BINUS University pada Selasa menggelar acara nonton bareng atau nobar film "Jumbo" untuk mengapresiasi sutradaranya, Ryan Adriandhy. Diketahui Ryan merupakan alumni program Graphic Design and New Media, Universitas Bina Nusantara (BINUS).
"Ryan adalah salah satu contoh nyata dari lulusan kami yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berhasil berkontribusi secara nyata di industri kreatif Indonesia," kata Rektor BINUS University Nelly di sela acara nobar film "Jumbo" di Jakarta.
Film "Jumbo" telah menarik lebih dari enam juta penonton dalam waktu kurang dari satu bulan setelah peluncuran dan tercatat sebagai film animasi terlaris di Indonesia. Nelly menyebut Ryan sebagai alumnus program studi Graphic Design and New Media BINUS yang telah berhasil menampilkan karya di industri kreatif nasional.
Dia mengemukakan bahwa acara nonton bareng film "Jumbo" digelar untuk merayakan keberhasilan Ryan sekaligus menginspirasi pada mahasiswa untuk terus berkarya.
"Kami ingin merayakan keberhasilan alumni sekaligus menginspirasi mahasiswa dan generasi muda untuk terus berkarya dan berkolaborasi," katanya.
Nelly menyatakan komitmen BINUS University untuk mendukung upaya pengembangan talenta kreatif dan digital di Indonesia serta menjalankan program untuk menghubungkan para pemilik talenta kreatif dengan industri.
"Kita fasilitasi supaya mereka bisa menunjukkan karya mereka. Mereka juga bisa mendapatkan banyak masukan dari industri sehingga mereka bisa berkembang," katanya.
Berikan nasihat
Sebelum sesi nonton bersama (nobar), Ryan yang hadir berbagi pengalaman kreatif dalam pembuatan Jumbo. Dia mengungkapkan bagaimana latar belakang pendidikannya di GDNM membentuk cara berpikir visual dan storytelling-nya.
“Sebagai alumni, Binus berperan dalam proses pengembangan saya dalam menciptakan animasi, bertahun-tahun saya belajar di Universitas dengan banyak teori, memberikan saya dasar yang kuat dalam memahami storytelling dari perspektif visual dan naratif,” ujar Ryan.
Ryan menceritakan proses pembuatan film animasi yang tidak seperti film-film pada umumnya. Dia menjelaskan penggarapan film ini dilakukan dua kali yaitu saat masih dalam bentuk animasi dari storyboard, untuk memastikan efisiensi produksi.
Hal ini bertujuan agar cerita sudah disetujui oleh semua pihak, sebelum masuk ke tahap animasi. Dengan begitu, tidak ada adegan animasi yang terbuang sia-sia.
Pada proses kedua adalah proses pengisian suara, dalam produksi ini, suara direkam terlebih dahulu, lalu animasi disesuaikan dengan rekaman tersebut. Ternyata ini berbeda dengan praktik umum di Indonesia, di mana animasi luar negeri akan didubbing ke dalam bahasa Indonesia.
Sempat ditolak
Ryan juga mengungkapkan sering kali ditolak ketika menawarkan film Jumbo. Hal ini terkait dengan anggaran yang cukup besar untuk membuat film animasi.
Tetapi, ide dia disambut baik oleh oleh Visime Studios, yang membuat Ryan merasa senang pada akhirnya menemukan rumah untuk membuat animasinya menjadi sebuah film. Karena itu, dia mengingatkan kepada mahasiswa di Binus agar terus berkreasi jangan pernah mengejar kesempurnaan.
Pada nobar ini juga terlihat rasa kekeluargaan dan apresiasi atas prestasi yang diraih Jumbo. Beberapa mahasiswa bahkan menyampaikan langsung rasa kagum mereka kepada Ryan.
Melalui acara ini, BINUS University International tidak hanya memberikan apresiasi kepada alumninya, tetapi juga membangun semangat bagi mahasiswa aktif untuk terus berkarya dan mengejar mimpi di industri kreatif.
Acara ini juga menjadi bagian dari komitmen Binus University untuk mendukung pengembangan talenta kreatif dan digital untuk memperkuat ekosistem alumni melalui kolaborasi, apresiasi, dan koneksi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News