada debit dan kredit, tetapi mencakup pemahaman makro tentang risiko, kepatuhan dan tata kelola.

Akuntansi di Era Digita, Manfaat dan Tantangan Penggunaan AI

Etika: Pilar Utama Profesi Akuntan

Teknologi bisa membantu mempercepat proses dan memperluas cakupan audit, tetapi tidak bisa menggantikan etika. Integritas, okbjektivitas, dan sikap professional adalah nilai-nilai dasar yang harus tetap dipegang akuntan, bahkan di era digital.

Kode etik profesi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) maupun International Ethics Standars Board for Accountans (IESBA) menekankan pentingnya keberanian untuk bersuara jika menemukan kejanggalan.

Menariknya, studi oleh IFAC pada 2022 menunjukkan bahwa perusahaan yang menempatkan etika dan integritas sebagai prioritas mengalami pertumbuhan nilai jangka panjang yang lebih stabil disbanding perusahaan yang hanya mengejar keuntungan sesaat. Ini menjadi bukti bahwa menjaga etika bukan hanya idealisme tetapi juga strategi bisnis yang cerdas.

Dunia saat ini membutuhkan lebih banyak akuntan yang tidak hanya cakap seacra teknis, tetapi juga mampu menjadi penjaga integritas di tengah kompleksitas digital. Skandal keuangan bisa terjadi kapan saja, bahkan di perusahaan yang terlihat sehat di permukaan. Namun dengan akuntan yang terlatih, beretika, dan melek teknologi, potensi kerugian dapat dicegah lebih dini.

Akuntan bukan lagi sekedar tukang hitung, melainkan benteng yang menjaga kepercayaan dalam dunia bisnis dan di tengah derasnya digitalisasi. Sampai kapan pun, peran ini tidak akan tergantikan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BN
KG
AB
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.